Mohon tunggu...
santi diwyarthi
santi diwyarthi Mohon Tunggu... Dosen - Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a wife, a mother, a worker....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tumpek Krulut, Valentine, dan Hari Kasih Sayang

10 Februari 2019   07:55 Diperbarui: 10 Februari 2019   08:20 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumpek bermakna ketajaman pikiran dan kejernihan hati. Krulut berasal dari kata Lulut yang artinya senang atau cinta, bermakna jalinan atau rangkaian kasih sayang. 

Setiap hari raya Tumpek, umat Hindu melaksanakan rangkaian upacara yang bermakna menghormati ajaran leluhur, mengingatkan kita senantiasa mengasah ketajaman pikiran, agar selalu fokus, tidak diperdaya oleh ego dan emosi yang bisa menghancurkan umat manusia.

Sanjaya (2010, 80) mengemukakan bahwa kata Tumpek berasal dari kata Tu (metu) yang berarti keluar atau lahir, dan pek yang berarti putus atau berakhir. Pengertian ini diambil berdasar dari Tumpek yang merupakan hari berakhirnya sapta wara atau saniscara, dan berakhir pula panca wara, yaitu kliwon. Dengan berakhirnya ini, maka merupakan hari raya Hindu yang patut dilaksanakan sebagai hari raya Tumpek.

Setiap agama memiliki hari suci yang dirayakan oleh umat pemeluknya. Baik itu terkait dengan awal mula berdirinya agama tersebut, hari lahir pemuka agama atau tokoh spiritual, tempat atau peristiwa terkait keagamaan.

 Pemaknaan filosofis hari suci agama berfungsi untuk semkin mendekatkan diri dengan Tuhan, melakukan aktivitas terkait dengan hari suci, dan sebagai srana meningkatkan kualitas diri dalam hal memberikan pelayanan bagi sesama umat manusia, leluhur, juga Tuhan. Hal ini memberikan bukti empiris bahwa pelaksanaan rangkaian kegiatan agama yang sakral tidak dapat terlepas dari kemasan ragam budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.

dokpri
dokpri
Lontar Sundarigama menjelaskan bahwa tumpek merupakan hari turunnya Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Dharma yang membawa ajaran Tatwa atau ilmu pengetahuan suci. Perayaaan Tumpek bertujuan memohon agar Saang Hyaang Dharma berkenan menurunkan ajaran suci supaya tercipta ketenangan lahir dan batin dalam diri maanusia pada berbagai situasi dan kondisi yang ada di dalam kehidupan.

Sang Ayu Asri Laksmi Dewi (https://laksmidewiblog.wordpress.com/2016/06/11/tumpek-krulut-dan-hari-kasih-sayang/) menjelaskan bahwa Rerahinan Tumpek adalah hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap 210 hari sekali (6 bulan Bali), yaitu pada setiap hari Sabtu atau Saniscara Kliwon. Hari raya Tumpek adalah hari berdasarkan pawukon, dengan demikian nama Tumpek disesuaikan dengan nama wuku, misalnya Tumpek pada wuku Landep disebut Tumpek Landep, Tumpek pada wuku Krulut disebut Tumpek Krulut.

Tumpek Krulut jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Krulut. Pada hari ini umumnya masyarakat Hindu di Bali melaksanakan upacara pada berbagai jenis tetabuhan seperti gong, angklung, dan berbagai alat gamelan lain. Krulut berasal dari kata Lulut, berarti senang, gembira, kepingon, seperti halnya suara tetabuhan gamelan yang mengalun dan dapat menyebabkan orang lain merasa senang.

Dalam gamelan, melinggih Bhatara Iswara (Dang), Siwa (Dung), Brahma (Deng), Wisnu (Dung), dan Maha Dewa (Dong). Melinggih pula Batara Maha Dewi, Uma Dewi, Saraswaati, Sri, dan Gayatri (Sanjaya, 2010).  

Maka hari ini adalah hari baik dan tepat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menganugerahkan keindahan dalam seni dan budaya, berupa satu kesatuan nada dan irama dari gamelan, merdu dan menyenangkan hati, apalagi ditambah dengan keindahan penampilan para pemainnya, para penari atau penyanyi yang melantunkan kidung suci. Rangkaian keindahan dan keharmonisan ini yang patut diteladani umat manusia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

dokpri
dokpri
Ketut Wiana (2009) menjelaskan bahwa Tumpek Krulut merupakan hari khusus untuk mengingaatkan umt Hindu membina hidup berdasar kasih sayang pada sesama manusia. Tumpek Krulut dinyatakan sebagai Hari Kasih Sayang bagi Umat Hindu, dan simbol untuk memotivasi umat mewujudkan kasih sayang pada sesama umat manusia sebagai pengabdian dalam bentuk pelayanan sesuai swadharma masing-msing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun