Mohon tunggu...
Ivan Putra
Ivan Putra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penyakit Kronis Bangsa indonesia

15 Februari 2017   06:15 Diperbarui: 15 Februari 2017   07:24 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perubahan inilah sebenanrya yang menjadi bahan terakhir diskusi. Karena tanpa adanya perubahan ini semua yang diperjuangkan yaitu kemerdekaan, akan kembali sama seperti mengulangi kesalahn bangsa Indonesia dulu, perjuangan bebas yang berdasarkan pada prinsip egoisme untuk suatu kelompok. Perubahan ini membuat bahwa bangsa Indonesia sudah benar - benar sadar akan pluralisme dan kerberagaman di negeri ini

Nah... tentunya melihat hal ini kita semua berpikir... dimana titik balik dari semua kemajuan dan persatuan yang sudah selama ini bangsa kita peroleh ? saya tidak dapat memastikan mulai dari tahun 1950 – 1998. Tentunya serangkaian aksi diskriminasi memuncak setelah pemberontakan 30 September terutama terhadap mereka yang beretnis Tionghoa karena adanya dugaan terlibat dalam percobaan kudeta dan mereka ( masyarakat Indonesia ) merasa terancam dengan hal tersebut. Setelah Orde lama pun juga ada berbagai aksi diskriminasi seperti kasus MALARI demonstrasi anti – Jepang yang dimotivasikan karena kasus ekonomi dan masih banyak serangkaian aktivitas yang dilakukan memboikot sikap persatuan, namun yang dapat secara pasti kita semua sepaka merupakan ketika krisis ‘98 – ‘99 dimana terdapat protes anti etnis tionghoa dan kasus - kasus pelanggaran terhadap HAM dan diskriminasi yang besar.

Disinilah saya akan berhenti. Bukan karena saya tidak mau meneruskan, memang masih banyak serangkaian aktivitas yang anti – persatuan namun saya mau memberikan kaitannya dengan sekarang. Kita melihat bahwa pada awalnya bangsa kita masih dalam level mementingkan dirinya / kelompoknya sendiri dan kurang mengerti sesamanya, pada dulunya bangsa kita lebih mementingkan mengenai hegemoni suatu kelompok,namun seiring waktu menyadari akan pentingnya untuk menciptakan sebuah negara yang bersatu yang menghargai dan merawat perbedaan itu. Manusia Indoensia sadar bahwa perbedaan bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sebuah keunikan

Namun melihat realita pada perawalan abad ke dua puluh satu sampai sekarang, sepertinya bangsa kita sudah mulai melupakan rasa persatuan tersebut. Hegemoni kelompok – kelompok tertentu mulai ada, sikap sukuisme mulai menguat dan sepertinya Indonesia ingin memecah dirinya kembali, masuk lagi ke dalam jurang tribalisme dan sukuisme dan prtoes atau demonstrasi yang berbau SARA ini dimanfaatkan untuk kepentingan politis atau untuk menjatuh sesama Kini sepertinya Indonesia sudah kembali ke Human Naturenya.... tapi tidak. Saya mulai percaya bahwa bangsa Indonesia dapat melakukan lebih dari itu, saya memiliki kepercayaan bahwa bangsa Indonesia sadar siapa musuh sesungguhnya dan sudah waktunya bangkit dalam kertepurukan kita. Perlulah kita kritis dan mengetahui bahwa apa yang terjadi di Indonesia sekarang sama seperti mengulang kejadian dulu.

Perlulah kita untuk bersikap dewasa dan mulai menyadari bahwa tidak ada sebuah negara atau komunitas di belahan bumi manapun yang tidak memiliki perbedaan. Sebuah kelompok yang hanya mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri tanpa mempertimbangkan konsekuensi kepentingan tersebut terhadap sekitarnya, merupakan sebuah kelompok yang berlandaskan tirani dan dominasi terhadap satu sama lain.

Akhir Kata

Negara ini didirikan oleh bapak bangsa kita melalui tumpah darah dan pengorbanan, melalui persatuan dan keinginan yang sama, melalui sebuah mimpi untuk membangun yang terpuruk. Negara ini berdiri atas dasar mimpi dan persatuan, bukan berdasarkan adanya keinginan mendominasi satu  sama lain

Akhir kata saya ingin mengatakan bahwa jangan sampai penyakit kekanak - kanakan Indonesia tumbuh lagi menggerogoti generasi baru Indonesia dan membawa Indonesia kembali kedalam kertepurukan .

#bersamamerawatperbedaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun