Mohon tunggu...
Santi Hutabarat
Santi Hutabarat Mohon Tunggu... Freelancer - I made a commitment, then I have to do it.

Life is a journey of finding your own home

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sumut: Rohakki Sae Naeng Mian Disi

23 Desember 2019   13:37 Diperbarui: 23 Desember 2019   13:55 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Halo, nama saya...., Saya berasal dari Medan", setelah mendengar kata terakhir pada kalimat diatas, lawan bicara kita, khususnya apabila ia berasal dari luar Sumatera Utara pada umumnya akan secara spontan membalasnya dengan kata "HORAS". Atau bila teman-teman kita yang tinggal di luar pulau Sumatera sedang merencanakan liburan ke salah satu pulau terbesar di Indonesia dan di Dunia ini, maka "DANAU TOBA" merupakan salah satu destinasi yang tidak akan dilewatkan. Kota Medan, Horas, dan Danau Toba tampaknya menjadi ikon untuk mewakili salah satu provinsi yang terletak di bagian utara pulau Sumatera ini.

Sumatera Utara (Sumut) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribu kota-kan Medan. Wilayah Sumatera Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh (Utara), Selat Malaka (Timur), Provinsi Riau dan Sumatera Barat (Selatan) serta Provinsi Aceh dan Samudra Indonesia (Barat). 

Setiap manusia pasti tidak bisa mengatur dimana dan dan seperti apa ia dilahirkan, hal itu adalah salah satu pemberian mutlak dari Tuhan yang Maha Esa. Demikian juga dengan saya yang dilahirkan di Tapanuli Tengah, salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Menjadi salah satu penduduk di Sumatera Utara menjadi salah satu kepercayaan dari sang Khalik yang harus saya syukuri. Terlepas karna hal itu merupakan anugerah, ada beberapa hal yang membuat saya bangga menjadi warga Sumut, seperti yang akan saya uraikan berikut ini: 

           1. Hijau alamnya, Lautnya yang luas, serta Gunungnya yang megah 

Danau Toba dengan panorama alam yang indah tentu bukan destinasi wisata yang baru bagi sebagian besar warga Indonesia bahkan warga Negara Asing. Jika Anda merasa bahwa Danau Toba terlalu mainstream maka Anda harus tahu bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan alam lainnya.  

SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki Kawasan Hutan seluas 3.055.795 (tiga juta lima puluh lima ribu tujuh ratus sembilan puluh lima) hektar yang dirincikan kedalam 5 fungsi. Salah satu fungsinya yakni sebagai Kawasan Suaka Alam (KSA)/Kawasan Pelestarian Alam (KPA)/Taman Buru (TB), seluas 427.008 hektar. Hamparan hijau tersebut memberi kesegaran udara serta menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna. Selain kekayaan variannya, kawasan hutan tersebut juga menyimpan beragam tanaman obat-obatan.

Misalnya, Cagar Alam Dolok Sibual-buali yang terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Barumun, Padang Lawas. Berdasarkan hasil survey identifikasi tanaman obat-obatan tahun 2002 oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara, terdapat lebih dari 107 jenis tumbuhan obat-obatan yang terdapat di dalam Cagar Alam Dolok Sibual-buali dan daerah sekitarnya. Demikian juga halnya dengan  TWA Lau Debuk-debuk yang terletak berdekatan dengan sumber panas bumi yang juga dimanfaatkan oleh pihak swasta untuk mengelola aliran panas bumi (geothermal). Pemandian air panas tersebut menjadi sumber pengobatan alternatif untuk berbagai penyakit serta beberapa varietas tanaman obat yang masih bisa ditemukan dibeberapa kawasan cagar alam di Sumatera Utara. 

 Hal lain yang tak kalah menarik yang ditemui di Sumatera Utara adalah bentangan laut yang luas. Luas wilayah Sumatera Utara 181.680 kilometer persegi dan 60 persen diantaranya merupakan wilayah laut dengan panjang pantai mencapai 1.300 kilometer yang terdiri dari Panjang Pantai Timur 545 km, Panjang Pantai Barat 375 Km dan Kepulauan Nias dan Pulau-Pulau Baru Sepanjang 350 KM. Senada dengan hal itu, maka obyek wisata bahari seperti selancar, memancing, wisata selam, snorkeling, wisata pantai, berenang, dan wisata desa binaan adalah hal yang mungkin dilakukan di beberapa tempat di Sumatera Utara.

Misalnya, Pulau Nias. Pulau Nias dikenal sebagai tempat berselancar karena memiliki ombak yang besar. Hal ini disebabkan karena Pulau Nias berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Pulau Nias telah menjadi tuan rumah Indonesia Open Surfing Championship, karena ombaknya yang sangat besar mencapai 15 meter menjadikan tempat ini dikenal dunia bahkan menjadi pantai terbaik kedua setelah Hawai dalam kegiatan berselancar.

Selain keindahan di permukaan laut yaitu keindahan pantainya, Sumatera Utara  juga memiliki keindahan di dasar lautnya yaitu terdapat berbagai hasil tangkapan laut meliputi ikan laut seperti gembung, cumi-cumi, udang, tongkol, dan lainnya. Pantai Sorake, Pantai Turelotu, Pantai Lumban Bulbul, Pantai Lagundri serta  pulau mursala sebuah pulau yang unik, dimana air terjunnya jatuh langsung ke laut sehingga terlihat begitu menawan adalah beberapa magnet bagi mereka penikmat  panorama keindahan laut.

      2. Penduduk bersatu, Walau beragam asalnya

 Seperti bagian dari lirik Himne Sumatera Utara diatas, Sumatera Utara memiliki penduduk yang beranekaragaman. Berdasarkan golongan etnisnya, Penduduk Sumatera Utara terdiri dari penduduk asli penduduk asli pendatang dan penduduk asing. Yang termasuk penduduk asli ialah: suku Melayu, Batak Karo, Simalungun, Pak-pak/Dairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias. Golongan pribumi pendatang adalah suku: Jawa, Sunda, Bali, Ambon, Minahasa, Banjar, Palembang, Riau, Minangkabau dan lain-lain, sedangkan penduduk asing adalah orang-orang Arab, India, Cina dan bangsa-bangsa lain.

 Dengan keanekaragaman tersebut, maka tak heran jika Sumatera Utara memiliki kekayaan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda-beda khususnya yang berasal dari setiap etnis yang ada di Sumatera Utara. Bahasa, tradisi, kerajinan tangan, makanan, kesenian dan lain sebagainya. Terdiri dari beragam perbedaan penduduk, tidak mengurangi rasa kekeluargaan sesama penduduk di Sumatera Utara khususnya dengan intoleransi terhadap perbedaan agama yang sering diberitakan akhir-akhir ini. Hal ini sejalan dengan indeks kerukunan umat beragama yang dirilis oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Rabu (11/12/2019), Sumatera Utara berhasil mencapai Skors Indeks KUB (Kerukunan Umat Beragama) di atas rata-rata nasional, yakni 76,3. Survei untuk KUB itu dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan pada Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan (Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat) Kemenag.

 3. Pintar Nyanyi, orang Medan ya?

 Orang Medan pasti bisa bernyanyi! Hal ini seolah menjadi pandangan publik secara umum terhadap kemampuan bernyanyi orang-orang yang berasal dari Medan, Sumut.  

Baru-baru ini, penduduk Sumatera Utara bangga dengan pencapaian Vinota Sihombing pada acara  The Voice Indonesia 2019. Judika, Maria Simorangkir, Joy Tobing, Margareth Siagian adalah beberapa penyanyi yang berasal dari Sumatera Utara yang menjadi idola karna bakat dan kemampuan mereka dalam bernyanyi. Tak hanya itu, kita juga mengenal Lyodra Margaretha Ginting yang menjadi juara pertama di  kompetisi menyanyi internasional khusus penyanyi solo berusia 6-15 tahun pada Festival Sanremo Junior 2017 yang diadakan di Italia.

 Ala bisa karna biasa, tampaknya ungkapan ini berlaku dalam pembentukan karakter suara orang Sumut terkhusus, suku Batak. Walau begitu, ada juga mereka yang memang secara sengaja mengasah kemampuannya bernyanyi melalui pelatihan di dunia tarik suara. Di Sumatera Utara, jika memiliki kesempatan berjalan ke pelosok-pelosok desa khususnya di warung-warung, maka  tak jarang akan ditemui  pemuda-pemuda dan bapak- marende (bernyanyi) dengan iringan gitar. Semua orang terlibat. Biasanya tidak ada yang hanya duduk dan mendengarkan. Walau tidak semua orang yang berasal dari Sumut memiliki kepiawaian dalam bernyanyi, namun apabila diberi kesempatan, mereka tidak akan menolak. Seiringan dengan hal itu, maka bila ada pesta baik untuk merayakan dukacita dan sukacita, tak jarang orang Sumut, khususnya mereka yang berasal dari etnis Batak menunjukkannya lewat bernyanyi.

   4. Racikan Obat Tradisional

 Dianugerahi dengan kergaman hayati, maka tak jarang masyarakat mengolahnya menjadi berbagai ramuan penawar pennyakit. Pemanfaatan jenis tanaman/tumbuhan tertentu sebagai obat biasanya dikuasai oleh mereka Penduduk asli, yakni mereka yang dari lahir hingga berusia lanjut di daerah Sumatera  Utara.  Tak hanya dalam bentuk ramuan, pengobatan juga dilakukan dalam bentuk pemijatan atau penyembuhan metode tangan dan barulah diberikan obat-obatan yang berasal dari rempah-rempah dedaunan maupun akar pepohonan.

  •  Minyak Khas Karo

Tak hanya menyisakan kenangan tentang kemenangannya pada perhelatan Asian Games 2018.  Anthony Sinisuka Ginting juga memberi pengenalan tentang salah satu ramuan yang berasal dari suku Karo, Sumatera Utara. Mengalami nyeri otot di kaki kiri membuat atlet asal Cimahi, Jawa Barat itu tak mampu menuntaskan laga pada final beregu putra Asian Games 2018 antara Indonesia dan China tepatnya pada Rabu 22 Agustus 2018. Namun, Lucia, ibunya Anthony menyrankan agar Ia menggunakan minyak urut khas Karo, Sumatra Utara untuk membantu mengatasi keram otot yang dialaminya.

Minyak karo merupakan salah satu ramuan yang dibuat dari beragam rempah seperti buah pala, kencur, lada, rempah ratus, daun kapal kapal, daun jeruk purut, kemangi, akar pinang, tawar gegeh, tawar ipuh, bulung nilam, akar riman, akar bambu, alang-alang, kunyit, pinang akar pengkih, akar enau,bawang merah dan bawang putih dan bahan lainnya. Oleh orang-orang Karo sendiri, minyak ini biasa disebut minyak pengalun yang artinya minyak pijat. Minyak ini biasanya digunakan untuk meredakan sakit kepala dan demam, mengatasi nyeri rematik, juga berkhasiat meredakan nyeri otot, mabuk perjalanan hingga mengeringkan dan mengobati kulit yang terluka bakar. Minyak karo juga  memiliki rasa hangat yang cocok digunakan untuk kusuk dan menghangatkan badan.

  • Pultak-pultak 

 Physalis angulate  atau dalam bahasa Indonesia disebut ceplukan memiliki banyak manfaat kesehatan. Untuk beberapa daerah di Sunut, tanaman ini sering digunakan untuk mengatasi cacar. Ketika  terserang cacar, mandi dengan menggunakan air rebusan ceplukan dipercaya bisa mengobati cacar tanpa meninggalkan bekas.

  • Unte Pangir

 Unte Pangir (Jeruk Purut) juga menjadi bagian dari pemanfaatan bahan alami sebagai pengobatan di beberapa wilayah Sumut. Air rebusan jeruk purut ini dipercaya bisa memberikan kesegaran pada tubuh yang sudah bekerja seharian.  Unte Pangir juga digunakan dalam salah satu tradisi khusus menyambut Ramadhan oleh umat muslim di Sumatera Utara atau disebut dengan marpangir. Marpangir adalah kebiasaan warga menyambut bulan Ramadan khususnya bersuku Batak Mandailing dan Angkola Sipirok. Tujuan utama Marpangir adalah membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa, sehingga ketika mengerjakan ibadah suci tersebut badan, hati, dan pikiran telah bersih.

Kekayaan alam dan kekayaan pengetahuan serta kemampuan masyarakat dalam berbagai hal adalah bagian dari hal-hal yang membuat saya bangga menjadi bagian dari Sumatera Utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun