Mohon tunggu...
Santorry Saad
Santorry Saad Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pemikir, Budget Analyst, Esais dan Calon Penulis, Pendidik, cukup mahir dlm beberapa cabang olahraga: Tenis, Catur, Pingpong, Renang dan Diving. Slalu syukuri nikmat yg diberikan Oleh-Nya...salah satu prinsip yg terpenting.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar Menghargai Kehidupan, Pesan Terakhir Seorang Ilmuwan

25 September 2013   23:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:23 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya ada orang yang bertanya kepada Anda, “Apa yang ingin dituliskan      di nisan Anda bila Anda telah meninggalkan dunia yang fana ini?” Saya ingin orang menuliskan, “Dia hidup 30 tahun setelah mendapat diagnosis mengidap kanker tak tersembuhkan.” (The Last Lecture, Prof Randy Pausch, Ufuk Press : 2008).

Jawaban itu diungkapkan oleh  seorang profesor di bidang Ilmu Komputer Interaksi Manusia dan Bidang Desain di Universitas Carnegie Mellon (USA). Prof Randy Pausch (1960-2008),  didiagnosis mengidap kanker pankreas pada  September 2006 dan diprediksi hanya mampu hidup tidak lebih dari 3-6 bulan setelahnya.  Namun Beliau tidak putus asa dan  terus berjuang untuk melawan penyakitnya hingga ajal menjelang pada 25 Juli 2008.

Ada begitu banyak pelajaran dan hikmah yang dapat penulis petik setelah tuntas membacanya. Buku itu, bukanlah berisi ratapan, keluhan, dan sejenisnya dari seseorang yang akan meninggal dunia, namun justru berisi  cerita kehidupan, harapan, dan mimpi. Seperti kata Prof Randy tatkala membuka kuliah terakhirnya, “It is not about dying, it is about living.”

Banyak pasien kanker berkata bahwa penyakit mereka justru  menumbuhkan rasa penghargaan baru yang lebih mendalam kepada kehidupan. Intinya, bukanlah tentang mewujudkan impian Anda, tetapi bagaimana Anda menjalani  hidup. Jika Anda menjalani hidup dengan cara yang benar, karma akan berjalan dengan sendirinya dan impian-impian itu yang akan mendatangi Anda, demikian pesan Prof Randy.

Lalu, apa yang paling tepat dikatakan kepada teman yang sebentar lagi meninggal? Krishna Murti – seorang tokoh spiritual India, wafat tahun 1986-pernah berkata, ”Katakan kepada teman Anda, bahwa dalam kematiannya ada bagian diri Anda yang mati dan pergi bersamanya. Ke manapun  dia pergi, dia tidak akan sendirian.”

Dalam bagian lain, Prof Randy seperti mengingatkan bahwa  ada hal yang  biasanya kita lupakan namun ternyata itu merupakan nasihat terbaik yang pernah kita dengar dalam hal memberikan perawatan. Nasihat itu berasal dari pramugari  yang selalu berpesan kepada penumpangnya, “pakai dulu masker oksigen Anda sebelum menolong orang lain.” Artinya, rawatlah diri Anda sendiri terlebih dahulu sebelum merawat orang lain.

Sebetulnya buku itu, merupakan buku terbitan lama namun penulis kira masih relevan dan tentu saja bermanfaat serta mampu memotivasi para pembacanya untuk lebih menghargai kehidupan. Itulah salah satu motivasi Prof Randy menuliskan kisah nyata dan perjuangan hidupnya, “Jika kita benar-benar menginginkan sesuatu, jangan pernah menyerah. Tembok penghalang yang ada di sana untuk alasan tertentu, dan begitu Anda berhasil melewatinya, mungkin ada manfaatnya bagi orang lain jika Anda ceritakan cara Anda melakukannya.

Ohya, terkait  niatan berbagi manfaat dan ilmu, ada cerita menarik yang penulis baca di buku lainnya.  Disinyalir, dewasa ini para pendekar kungfu di Cina  kemampuannya makin lama makin menurun. Hal ini berdasarkan fakta bahwa semakin tua pendekar kungfu, semakin tinggi pula ilmunya (Makelar Rezeki, Rahasia Penyalur Energi Sukses dan Mulia, Jamil Azzaini, Mizania : Februari 2012).

Mengapa  hal itu bisa terjadi? Karena ternyata, setiap guru kungfu akan menyimpan satu ilmu pamungkas yang tidak akan diturunkan kepada muridnya, sehingga ketika sang guru kungfu wafat, maka pasti membawa satu ilmu yang belum diturunkan kepada muridnya.

Tabiat ilmu berbeda dengan benda, demikian simpul Bung Jamil Azzaini. Ilmu, bilamana dibagikan dan disebarluaskan  bukannya berkurang justru malah makin berkembang. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena sebelum menyampaikan atau membagikan ilmu, Anda mesti mempersiapkan diri dengan membaca, bertanya, merenung, dan itu pasti akan menambah ilmu Anda. Jadi, bila Anda ingin semakin pintar dan cerdas, segeralah bagikan ilmu yang Anda miliki melalui berbagai cara. Wow, jawaban yang super sekali dari seorang yang melabeli dirinya sebagai inspirator sukses mulia.

Demikian postingan singkat sebagai pengingat diri agar kita  menjalani  hidup sehat. Semoga postingan ini  dapat menginspirasi kita untuk lebih menghargai kehidupan dan senantiasa  berbagi kebaikan. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun