Pada dasarnya manusia hidup dalam lingkungan alam, oleh karena itu hubungan antara manusia dan alam harus saling menguntungkan. Lingkungan alam sudah menyediakan tempat tinggal bagi manusia dan sumber daya alam yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Ā
Aktivitas manusia di lingkungan sangat mempengaruhi kondisi dan kelestarian alam sekitar. Ketika manusia serakah dan mengambil sumber daya alam secara tidak bijaksana, itu dapat merusak lingkungan. Lingkungan yang rusak tentu memberikan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Misalnya, sering terjadi banjir, kekeringan, tanah longsor, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, saat mengelola lingkungan, manusia harus memperhatikan kelestarian alamnya.Ā
Emisi berkaitan dengan proses perpindahan suatu zat atau benda. Secara umum, kata emisi digunakan untuk kalor, emisi cahaya atau emisi karbon. Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa istilah emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan selama masa pembakaran semua senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar, bensin, LPG, dan bahan bakar lainnya. Ā Fenomena emisi karbon adalah proses pelepasan karbon ke atmosfer bumi.Ā
Saat ini, emisi karbon dioksida, bersama dengan gas rumah kaca, merupakan salah satu faktor penyebab perubahan iklim dan pemanasan. Keduanya menyebabkan kenaikan suhu global atau efek rumah kaca. Hal ini ditunjukkan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang melaporkan bahwa tingkat gas rumah kaca di atmosfer naik ke rekor tertinggi pada tahun 2020.Ā
Hal ini terjadi meskipun pada tahun 2020 terjadi penutupan besar-besaran di seluruh dunia akibat penyebaran virus Covid-19. Sebuah laporan WMO yang diterbitkan oleh The Guardian mengklaim bahwa tingkat karbon dioksida sekarang 50% lebih tinggi daripada sebelum Revolusi Industri karena pembakaran Ā bahan bakar fosil yang masif. Sementara itu, konsentrasi metana Ā meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1750.Ā
Semua komponen gas rumah kaca tumbuh lebih cepat dari rata-rata dekade sebelumnya pada tahun 2020, dan tren ini akan berlanjut pada tahun 2021. Ā Menurut laporan Global Atmospheric Watch WMO, pembakaran batu bara, minyak, dan gas merupakan sumber karbon dioksida terbesar hingga menyebabkan 66 persen pemanasan global. Pada tahun 2020, emisi CO2 berkurang sekitar 5% dibandingkan tahun 2019 karena pembatasan COVID.
Namun menurut WMO, miliaran ton gas ini masih dipompa ke atmosfer, artinya perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat Covid-19 tidak berdampak nyata pada laju peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Sekitar setengah dari karbon dioksida yang dihasilkan oleh aktivitas manusia tetap berada di atmosfer, sementara separuh lainnya diserap oleh lautan dan pepohonan serta tumbuhan di darat.Ā
Namun WMO memperingatkan bahwa pemanasan global melemahkan kemampuan alam untuk menyerap emisi. Saat ini, Amazon telah beralih mengembalikan karbon ke atmosfer karena kebakaran hutan, kekeringan, dan penebangan pohon yang semula menyerap karbon tersebut.
Meskipun metana menyumbang 16 persen terhadap pemanasan global, sebagian besar emisinya berasal dari aktivitas manusia seperti peternakan Ā dan produksi bahan bakar fosil. Metana adalah gas rumah kaca yang kuat dan berumur pendek, sehingga mengurangi emisi memiliki dampak langsung. Gas rumah kaca lainnya adalah nitrous oxide, atau N2O, yang memberikan kontribusi 7% terhadap pemanasan global.Ā
Emisi ini terutama disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia yang berlebihan di bidang pertanian dan kotoran hewan. Tingkat gas rumah kaca sekarang lebih tinggi dari yang pernah dialami manusia. Ini adalah keadaan tertinggi dalam 3-5 juta tahun, saat suhu global 2-3C lebih hangat dan permukaan laut 10-20 meter lebih tinggi dari hari ini.
Begitu banyak efek yang ditimbulkan dari emisi karbon yang terjadi, yang akan berdampak bagi kelestarian alam dan kesehatan manusia. Jadi, sejalan dengan tujuan menciptakan lingkungan yang lebih sehat, maka keberadaan generasi muda yang akrab disapa generasi milenial menjadi sangat penting untuk mendukung tujuan tersebut.Ā
Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1980 -- 2000an, dimana usianya saat ini mencapai 17-37 tahun yang merupakan usia produktif. Sebagaimana data menunjukkan bahwa pada tahun 2045 Indonesia mengalami bonus demografi yaitu penduduk usia produktif mencapai angka mayoritas di Indonesia. Oleh karena itu, bonus demografi yang dipenuhi oleh generasi milenial ini harus dioptimalkan untuk mendukung budaya sadar alam yang diharapkan dapat menciptakan generasi yang patuh akan kebersihan maupun kelestarian alam sekitar.
Generasi Salam (Sadar Alam) sebagai Upaya menekan emisi karbon untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dapat ditempuh dengan beberapa Gerakan, diantaranya :
- Bijak dalam menggunakan energi. Misalnya mematikan listrik ketika tidak digunakan, seperti kipas angin, AC, TV, dispenser, dan lain sebagainya;
- Lebih sering berjalan kaki. Misalnya menggunakan kendaraan umum ketika berpergian jauh, atau berjalan kaki dan naik sepeda ketika jarak yang ditempuh dekat;
- Lebih bijak dalam menggunakan air;
- Penanaman kembali, karena pohon dapat membantu menyerap emisi karbon dan gas rumah kaca yang dihasilkan manusia;
- Mengurangi penggunaan pestisida dan lebih sering menggunakan pupuk organik, seperti kompos;
- Membawa kantong belanjaan saat berbelanja untuk mengurangi penggunaan plastik
Beberapa gerakan salam (sadar alam) tersebut sebaiknya ditampilkan dengan menarik sehingga mendorong perhatian masyarakat khususnya generasi milenial. Gerakan Salam ini diharapkan menjadi awal dari terbentuknya budaya sadar alam, yaitu budaya masyarakat Indonesia khususnya generasi milenial memiliki jiwa cinta lingkungan, menganggap alam adalah keluarga.Ā
Generasi Indonesia diharapkan menjadi pribadi yang bertanggungjawab atas kemajuan bangsa ini, bersama-sama saling membantu untuk mencapai tujuan negara yaitu lestarinya lingkungan. Wujud dari kelestarian lingkungan itu adalah terciptanya lingkungan yang asri, bersih, terhindar dari gas rumah kaca. Penanaman nilai-nilai kesadaran lingkungan sejak dini sangat penting untuk menciptakan generasi yang cinta akan alam sekitar.
Sumber :Ā
Wareza, M. (2021). Kondisi Bumi Kian Mengerikan, Ini Bukti Terbarunya. Jakarta: CNBC Indonesia. Retrieved June 30, 2023, from https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211107171116-37-289649/kondisi-bumi-kian-mengerikan-ini-bukti-terbarunya
Kuaranita, F. N. (2020). Wareza, M. (2021). Kondisi Bumi Kian Mengerikan, Ini Bukti Terbarunya. Jakarta: CNBC Indonesia. Retrieved June 30, 2023, from https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211107171116-37-289649/kondisi-bumi-kian-mengerikan-ini-bukti-terbarunya. Jakarta: kompas.id. Retrieved June 30, 2023, from https://klasika.kompas.id/baca/apa-itu-jejak-karbon-mengapa-perlu-mengurangi/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H