Mohon tunggu...
Santika Pratiwi
Santika Pratiwi Mohon Tunggu... Lainnya - Senior Business Development

For a work detail, education background and achievement kindly check my LinkedIn : Santika Pratiwi | An old soul book enthusiast | Writing is a Hobby, New Insight is a Result

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Sindrom Peter Pan

15 Februari 2023   17:14 Diperbarui: 15 Februari 2023   19:06 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bonjour, Reader!

Pasti Reader ngga asing lagi dengan cerita Peter Pan, kan? Iyess, salah satu tokoh dongeng yang sangat populer di seluruh dunia sejak di angkat dalam novel 'Peter Pan or The Boy Who Wouldn't Grow up', 1911. Seorang lelaki yang tinggal di Neverland dan dia tetap berperan menjadi anak - anak.  Terlepas betapa asiknya menjadi anak - anak, tanpa terbebani dengan berbagai macam hal Ketika harus tumbuh dewasa. Namun, karena berproses tumbuh menjadi dewasa juga hidup lo menjadi lebih berwarna dengan adanya berbagai macam halangan dan rintangan saat lo survive menjadi sosok yang lebih dewasa tersebut.

Ketika beranjak dewasa, lo juga belajar memaknai hidup yang sebenarnya. Tetapi, banyak dari kita juga terkadang marasa denial dan tidak siap dengan kenyataan bahwa kita sudah tumbuh menjadi seorang yang dewasa dan bukan anak - anak lagi. Yupss, lebih fatalnya lagi, banyak dari kita yang menghindar dan beranggapan bahwa kita belum dewasa, which is feel still child but not.

Kalo lo salah satu orangnya, please be careful ya! Boleh jadi lo termasuk orang yang mengidap Sindrom Peter Pan. Lah kok bisa? Oke, let me explain to you! Kalo lo pernah nonton atau denger cerita tentang Peter Pan, dia adalah sosok laki - laki yang selalu menghindari tanggung jawab sebagai orang dewasa and yups, sama dengan Sindrom Peter Pan. Orang - orang yang mengidap sindrom ini cenderung melakukan hal yang sama.

Konsep Sindrom Peter Pan pertama kali dikenalkan oleh Dan Kiley dalam bukunya 'Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grow Up' 1983. Pada buku ini spesifik membahas terkait Sindrom Peter Pan pada pria. Namun, kondisi ini bisa dialami oleh semua orang, baik Pria maupun Wanita.

Meski terkait dengan masalah psikologis, Sindrom Peter Pan bukan termasuk diagnosis resmi gangguan mental. Berikut beberapa ciri - ciri Sindrom Peter Pan secara umum.

Ciri - Ciri Sindrom Peter Pan Secara Umum:

  • Sulit Mengambil keputusan

Rata - rata orang membuat keputusan lebih dari 35.000 keputusan per hari. Seorang dengan Sindrom Peter Pan dapat menghindari hal ini dengan meminta bantuan kepada orang lain untuk memimpinnya dalam mengambil keputusan tersebut. Kurang lebihnya, ybs merasa tidak percaya diri untuk memilih keputusan terhadap diri sendiri.

  • Tidak Tertarik Dalam Pengembangan Diri

Pada umumnya, semakin bertambah usia, seseorang akan berusaha untuk lebih mengupgrade diri baik dengan cara lebih mandiri maupun berproses jauh lebih baik dari sebelumnya. Namun, seseorang dengan Sindrom Peter Pan biasanya tidak memilki ketertarikan untuk mengembangkan diri dan terlalu easy going dengan keadaannya saat ini.

  • Sulit Mengakui Kesalahan dan Intropeksi Diri

Umumnya, seseorang dengan sindrom PeterPan sangat sulit mengakui kesalahan yang dibuat dan tidak jarang, less interested untuk mengintropeksi dirinya.

  • Cendrung Berprilaku Kekanakan, Tidak Sesuai dengan Usia

Biasanya, orang dengan sindrom ini selalu bersikap kekanakan dan menggampangkan suatu masalah yang dihadapi. Serta, tidak stabil.

  • Menghidari Konflik dan Konfrontasi

Umumnya, mereka yang mengidap sindrom Peter Pan yang masih memiliki kematangan emosional seorang anak - anak. Sangat menghidari Konflik dan Konfrontasi sebaik mungkin dan menjauh dari public serta realita yang ada.

  • Bergantung Pada Orang Lain

"Mereka tidak pernah melakukan apapun untuk diri sendiri dengan cara yang berarti atau untuk benar - benar berpisah dari keluarga asal untuk hal yang positive" - Gauri Khurana

Jika lo merasa bahwa lo adalah salah satu orangnya, baiknya untuk improve diri lebih baik dalam melakukan pengembangan diri baik secara sosial maupun individual. Dan jika sudah terlalu akut, ada baiknya untuk melakukan konseling untuk menjadi lebih maksimal.

In the end, may us always try to improve ourself much better.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun