Menyaksikan film "Pendekar Tongkat Emas" memang tidak seperti kita menikmati adegan laga pada film "The Raid" dan "The Raid 2". Adegan laga ditampilkan secara sederhana namun cukup memikat. Demikian juga dengan cerita yang dialirkan simple dan khas cerita silat Nusantara era 70-an.
Film ini mengangkat tema persilatan yang sudah lama tidak menghiasi perfilman Indonesia. Mengeksplorasi tema-tema seperti pengkhianatan, kesetiaan, dan ambisi, film ini dirilis pada 18 Desember 2014 .
Mira Lesmana sebagai produser pastilah terinspirasi oleh komik silat yang banyak digemari di tahun 1970-an. Dimana di tahun-tahun itu banyak terbit komik silat seperti "Si Buta dari Goa Hantu" hasil coretan Ganes TH. Atau mungkin cerita-cerita silat hasil karya Teguh Santosa dan Jan Mintaraga. Itu pendapat saya. Karena sayapun hidup sebagai remaja di era itu yang juga gemar membaca komik silat. Terasa kental sekali eksplorasi tema pengkhianatan, dan ambisi khas pendekar persilatan . Orisinalitas cerita yang diangkat khas cerita silat yang ada di benak saya, sesuai alur cerita kebanyakan komik silat 70-an.
Karena itulah saya begitu menikmati kesederhanaan alur cerita dan adegan laga yang ditampilkan. Bisa dimengerti jika adegan laga tidak sekuat adegan pada film "The Raid" misalnya, karena tidak satupun pemain dalam "Pendekar Tongkat Emas" yang memiliki latar belakang bela diri. Namun terlihat keseriusan para pemain seperti Reza Rahadian, Nicholas Saputra, Tara Basro dan Eva Cellia untuk melakukan adaptasi gerakan-gerakan bela diri yang sederhana namun cukup apik. Aktor Reza Rahadian melakukan persiapan selama 7 bulan untuk berlatih silat dan mempersiapkan fisiknya untuk perannya dalam film ini.
Mengamati film ini sebagai film laga dengan jurus-jurus tarung yang disusun rapi dalam satu koreografi laga yang tidak terlalu istimewa, tetapi jelas cukup menawan. Dan pastinya mereka yang terlibat adegan demi adegan dalam film itu melakukannya dengan tingkat kesulitan yang sama sekali tidak mudah .
Kesungguhan Eva Celia dalam memerankan tokoh Dara harus mendapat acungan jempol. Eva tidak mengecewakan dengan dipercaya menjadi salah satu pemeran utama dalam film ini. Belum lagi tokoh Angin yang diperankan Aria Kusumah, sangat menarik melihat aktingnya yang menawan.
Dan tentu saja yang paling menonjol dalam film ini adalah tokoh Cempaka yang sangat apik diperankan oleh Christine Hakim. Artis berpengalaman ini sangat menarik memerankan tokoh utama dalam cerita ini. Kematangannya dalam berakting diperlihatkan melalui beberapa adegan yang dilakukan dengan menarik pada aksi laganya saat Cempaka melatih murid-muridnya, atau juga saat Cempaka berlaga membela Dara dan Angin mempertahankan Tongkat Emasnya melawan Biru dan Gerhana. Acungan dua jempol untuk Christine Hakim, yang di usianya yang sudah tidak muda lagi, sanggup melakukan adegan laga yang tidak mudah.
Alur cerita yang mengalir dengan diselingi narasi dan sekilas "flash back" dijalin sedemikian rupa sehingga penonton bisa menangkap isi cerita dengan mudah, juga melalui gambaran visual yang tersusun detil.
Beberapa hal lagi yang menarik dari film ini adalah pemilihan lokasi daerah Sumba dengan pemandangan alam yang indah. Keindahan juga terlihat pada penataan busana yang sangat apik, yang dalam film ini digarap oeh Chitra Soebiakto. Penduduk setempat yang dikerahkan sebagai figuran juga menjadi salah satu kekuatan lain yang menunjukkan kecermatan Sutradara Ifa Ifansyah dalam menggarap film ini. (Ifa Ifansyah sebelumnya menyutradarai film "SangPenari".)
Beberapa kekurangan dari film ini menjadi tidak terlalu penting melihat kesungguhan pembuatan dari para kreatornya. Apalagi tema persilatan klasik yang sudah sangat lama tidak dikedepankan. Biarlah para kritisi yang menulis kekurangan film ini. Karena sebagai hiburan, "Pendekar Tongkat Emas" sudah berhasil menghibur.
Selamat untuk teman masa kecil saya Mira Lesmana, yang sukses menampilkan imajinasi komik silat dalam layar bioskop.