Mohon tunggu...
Santi Sastroamidjojo
Santi Sastroamidjojo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang ibu dari tiga orang anak, yang menjalani hari dengan perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.\r\nSuka menulis, suka membaca, suka berteman, suka kejujuran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Manusia Biasa

14 Januari 2015   01:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:12 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengenal sosok Joko Widodo dari media massa. Kemunculannya, maaf, seperti sebuah 'iklan komunikasi massa'. Dari seorang Wali Kota Solo, yang saya kira dikenal dunia juga melalui 'media komunikasi massa', yang kemudian menjadi tokoh Wali Kota terkemuka di mata internasional. Namanya kemudian mencuat, gemilang, seperti tanpa cela.

Banyak yang kita lupakan tentang penokohan manusia. Misalnya, sifat dasar manusianya itu sendiri. Yang seringkali terbuai oleh 3 hal, tahta, harta, dan wanita.

Pernah membaca, atau barangkali mendengar, bahwa Joko Widodo sebagai manusia, menurut istrinya, dan juga diamini ibunya sendiri, adalah seorang yang keras kemauannya. Menurut istrinya, 'ngeyel'. Kalau menurut ibunya, Joko Widodo remaja bahkan sampai tidak mau sekolah untuk beberapa lama, karena tidak berhasil lulus ujian masuk SMA favorit di kotanya.

Dalam beberapa wawancara, Joko Widodo memang terlihat 'sangat' percaya diri, saat mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta, juga saat Pemilihan Presiden tahun lalu.

Saat ini Joko Widodo kembali menjadi sorotan, ketika dengan gagahnya tetap mencalonkan seorang tokoh kepolisian yang diduga 'bermasalah' untuk menjadi Kapolri, tanpa mengindahkan masukan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ataupun PPATK.

Dan terlihat lagi, betapa 'ngeyelnya' sang Joko Widodo ini. Seperti tidak pernah belajar, bahwa tidak semua keinginan manusia bisa menjadi kenyataan. Seperti tidak merasa, bahwa dirinya bukan hanya punya 'lovers', tapi juga punya 'haters'.  Seperti lupa, bahwa kedudukannya sendiri juga tidak akan abadi, jika yang menjadi pemikirannya hanyalah 'kekerasan hati' atau 'kepentingan golongan', para penyanjungnya bisa saja berubah menjadi 'haters'.

Pukulan telak bagi seorang Presiden bernama Joko Widodo, ketika pilihannya untuk jabatan Kapolri, ternyata adalah pilihan yang tidak tepat. Kalau saja Joko Widodo berada di ring tinju. Maka saat adu jotos, dan ia sedang berada di atas angin, sebuah pukulan telak menohok rahangnya, sehingga iapun limbung. Apakah Joko Widodo sebagai petinju dapat diselamatkan oleh bel tanda ronde usai? Atau ia akan terus menerus kena pukulan bertubi-tubi? Atau ia seorang petinju tangguh yang sanggup bertahan sampai pertandingan usai?

Jabatan, harta, hanyalah titipan Yang Maha Kuasa.                                                                                                Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan (QS. 'Ali`Imran: 109)

Kebohongan, ketidakjujuran, serapat apapun manusia menutupinya, Allah Maha Tahu.

A wa laa ya'lamuuna annallaaha ya'lamu maa yusirruuna wa maa yu'linuun.                                                         Tidakkah mereka mengetahui  bahwa Allah mengetahui apa yg mereka sembunyikan dan apa yg mereka nyatakan (al baqarah : 77)

Wahuwa aliimum bidzatish shudur.                                                                                                                                                     Dan Dia mengetahui segala isi hati . (al hadid :6)

Lalu, hari ini, sore ini, DPR memutuskan akan melanjutkan fit and proper test, walaupun KPK sudah jelas menyatakan Sang Calon adalah Tersangka Korupsi yang ditengarai punya rekening 'mencurigakan' sejak  tahun 2006. Dan Sang Calon pun menyatakan masalahnya sudah diklarifikasi tahun 2010 oleh Bareskrim Polri.

Maka, kita lihat sajalah kejadian di esok hari. Karena hari ini, mungkin saja rumah sang Calon Kapolri dijaga ketat. Dengan kemungkinan, KPK tidak akan bisa menangkap sang 'tersangka'. Lalu dengan sifat manusianya, lagi-lagi Pak Presiden kita Joko Widodo,'ngeyel' mempertahankan keinginannya untuk menjadikan apa yang ia inginkan terjadi.

Dan kita hanya bisa mengingatkan pada sang manusia biasa, bahwa ada yang lebih berkuasa dari dirinya yang cuma manusia biasa. Yang dalam firman Nya , mengatakan ;

“Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata “Jadi”, maka jadilah" (QS. Yasin ; 82)

Semoga Sang Presiden, tetap ingat dimana ia masih menjejakkna kakinya di bumi Allah. Bahwa ia menjadi seorang Presiden juga karena ketentuan Allah. Semoga ia tidak tergoda oleh kilaunya tahta, yang menguasai hawa nafsunya. Dan yang kita bisa lakukan hanyalah berdo'a, agar sang manusia tetap ingat akan kebesaran Allah. Dan Allah sudah banyak memperingatkan manusia dengan firmanNya. Allah sudah banyak memperingatkan manusia dengan banyak kejadian ataupun bencana. Aammiiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun