Festival pariwisata budaya bertajuk "Janardana: Jendela Seni dan Pariwisata Budaya Airlangga" sukses menjadi sorotan pada Jumat, 27 September 2024. Bertempat di area Perpustakaan Kampus B Universitas Airlangga, acara ini berhasil menggabungkan unsur seni dan pariwisata dengan cara yang menginspirasi, serta menjadi salah satu kegiatan kreatif dari mahasiswa Destinasi Pariwisata UNAIR.
Nama "Janardana" diambil dari istilah yang berarti "jendela," yang secara simbolis membuka ruang bagi publik untuk melihat dan mengeksplorasi berbagai aspek seni dan pariwisata. Dengan tema ini, Janardana bertujuan untuk memperkenalkan budaya lokal melalui tarian tradisional, musik daerah, serta kuliner khas yang belum dikenal luas di luar wilayah. Melalui acara ini, kekayaan budaya Jawa Timur berhasil diangkat ke permukaan, memperlihatkan bahwa warisan budaya dapat menjadi salah satu atraksi unggulan dalam dunia pariwisata.
Memulai dengan Pembukaan Tenant dan Penampilan Seni
Acara dimulai pada pukul 10.00 pagi dengan pembukaan tenant-tenant kuliner, dipimpin oleh KOC tenant, Avinia Sakinah Rahma. Tenant-tenant tersebut menawarkan berbagai pilihan makanan dan minuman yang menarik perhatian pengunjung sejak awal.Â
Antusiasme terlihat jelas ketika mahasiswa dan pengunjung memadati area tenant, menciptakan suasana yang semarak dan hangat. Stan-stan makanan ini menjadi bagian integral dari festival, memberikan ruang bagi pengusaha kecil dan menengah untuk menampilkan produk mereka kepada khalayak kampus.
Puncak acara dimulai pada pukul 14.00 dengan pembukaan resmi yang dihadiri oleh Ketua HIMA, IsnaBella, KOC Janardana, Nova, serta Wakil Dekan I Fakultas Vokasi, Prof. Dr. Tika Widiastuti, S.E., M.Si. Sambutan mereka yang meriah disambut dengan tepuk tangan dan antusiasme dari para hadirin.Â
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan berbagai penampilan seni yang memukau, dimulai dengan Tari Sparkling Surabaya yang penuh energi dan dinamis. Penampilan ini tidak hanya menampilkan keindahan gerakan tari, tetapi juga menonjolkan keunikan budaya Surabaya.
Tak berhenti di situ, festival ini juga menampilkan Tari Betawi dan Tari Kreasi Bali, dua tarian yang mewakili keanekaragaman budaya Indonesia. Masing-masing tarian menampilkan kostum warna-warni dan gerakan yang menggambarkan kekayaan tradisi daerah masing-masing.Â
Di sela-sela penampilan tari, penonton juga dimanjakan dengan suguhan musik akustik yang membawakan lagu-lagu hits, menciptakan suasana yang menyenangkan di area taman perpustakaan. Penampilan ini tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mengajak pengunjung untuk bernyanyi bersama, memperkuat ikatan sosial di antara mereka.
Ice Breaking yang Mendidik dan Menghibur
Salah satu momen menarik dari acara ini adalah sesi ice breaking yang dipandu oleh MC acara. Dalam sesi ini, pengunjung diajak untuk menjawab pertanyaan seputar pariwisata. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan baru bagi para peserta mengenai dunia pariwisata, baik lokal maupun internasional.Â
Misalnya, pertanyaan seperti apa saja destinasi prioritas yang ada di Indonesia dan pertanyaan lain yang berkaitan dengan pariwisata yang ada di Indonesia. Bagi pengunjung yang berhasil menjawab dengan benar, disediakan hadiah menarik sebagai apresiasi atas partisipasi mereka.
Sesi ini menjadi salah satu cara efektif untuk tidak hanya meramaikan suasana, tetapi juga memberikan nilai edukasi kepada pengunjung. Banyak yang merasa terhibur sekaligus memperoleh pengetahuan baru tentang destinasi wisata yang mungkin belum mereka ketahui sebelumnya. Ice breaking ini menjadi salah satu elemen penting yang menjadikan Janardana sebagai festival yang tidak hanya bersifat hiburan, tetapi juga informatif.
Merayakan Budaya dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Festival Janardana juga memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan menyediakan ruang bagi pelaku usaha kecil dan menengah untuk memasarkan produk mereka di tenant-tenant yang tersebar di area acara, Janardana berperan aktif dalam memfasilitasi pertumbuhan sektor kuliner lokal. Mahasiswa, sebagai mayoritas pengunjung, sangat antusias mencoba beragam makanan dan minuman yang ditawarkan, sembari menikmati rangkaian acara seni yang berlangsung.
Di sepanjang acara, suasana penuh kegembiraan dan semangat terlihat di setiap sudut taman perpustakaan. Kehadiran tenant yang ramai dengan pembeli, diiringi oleh alunan musik akustik dan pertunjukan tari, membuat festival ini terasa hidup dan meriah. Bagi para penyelenggara, Janardana telah menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara seni, budaya, dan pariwisata mampu menghasilkan dampak positif tidak hanya dalam pelestarian budaya, tetapi juga dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata budaya sebagai bagian dari perekonomian daerah.
Penutupan yang Berkesan
Festival ini diakhiri dengan penampilan Tari Kreasi Bali sebagai puncak acara, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari penonton. Penutupan ini sekaligus menandai berakhirnya rangkaian acara yang sukses membawa kebahagiaan dan kesan mendalam bagi para pengunjung.
Kesuksesan Janardana sebagai sebuah festival budaya membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan beriringan dengan inovasi dan kreativitas. Acara ini tidak hanya mempromosikan seni dan pariwisata Jawa Timur, tetapi juga memberikan ruang bagi generasi muda untuk belajar, berpartisipasi, dan mendukung budaya lokal.
Dengan antusiasme yang tinggi dari seluruh peserta, pengunjung, dan penyelenggara, festival ini meninggalkan kesan mendalam dan dapat menjadi inspirasi untuk festival-festival budaya lainnya di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H