Mohon tunggu...
Santosa SPd
Santosa SPd Mohon Tunggu... wiraswasta -

Anggota komunitas Blogger Cirebon, aktif menulis di Kompasiana sejak Oktober 2011.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Aksi untuk Indonesia, Memerdekakan Desa Sekarang Juga

21 Oktober 2014   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:16 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah desa tempat tinggalku. Dimana anak-anak mudanya setelah mencapai umur dewasa dan lulus sekolah, sebagaian besar dari mereka pergi ke Jakarta atau kota-kota industri di sekitarnya. Sebut saja Cikarang, Cikampek, Bekasi, Karawang dan sebagainya dimana tempat tersebut menyediakan kesempatan hidup lebih baik dan lebih mapan dibandingkan tanah kelahirannya di desa.

Sangat miris memang, Pemerintah Indonesia belum mampu terutama untuk meratakan peredaran uang untuk di desa-desa. Terutama meratakan peredaran uang hingga ke pelosok negeri Indonesia. Bank Indonesia selaku yang memiliki wewenang untuk mengedarkan uang dan menarik uang seolah masih belum kelihatan peranannya untuk bangsa ini. Masih sebatas mengurus stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Di desa saya, Mertasinga, Grogol, Kalisapu, Astana Gunung Jati, Wanakaya, Sambeng, Mayung dan lain sebagainya sangat potensial dalam mengembangkan pertaniannya. Terutama jenis padi. Para petani disini giat untuk mengolah sawahnya.

Namun sangat ironis, anak dan cucu mereka diperkirakan tidak akan mau menjadi petani meneruskan dan mengembangkan usaha milik orang tuanya tersebut. Karena saat ini saja mereka sudah berhijrah ke kota - kota besar, demi mencari rizki yang lebih "menjanjikan" dari pada di desa. Perputaran uang di desa sangat kecil, masih kisaran ratusan miliar. Itu pun dalam skala anggaran di kedinasan tingkat Kabupaten per tahun. Sedangkan di pusat ibu kota anggaran pertahun mencapai ribuan triliun, ini menurut saya terlalu jauh terpaut.

Anggaran untuk Desa 1 Miliar Perlu Diberdayakan

Tahun presiden baru, Joko Widodo agaknya kita punya harapan baru untuk ekonomi di desa. Banyak di desa-desa selain saya sebutkan di atas mengalami nasib yang sama. Para pemudanya hijrah mencari peluang rezeki yang lebih baik di kota besar. Lantas yang tersisa adalah mereka yang tidak berani ke kota dan terkurung seperti katak dalam tempurung, gelap dan hanya bisa "tertidur" menikmati zaman yang terus berubah. Hingga menua di saat zaman yang telah berubah, tanpa berbuat apa-apa.

Satu miliar untuk desa, benarkah uang ini akan diberikan di desa saya? Lantas untuk apa? Lalu untuk apa uang tersebut, disaat mental orang desa belum siap menerima uang tersebut dengan baik?

Saya tertegun dengan kebijakan ini. Satu sisi memotivasi, lantas sisi yang lain seperti meracuni mental orang yang belum siap menerima uang tersebut dengan baik.

Kembali ke Desa, Bantu Perekonomian Indonesia

Tidak menutup kemungkinan, apabila pemerintah serius untuk membangun negeri ini dan menyejahterakan bangsa ini. Mulai dari sekarang, bangun sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan informal dengan diiringi kesiapan infrastruktur yang "mendesa" membangun desa. Tidak selalu berfokus pada kota, kota, dan kota lagi.

Sehingga masyarakat di pedesaan tidak cemburu dengan kemajuan apa yang ada di kota, terutama di Jakarta. Mengapa semuanya serba Jakarta? Apa hanya Jakarta wajah Indonesia ini?

Kita berharap, pemerintah mau melihat wajah Indonesia ini dari Sabang sampai Merauke. Tidak melulu di Jakarta, Jakarta, dan Jakarta.

Bangun Desa dengan Internet, Semua Akan Tersambung Menjadi Satu

Banyak yang masih belum mengira bahwa, kemajuan di beberapa desa berawal dari akses internet. Pemasaran produk di desa, seperti home industri berawal dari internet.

Desa-desa di Indonesia perlu disambung internet, karena dari sanalah mereka mengenalkan 'diri' mereka dengan segala potensi yang ada. Sehingga peredaran uang ke desa akan menjadi lebih lancar. Saya sangat berharap, ada perusahaan perbankan yang "berani" menanamkan unit cabangnya ke desa. Sehingga masyarakat dapat bertransaksi dari desa ke penjuru dunia. Tanpa harus ke kota untuk bertransaksi.

Kita lihat saja, dan buktikan saja kekuatan orang-orang desa ketika beradu kreatifitas. Asalkan saja, pemerintah mau berkomitmen dengan orang desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun