Mohon tunggu...
Santika Virdi
Santika Virdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Halo, semua!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Melalui Pendidikan Multikultural

21 Maret 2023   23:01 Diperbarui: 21 Maret 2023   23:07 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Multikulturalisme adalah suatu pandangan atau kebijakan atau konsep dalam menyikapi keragaman. Sebenarnya keragaman sudah ada dari awal dunia ini diciptakan. Tetapi bagaimana manusia menyikapi keragaman itu berbeda-beda dan multikulturalisme adalah konsep, tentang bagaimana kita menyikapi keragaman. 

Multikulturalisme dikatakan sebagai ideologi yang umunya dipahami untuk menghormati perbedaan dan keragaman guna untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, kesetaraan, inklusi melalui cara-cara demokrasi.  

Dan juga keragaman perlu dianggap sangat penting untuk berada di dalam ruang yang penuh toleransi, penuh penghargaan satu sama lain, damai dengan persamaan hak antara yang berbeda, dan sikap yang melibatkan atau menerima peluang bagi yang berbeda itu untuk bersama-sama berinteraksi dalam suatu masyarakat yang demokratis. Jadi konsep multikulturalisme mengandaikan dua hal yaitu kita perlu menghargai menghargai atau mengakui.

Indonesia mempunyai banyak keragaman yang dilihat dari berbagai sudut, seperti segi alamnya (biodiversity), segi manusia (demografy), segi budayanya, segi daerahnya, dan banyak lagi. 

Dari segi etnis, Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa dengan ciri budaya yang berbeda-beda, selain itu terdapat lebih dari 250 bahasa yang berbeda. Dalam hal agama dan kepercayaan, Indonesia memiliki berbagai agama seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai kepercayaan agama. 

Semua perbedaan keragaman tersebut membentuk satu kesatuan yang dimaknai dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika. Keragaman budaya dan apa yang disebut multikulturalisme adalah kenyataan, kita semua mempunyai keragaman. 

Masyarakat Indonesia ini sebetulnya sangat beragam dan sangat cair keragamannya, kita bisa bertemu dengan berbagai macam orang di mana saja. Jika potensi ini tidak dikelola dengan baik dan hanya sebagai hiasan maka akan menjadi tsunami bagi keberadaan Indonesia. Salah satu usaha untuk tetap mempertahankan Indonesia adalah melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan pusat penerjemahan nilai, gagasan, sikap dan tindakan sosial dengan tujuan untuk hidup bermoral dan bermartabat. Sekolah adalah “miniatur” dari keragaman yang ada di dunia (setidaknya terlihat pada latar belakang ekonomi, sosial, budaya) dalam hal kebudayaan. 

Selain pendekatan teoretis yang telah disampaikan dalam buku teks, sekolah dapat menerapkan semangat multikulturalisme ketika menerapkan hal-hal yang akan dipraktekkan di lingkungan sekolah. 

Sudah seharusnya sekolah itu menjadi salah sebagai saluran sosialisasi yang tidak hanya sebatas teori tetapi pelajar dibuat mengerti secara langsung sehingga menjadi wadah bagi pengenalan nilai-nilai multikulturalisme dan diharapkan menumbuhkan kesadaran, penerimaan, dan penghormatan terhadap kesetaraan. Pendidikan multikultural bisa dijadikan sebagai wadah untuk meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan, serta toleransi. 

Hal terpenting dalam pendidikan multikultural tidak hanya mengajarkan apa itu multikultural, tetapi juga bagaimana menghadapi keberagaman. Pendidikan multikultural memiliki prinsip bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan.

Pendidikan multikultural adalah pendidikan untuk "people's colour”. Indonesia termasuk ke dalam “people colour” karena Indonesia memiliki berbagai keragaman. Terdapat gagasan yang menegaskan bahwa semua peserta didik tidak memandang dari mana kelompok mereka berasal, seperti mengenai gender, suku bangsa, ras, budaya, kelas sosial, agama sehingga tanpa pengecualian, karena seharusnya peserta didik mengalami kesetaraan pendidikan di sekolah. Pada praktiknya, pendidikan multikultural seharusnya mampu untuk memahamkan keberagaman dalam berbagai skala yang ada dan membutuhkan guru sebagai pengajar dan pendidik.

Peran Guru dalam Pendidikan Multikultural adalah sebagai berikut :

1. Sebagai aktor.

  • Guru merancang pembelajaran berbasis nilai-nilai multicultural seperti :

- Pemahaman akan potensi konflik akibat keberagaman

- Bagaimana manajemen konflik sejak awal kemunculan

- Resolusi konflik yang konstruktif

  • Guru mengaplikasikan pembelajaran berbasis nilai-nilai multikultural.
  • Guru mengevaluasi ketercapaian nilai-nilai multikultural pada kegiatan pembelajaran dengan relevan, proporsional dan terukur.

2. Sebagai fasilitator.

  • Guru melibatkan siswa dengan agenda-agenda yang bernilai multikultur. Contohnya mengikuti cultural event yang diadakan oleh kampus-kampus atau instansi lain yang relevan.
  • Guru membuka ruang-ruang diskusi terkait perbedaan dan kesetaraan budaya.
  • Guru menjembatani potential conflict akibat beberapa gap yang terjadi di sekolah (general, usia, sudut pandang).

3. Sebagai inspirator. Guru sebagai inspirator pendidikan multikultural berarti dapat menjadi suatu teladan bagi peserta didiknya.

Pada hakekatnya pelaksanaan pendidikan multikultural menginstruksikan guru untuk tidak memperkenalkan budaya tertentu yang mendominasi proses pembelajaran, namun guru diarahkan untuk menerapkan pendidikan multikultural yang membuka peluang untuk memasukkan siswa yang berbeda latar belakang budayanya ke dalam pembelajaran. 

Selain itu, guru diharapkan mampu menyampaikan pengertian dan menyampaikan nilai-nilai inti pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme dan pluralisme

Pendidikan multikultural, seperti ini sangat mendesak untuk diimplementasikan dalam praktek pendidikan. Hal ini karena pendidikan dengan perspektif multikultural mampu mengubah peserta didik menjadi pribadi yang tidak hanya bangga terhadap diri sendiri (budaya, bahasa dan keistimewaan lainnya), tetapi juga mampu menerima berbagai keistimewaan untuk mengakui, menerima dan menghargai orang lain dan siap hidup dalam kesejajaran. 

Setidaknya terdapat tiga aspek dalam urgensi pendidikan multikultural, yaitu kesadaran bahwa kita hidup pasti ada perbedaan sehingga kita harus menerima perbedaan tersebut, kemudian penerimaan yang dimaksudkan adalah sikap kita dalam menerima keberagaman yang ada, dan terakhir kesetaraan yang dimaksudkan adalah setiap orang seharusnya memiliki kesempatan yang sama.

Referensi

Yudi Hartono, Dardi Hasyim, 2003. Pendidikan Multikultural di Sekolah. Surakarta: UPT penerbitan dan percetakan UNS

Rahim, R. (2012). Signifikansi pendidikan multikultural terhadap kelompok minoritas. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 12(1), 161-182.

Ibrahim, R. (2015). Pendidikan multikultural: pengertian, prinsip, dan relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam. Addin, 7(1).

Atmaja, I. M. D. (2020). Membangun Toleransi Melalui Pendidikan Multikultural. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(1), 113-121.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun