Mohon tunggu...
Santika
Santika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asal-Usul Simbol Kabataku (Kali Bagi Tambah Kurang)

2 Mei 2023   05:59 Diperbarui: 2 Mei 2023   06:46 3944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak sekali simbol-simbol dalam matematika, diantaranya ada simbol =, +, -, :, , dan lain-lain. Para matematikawan lah yang memperkenalkan berbagai macam simbol seperti yang kita kenali sampai saat ini. Namun terkadang mereka tidak menjelaskan secara rinci karena beranggapan bahwa para komunitas telah mengetahui maknanya (Faizah, 2020). Adapun kehadiran simbol matematika sendiri sangatlah mempermudah pemahaman kita untuk memahami penulisan dalam kalimat matematika. Seperti misalnya tanda + sebagai lambang penjumlahan, tanda -- sebagai lambang pengurangan, tanda x sebagai lambang perkalian, dan tanda sebagai lambang pembagian. Namun apakah kita pernah mencari tahu darimana asal muasal tanda atau simbol-simbol tersebut? Berikut adalah penjelasannya;
1. Tanda tambah (+)
Seorang matematikawan muslim dari Andalusia atau Spanyol yaitu Abu Al-Hasan Ibnu Al-Qalasadi memperkenalkan lambang penjumlahan pada abad ke-14. Simbol penjumlahan sendiri beliau gunakan dari alfabet Arab yaitu "wa" yang berarti "dan". Simbol plus (+) atau tanda tambah muncul pada tahun 1456 yang terdapat pada manuscript yang tidak diterbitkan karya Regiomontanus. Buku Johan Widmann yang berjudul Mercantile Arithmetic merupakan salah satu buku pertama yang menggunakan tanda plus dan minus. Pada awalnya beliau menggunakan tanda + dan -- untuk kepentingan bisnis, yaitu untuk merepresentasikan kelebihan dan kekurangan (Kusaeri, 2017). Salah satu pengarang buku di Inggris bernama Robert Recorde (1510-1588) menerbitkan sebuah buku The Whetstone of Witte di Inggris yang mana didalamnya terdapat simbol plus (+). Simbol plus atau tanda + sendiri baru mendapatkan pengakuan umum pada tahun 1630.
2. Tanda kurang (-)
Simbol pengurangan atau -- muncul pada tahun yang sama dengan tanda plus atau + yaitu pada tahun 1456 pada sebuah manuscript yang tidak diterbitkan karya Regiomontanus. Penggunaan simbol pengurangan ini pertama kali dipakai pada abad ke-15 di Italia oleh Luca Pacioli. Diophantus dari Alexandria menggunakan simbol -- untuk operasi pengurangan sebelum disingkat dengan M atau m yaitu singkatan dari minus yang berarti menghilangkan satu atau lebih. Sama halnya seperti tanda tambah, tanda pengurangan juga termuat dalam buku karya Robert Recorde dari Inggris yang berjudul The Whetstone of Witte, namun demikian tanda -- atau simbol pengurangan ini baru mendapatkan pengakuan umum pada tahun 1630.
3. Tanda Kali (x)
Matematikawan Inggris bernama William Oughtread merupakan seorang matematikawan pertama yang memperkenalkan lambang x sebagai simbol perkalian. Lambang x juga digunakan oleh matematikawan Jerman yaitu Leibniz pada abad ke-17, hal ini sesuai dengan yang termaktub pada bukunya pada tahun 1631. Namun terdapat perbedaan pendapat terkait penggunaaan lambang x sebagai simbol perkalian yang diungkapkan oleh kedua matematikawan tersebut. Hal ini dikarenakan matematikawan Jerman yaitu Leibniz berpendapat bahwa lambang x untuk perkalian terlalu mirip dengan sebuah lambang bilangan dalam aljabar.
Dari sini kita ketahui bahwa ternyata para matematikawan menerima sebuah simbol untuk menyatakan sesuatu tidaklah mudah dan perlu pertimbangan yang baik, seperti halnya simbol x sebagai lambang perkalian. Simbol x tidak muncul dalam buku-buku teks umum aritmatika, sampai pada akhirnya di pertengahan abad ke 19 para matematikawan lebih suka menggunakan simbol titik (.) atau dot sebagai simbol untuk menyatakan perkalian. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya para matematikawan mau menggunakan tanda x sebagai simbol perkalian.
4. Tanda Bagi ()
Penulisan tanda pembagian pada awalnya hanya menempatkan pembilang di atas penyebut tanpa menuliskan simbol pembagian di tengahnya, seperti 6 dibagi 5 ditulisnya dengan posisi angka 6 diatas angka 5 tanpa ada garis pembatas pembagian. Kemudian garis pembatas untuk menyatakan pembagian dipakai sehingga penulisannya menjadi 6/5.
Tanda bagi ini pertama kali muncul dalam buku berjudul Teutsche Algebra karya Johann Rahn, dan pada tahun 1668 buku tersebut diterjemahkan dalam Bahasa Inggris. Walau pada dasarnya simbol dari perhitungan aritmatika sudah banyak yang mengalami perubahan, namun maksudnya tetap sama dan simbol yang kita gunakan sampai saat ini sangatlah bermanfaat untuk mempermudah perhitungan dengan lebih sederhana. Selain dari sejarah simbol aritmatika, simbol-simbol lain dalam matematika juga memiliki arti serta
kebermanfaatan bagi kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun