Teknologi Sabo adalah teknologi pengendalian sedimen yang diadopsi dari Jepang. Teknologi ini diperkenalkan oleh Jepang di Indonesia pada sekitar tahun 70-an. Kata "sa" dalam bahasa Jepang berarti pasir dan "bo" yang berarti pengendalian.
Selama beberapa dekade yang lampau, terjadi beberapa perdebatan mengenai istilah sabo yang baku di Indonesia. Hal ini sangat krusial karena sabo adalah istilah teknis serapan dari bahasa asing.
Secara lebih spesifik, istilah yang sering diperdebatkan adalah:
- "sabo dam"
- "dam sabo"
- "bendung sabo"
- "sabodam"
Serapan dari istilah asing
Beberapa ahli mengusulkan penggunaan istilah "sabo dam", yakni memberikan spasi diantara "sabo" dan "dam". Gagasan ini diispirasi dari beberapa literatur dalam Bahasa Inggris yang menggunakan penulisan istilah yang sama (Hiura, 2017 dan Cooper, 2017). Istilah "sabo dam" dikategorikan sebagai kata benda majemuk dalam Bahasa Inggris yang terdiri dari 2 kata, yaitu kata "sabo" dan kata "dam". Kata "sabo" tetap merupakan kata serapan dari Bahasa Jepang. Kata "dam" sendiri menurut Oxford English Dictionary (2017) memiliki arti:
"A barrier constructed to hold back water and raise its level, forming a reservoir used to generate electricity or as a water supply."
Kemudian terjadi sebuah kontroversi di sini, dimana akan membingungkan jika kata asing dan kata serapan dalam Bahasa Indonesia memiliki penulisan yang sama, sama-sama "sabo dam". Penggunaan kata asing dalam teks Bahasa Indonesia harus dicetak miring. Apabila ingin menggunakan istilah "sabo dam" dalam teks Bahasa Indonesia, selayakya harus dicerak miring sebagai "sabo dam".
Bertolak dari kontroversi tersebut, beberapa ahli lalu mengusulkan penggunaan kata "dam sabo". Istilah "dam sabo" dianggap sebagai istilah serapan yang lebih tepat dari kata Bahasa Inggris "sabo dam". Keputusan ini juga dinilai kurang konsisten karena kata "dam" masih merupakan kata dalam Bahasa Inggris. Penulisan yang benar seharusnya "dam sabo", yakni dengan mencetak miring kata "dam".
Istilah dalam Bahasa Indonesia
Gagasan selanjutnya yang menjadi opsi bagi para ahli adalah penggunaan kata "bendung sabo". Kata majemuk ini terdiri dari kata "bendung" dan kata "sabo", dimana kedua kata tersebut ada tercantum dan terdefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2016). Kata "bendung sabo" merupakan terjemahan dari kata "dam sabo". Bendung menurut KBBI (2016) didefinisikan sebagai:
"Pengempang untuk menahan air di sungai (tepi laut dan sebagainya); tanggul."
Istilah "sabo" secara leksikal dalam KBBI (2016) memiliki arti:
"Sistem pengendalian erosi, sedimentasi, banjir lahar, dan tanah longsor."
Terlepas dari pertimbangan tersebut di atas, penggunaan kata "bendung sabo" dinilai tidak tepat secara teknis. Tujuan penerapan Teknologi Sabo di sungai adalah untuk menahan sedimen dan meloloskan air. Fungsi ini bertentangan dengan fungsi bendung. Bendung dibangun untuk menahan air dan meloloskan sedimen.Â
Bendung tidak difungsikan untuk menahan sedimen. Jika difungsikan sebagai penahan sedimen, maka kapasitas tampung bendung untuk menampung air akan berkurang. Sedimen yang tertahan pada tampungan bendung biasanya dibilar agar dapat mengalir ke hilir. Alasan ini menyebabkan penggunaan istilah "bendung sabo" dinilai rancu.
Sebagai solusi, para ahli disarankan untuk secara seragam menggunakan istilah khusus yakni "sabodam". Kata "sabodam" bukan kata majemuk, melainkan suatu kata tunggal yang memiliki arti:
- Pengempang untuk menahan sedimen di sungai (tepi laut dan sebagainya);Â
- Bangunan air yang  tujuannya untuk menahan, menampung sementara, dan mengurangi kecepatan aliran sedimen.
Istilah "sabodam" sebagai kata tunggal ini perlu dimasukkan ke dalam KBBI. Tujuan saran ini adalah agar tidak lagi terjadi kebingungan dalam penggunaan istilah serapan tersebut.
Penulisan dalam huruf kecil
Istilah "sabodam" harus ditulis dalam huruf kecil karena merupakan kata benda. Namun demikian, apabila merujuk ke suatu nama bangunan sabo yang spesifik, istilah tersebut dapat ditulis dengan huruf besar. Misalnya di area Merapi ada sabodam yang diberi indeks penamaan PU-C7. Maka dari itu, dalam penulisan dapat ditulis Sabodam PU-C7. Contoh dalam kalimat:
"Survei telah dilakukan oleh Tim Balai Sabo untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada mercu Sabodam PU-C7."
"Pemerintah telah mengupayakan perbaikan darurat pada Sabodam PU-C7 untuk mencegah terjadinya keruntuhan sabodam tersebut."
Akhir kata, semoga ulasan ini dapat menjadi saran dan pertimbangan bagi para praktisi dan akademisi yang berkecimpung dengan Teknologi Sabo. Terlebih lagi, besar harapan penulis agar artikel ini dapat memberikan inspirasi dalam pengembangan istilah teknis serapan lainnya, untuk memperkaya kosakata Bahasa Indonesia pada masa mendatang.
Penulis: Â Santosa S. Putra dan Chandra Hassan.
Pustaka Acuan
HIURA, Motoki, Kana NAKATANI, Yuji HASEGAWA, Yoshifumi SATOFUKA, and Takahisa MIZUYAMA. "Sediment Trap Function of Open-type Steel Sabo Dam with respect to Shape and Installation Slope." International Journal of Erosion Control Engineering 10, no. 3 (2017): 100-107.
Cooper, Arthur R., Dana M. Infante, Wesley M. Daniel, Kevin E. Wehrly, Lizhu Wang, and Travis O. Brenden. "Assessment of dam effects on streams and fish assemblages of the conterminous USA." Science of the Total Environment 586 (2017): 879-889.
OED Online. June 2017. Oxford University Press. http://www.oed.com/viewdictionaryentry/Entry/11125 (diakses pada 19 Desember 2017).
KBBI Daring. 2016. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia. https://kbbi.kemdikbud.go.id/ (diakses pada 20 Desember 2017).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H