Mohon tunggu...
Peta kehidupan
Peta kehidupan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan sekarang

Manusia yang sengaja di Lupa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Lampu Redup

30 Mei 2022   09:46 Diperbarui: 30 Mei 2022   09:51 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu tidak sengaja seorang ayah dan ibu menuangkan tawa yang tak terhingga kepada anak-anaknya. Secara tepat pun mereka menyambut tawa itu dengan amat lembut dan suka. Pernakah kau bertanya kenapa demikian.? 

Sangat mustahil kiranya bila tak dapat di Jawab. Ketika terdengar suara adzan dari masjid, yang keluar dari suatu instrumen alat musik dengan secara terampil pula mereka menyantap hidangan untuk berbuka puasa. Kebetulan saat itu adalah bulan suci ramadhan. 

Tetapi apa yang mereka hidangkan itu bukanlah suatu hidangan yang cukup lebih atau secukupnya. Apabila itu ada dihadapan orang-orang berkecukupan, tetapi kalau dimata mereka tadi itu bahkan lebih dari cukup untuk membatalkan puasanya. Manalah hati tak merasa iba, tak tertampar kasihan, alih-alih ingin menjatuhkan setetes air mata. Mereka ada dalam dekapan Tuhan. 

Perlu diketahui bahwa ayah dan ibu itu, mempunyai empat  seorang anak. Satu perempuan dan tiga laki-laki. Dan yang lebih ibunya lagi makanan untuk berbuka puasa itu hanyalah telur dan nasi saja. Dimana telur itu hanya tiga biji, apakah cukup untuk 6 orang dalam satu keluarga.? 

Bukan hal yang perlu dikeluhkan kiranya. Tapi itulah kenyataan yang tak bisa dibantahkan dengan mengeluh atas pemberian Tuhan. Bukankah Tuhan telah memilih mereka atas dasar cinta dan kasih sayang.? Apa sebab.? Tidaklah dia Tuhan menguji kemampuan seorang hamba yang diluar dari kekuatannya. Maka sebab itulah Tuhan menitipkan satu cobaan untuk mengaktualisasikan cintanya dengan cobaan itu. 

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun