Hari ini, hari Jum'at yang penuh berkah. Terbangun dari tidurku yang nyenyak, jauh sebelum subuh, untuk menyiapkan segala sesuatu yang akan dibawa bekerja. Padahal lewat tengah malam, aku juga terbangun untuk sholat tahajud, tapi rasa kantukku terasa sudah terbayar. Tunai. Kepasrahan pada Illahirobbi membuat tidurku nyenyak, walau kegundahan masih menguasai hati dan pikiran, sebab hal yang tak bisa kugambarkan dengan kata sederhana. Menyangkut kelangsungan hidup dan pertaubatan.
Aku selalu merasa hidupku penuh dengan dosa yang aku buat sengaja, tidak sengaja... Hal yang di hari-hari belakangan ini begitu mengganggu hati dan pikiranku. Namun aku selalu mencoba untuk pasrah dan mengembalikan semuanya kepada Allah, setelah pertaubatan dan permohonan ampun yang kusampaikan melalui sholat-sholat taubatku.
Hari ini aku berencana untuk membuat nasi goreng, karena seorang teman di kantor memesan seporsi nasi goreng dengan memberikan Rp15,000. kepadaku.
Setelah selesai ritual kamar mandi aku melangkah ke arah lemari pendingin. Kubuka dan kuambil bahan-bahan yang kubutuhkan untuk membuat nasi goreng, bakso, ayam dan telur, serta daun bawang. Setelah menyiapkan semua bumbu, aku mulai memasak. Dan 2 piring nasi gorengpun selesai .
Bergegas aku mandi lalu solat subuh, karena keadaan hati sedang gundah gulana, agak panjang do'a yang aku panjatkan setelah solat subuh.
Rutinitas pagi ini selesai, hingga akupun sudah berada di kursi penumpang bis yang biasa aku tumpangi.
Baru saja duduk, aku merasakan getaran telepon pribadi dari dalam tas. Setelah membaca pesan dari seorang sahabat lama, akupun tersenyum sendiri. Sudah lama kami tak bertegur sapa, dan pembicaraanpun berlangsung ceria. Membahas kesehatan, keluarga, dan pekerjaan, semuanya penuh canda. Sirna seketika segala gundahku.
Menjelang tiba di kantor, perbincangan melalui pesan telepon pribadipun selesai. Aku bisa tersenyum, walaupun keadaan hati sebelumnya gundah sama sekali. Nikmat Allah, tak terkira memang. Sambungan pribadi melalui pesan telepon itu menjadi hiburan bagiku, juga penawar dan penguat hati, karena aku juga menumpahkan semua kegundahanku melalui pesan-pesan singkatku.
Alhasil aku makin yakin akan kasih sayang Allah. Dia Maha Tahu, Dia Maha Penolong, Dia dengar do'a ku dan Dia gerakkan hati sahabatku untuk mengirimkan pesan singkat padaku. Nasihat-nasihat ringan penuh canda mengobati kegalauanku hingga aku bisa duduk di meja kerja di depan perangkat komputer kantor dengan pikiran jernih yang tenang.
Allah Maha Besar. Baru saja kuselesaikan tugas kerja pertama, telepon pribadiku bergetar lagi. Kali ini anak muda, sahabat dari keponakanku, menyapaku, dan menanyakan kabarku sementara dia sendiri mengabarkan keadaannya di Darwin, Australia. Sungguh aku terharu. Silaturahmi yang kami jalin, menyambung silaturahmi yang terjalin antara dia dan keponakan yang sudah meninggal dunia karena sakit 4 tahun lalu bisa terjalin dengan baik.
Untaian ceritapun mengalir dengan sendirinya, hingga akhirnya kami harus mengakhiri pembicaraan karena kesibukan masing-masing. Allah sungguh Maha Pengasih dan Penyayang. Dia jawab semua rinduku pada alamarhum keponakanku lewat do'a-do'aku beberapa hari terakhir dengan sapaan hangat dari sahabat almarhum yang kebetulan menjadi dekat juga denganku.
Allah selalu dekat dengan kita, Dia lah tempat kita mengadu, Dia lah tempat kita berharap dan menyandarkan kepenatan dan kesedihan. Yakinlah selalu bahwa Allah mendengar setiap kalimat do'a yang kita panjatkan. Banyak sudah kejadian yang kualami yang membuktikan bahwa Allah Maha Mendengar segala do'a.
Allah tidak dengan mudah mengabulkan do'a kita, tetapi dengan berdo'a setidaknya kita sudah mohon ampunan dan petunjukNya. lalu setelah kita tenang, di kemudian hari kita menemukan hikmah dibalik segala peristiwa yang kita alami, yang janga-jangan juga jawaban dari do'a-do'a yang kita panjatkan beberapa waktu sebelumnya.
Jangan pernah berpaling dariNYA, karena DIA lah pemilik alam semesta ini dengan segala isinya. Jika Dia ingin memporak-porandakan dunia ini, sekejap dapat saja Dia lakukan. Kita hanya seperti sebutir debu di tengah alam semesta yang luasnya tak dapat kita hitung dengan sederhana.
Maka janganlah melakukan apa-apa yang sudah dilarangNya dan turutilah segala perintahNya.
Jalan hidup kitapun akan menajdi aman terkendali.
Subhanallah, walhamdulillah, walaillahailallah, Allahu akbar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H