Mohon tunggu...
Santi Sastroamidjojo
Santi Sastroamidjojo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang ibu dari tiga orang anak, yang menjalani hari dengan perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.\r\nSuka menulis, suka membaca, suka berteman, suka kejujuran.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Anak dan Kita, Orang Tuanya

14 Januari 2015   20:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orangtua yang tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan anak, atau bahkan berpendapat bahwa ,"Jika bisa memenuhi keinginan anak, kenapa tidak?"

Orangtua memberikan bantuan finansial untuk membantu anak membayar sewa tempat tinggal dan makan, sampai tiba waktu di mana orangtua merasa sudah tak sanggup lagi melakukan hal tersebut. Apa yang terjadi? Anak hanya bisa mengeluh dan marah saat orangtua memintanya untuk lebih memahami kondisi saat orang tua mulai tidak sanggup memenuhi kebutuhan anak,

Mengucapkan kata ‘tidak’ adalah tantangan tersendiri bagi sejumlah orangtua. Sebenarnya, orangtua yang berani menolak merupakan kunci untuk agar anak memahami, mana yang merupakan kewajiban orang tua, dan mana yang bukan. Sehingga kemudian anak dengan mudah bisa memahami keadaan dimana orangtua tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan anak. Anak menjadi terbiasa untuk mencari jalan keluar bagi kebutuhannya, belajar dari keinginan yang tidak bisa selalu terpenuhi. Dari sini juga anak akan belajar, bahwa tidak semua keinginan bisa terwujud.

Orangtua harus berhenti berekspektasi agar anaknya tumbuh menjadi seseorang yang sempurna. Sebab, sesungguhnya tidak ada anak yang sempurna . Yang ada adalah anak yang berani bertanggungjawab saat berbuat salah, bukan yang sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan. Karena anak juga manusia, yang tidak pernah luput dari kesalahan. Masalahnya, apakah anak mampu belajar dari kesalahan? Apakah anak mampu menghindar dari membuat kesalahan yang sama, atau kesalahan yang tidak perlu ?

Tentu tidak ada salahnya berharap bisa mendidik anak dengan baik, sehingga  anak yang penuh sopan santun dalam berbicara, dalam bertingkah laku, dan dalam kepribadian yang baik dapat lahir dari darah kita sendiri.  Anak yang menjadi idaman setiap orang tua. Anak yang membanggakan, anak yang pandai adalah bonus dari proses yang berhasil.

Jadi, jangan menuntut dan memaksa anak untuk jadi sempurna, karena kita juga orang tua yang jauh dari sempurna. Sampai disini, kita berharap masih bisa membentuk anak ke pribadi yang lebih baik lagi. Karena proses pendidikan terus berjalan, walaupun anak kita sudah memiliki anak sendiri. Anak tidak pernah lepas dari membutuhkan orangtuanya. Setidaknya anak selalu membutuhkan do'a dari orangtuanya.

Semoga kita menjadi orangtua yang mendekati kesempurnaan sebagai orangtua. Semoga sebagai orangtua, ada sedikit manfaat yang bisa dipetik anak-anak  selama proses kehidupan kita . Aamiin.

Dan hari ini, ketika tadi , ada kalimat yang mengingatkan kita bagaimana kita mendidik anak kita sendiri. Jangan salahkan anak, saat kita terpukul dengan kata-katanya, tetapi mungkin proses pendidikan kita kepadanya belum sampai pada titik optimal, atau belum selesai.

Semoga saja, jika anak-anakku membaca tulisan ini, mereka bisa belajar dari kesalahan pola asuh ibunya. Sehingga kesempurnaan pendidikan bisa semakin dekat pencapaiannya di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun