Mohon tunggu...
Santi Djiwandono
Santi Djiwandono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Praktisi Komunikasi - Malang -Communication needs good will and good skill-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rakyat Yang 'Di-Rakyatkan'

9 Juli 2014   18:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:51 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mak jleb! Begitu bunyi jari kelingkingku dicemplungkan oleh mbak petugas di TPS, ke dalam botol tinta. Yang ada belepotan deh, tintanya di jari dan tanganku.Mbaknya mau tak omeli tidak jadi, khawatir merusak kegembiraan pesta rakyat!

Selama hidup 40 tahun lebih, baru kali ini aku merasa girang banget bangun pagi-pagi benar, bersiap lalu langsung berderap menuju TPS untuk memberikan hak suara, dan mendapat nomor urut 2.

Peristiwa yang sangat bersejarah! Pasti tidak akan ada duanya.Dadaku terasa sesakterjejali rasa bangga, gembira, haru bercampur menjadi satu.Seolah hati ini ingin menggambarkan rakyat Indonesia yang beragam namun semuanya punya satu tujuan hari ini, memilih Presiden!

Sembari duduk mengucuri tangan yang berlumuran tinta dengan spiritus dan minyak telon, aku lalu melamun….sepertinya ada penggerak, pendorong, daya, energiyang sangat dahsyatyang sedang terjadi di Indonesia saat ini, yang pada ujungnya menciptakan kegembiraan luar biasa dalam hati rakyatnya.

Energi penggerak ini kemudian menimbulkan efek-efek dahsyat lain seperti; intensitas interaksi yang lebih santun, lebih dalam dan lebih bermakna.Argumentasi yang didasarkan pada hasil pemikiran dan hasil kerja nyata. Pendidikan politik yang secara luas dipraktekkan oleh para politisi yang santun dan berbudaya yang tidak akan efektif apabila hanya diajarkan di ruang-ruang kelas.Gerakan ‘mendadak’ kelas menengah yang sangat otentik, passionate dansukarela. Semuanya ini menciptakan sebuah harapan baru bagi kebaikan bangsa ini.

Jaman dulu, istilah ‘Pemilu’, ‘Rakyat’, terdengar sumbang dan terkesan rendah.Sekarangterdengar sangat merdu dan kesannya berkelas.Rakyat yang selama ini dibohongi, dianggap bodoh, dikuras habis uangnya, diperhatikan saat diperlukan saja, dan dipermainkan, hari ini sedang berderap mulai ambil alih kedaulatannya, pemilik Negara yang sesungguhnya.

Aku tidak mau hasil penghitungan suara yang sekarang mulai itu, atau hasil pemilu nanti mengganggu perasaan sentimental- ku saat ini, seorang rakyat yang akhirnya ‘dirakyatkan’ dan manusia yang akhirnya ‘dimanusiakan’, mak jleb!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun