Lumajang selalu memiliki kesan tersendiri di hati. Kota ini memiliki banyak tempat bersejarah, dengan masyarakat yang ramah, nuansa indah dengan segala pernak pernik yang membuat hati senantiasa berbuncah....
Berawal dari awal tahun ini ku kunjungi Lumajang bersama suami beserta rekan kantor, juga para mahasiswanya. Berikutnya, Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan mengambil tempat juga di Lumajang. Berkali aku kembali ke Lumajang, untuk melaksanakan penelitian. Dan kini, bersama rombongan dari Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, berangkat menuju Lumajang, hari Senin pagi hari, 1 Oktober 2018.
Selesai bersembahyang, kami menuju salah satu penginapan sederhana yang terletak di bagian Utara Pura, mandi dan beristirahat sejenak. Ada Arik Tohari, alumni BPLP, nama lama lembaga pendidikan kami sebelum berganti menjadi STP Nusa Dua Bali. Dia membawa Shurma beraneka rasa yang kami nikmati bersama malam hari itu. Ada shurma rasa keju, shurma rasa sosis ayam, shurma dengan telur.
Hanya tersedia waktu selama dua jam malam hari itu sebelum kami bersiap bergerak naik menuju Puncak B29. Dengan menggunakan dua mobil Avanza, kami ber empat belas, naik menuju Desa Argosari, perjalanan menanjak bukit selama hampir satu jam. Tiba di Desa Argosari, kami sudah ditunggu empat belas motor beraneka merek dengan ke empat belas ojek nya. Aku naik ke motor Honda merek Supra bersama pengemudi, bapak Iswandi.
Setelah beristirahat dan menghangatkan tubuh dengan segelas kopi sambil ngapi, alias ngidu, alias duduk di depan perapian, kami mulai berjalan kaki sejauh 50 meter ke atas Puncak B29, atau bukit yang berjarak 2.900 meter dari permukaan laut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H