Beberapa ide yang disarankan oleh fasilitatator dan Instruktur tentang esensi dari penerapan BAGJA yang saya terima memberi saya wawasan baru tentang perencanaan Visi Guru Penggerak, karena selama ini yang saya tahu hanya menggunakan pendekatan berbasis masalah dalam membuat sebuah visi organisasi, komunitas maupun visi diri. Yang membuat saya belajar banyak adalah dalam menyelami pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendefenisikan kondisi, atau fakta real organisasi pada tahap pertama yaitu, Buat pertanyaan (define).
Karena tahap ini adalah penentu arah penelusuran terkait perubahan yang  kita inginkan atau impikan. Walaupun masing-masing tahap juga memiliki tantangan tersendiri dalam perencanaannya, misalnya pada tahap kedua, ambil pelajaran (discover), tantangannya adalah kita harus melakukan refleksi diri terhadap kesusksesan-kesuksesan yang telah kita lakukan maupun orang lain, prestasi dan hal-hal posistif yang sudah didapat dan pernah terjadi.  Pada tahap ketiga, gali mimpi (dream). Pada tahap ini, kita menggambarkan harapan-harapan yang akan kita wujudkan pada lingkungan organisasi maupun komunitas yang kita kelola.Â
Sedangkan pada tahap keempat, jabarkan rencana (design). Setelah kita menggambarkan harapan-harapan yang akan kita wujudkan pada masa yang akan datang, selanjutnya kita akan menjabarkan perencanaan-perencanaan yang akan kita laksanakan untuk mencapai harapan tersebut agar dapat terwujud. Dan tahap kelima adalah Atur eksekusi (deliver), agar perencanaan yang telah kita jabarkan terlaksana dengan baik maka kita perlu menyusun startegi pelaksanaannya, siapa saja yang terlibat, bertanggung jawab dan bisa memberi dukungan terhadap serangkaian visi yang telah direncanakan.
Ada lima konsep penting yang menurut saya penting untuk selalu saya terapkan kedepannya. Yang pertama, pendekatan IA Â menciptakan budaya positif. Pendekatan IA berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Konsep ini bermakna bahwa setiap manusia pasti memiliki kekuatan positif yang ada dalam dirinya yang dapat bermanfaat dalam organisasi. Dalam mencapai visi (tujuan organisasi), seseorang harus mengetahui kekuatan yang ia miliki maupun kekuatan rekan lain yang tergabung dalam tim organisasi.Â
Pendekatan IA juga berpijak dari hal positif. Perubahan yang positif dalam diri seseorang atau sebuah organisasi  tidak akan terjadi jika diawali dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang melakukan kesalahan. Strategi berbasis masalah memang baik dijalankan untuk situasi-situasi tertentu. Tetapi berdasarkan teori sistem kerja otak manusia yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya dengan menggunakan cara berfikir lambat yang melibatkan sistem otak luhur (neo korteks), maka sudah sewajarnya seseorang lebih mendahulukan cara berfikir positif dari pada berfikir negatif.Â
Karena pemikiran seseorang akan menuntun dirinya dalam mengaktualisasikan fikirannya melalui tindakan. Oleh sebab itu, menilai sisi positif orang lain akan lebih memberi energi baik bagi semua elemen yang ditandai dengan munculnya kepercayaan, integritas, dan kepedulian. Dengan pendekatan berbasis kekuatan (strength) maka akan membantu setiap individu tidak menjadikan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan. Kemudian yang kedua, pendekatan IA juga memiliki orientasi yang positif terhadap keberhasilan murid melalui pembelajaran yang berpihak pada murid.Â
Dengan pendekatan IA, seorang guru bisa menggali minat dan bakat yang dimiliki murid-muridnya sehingga menghasilkan murid yang unggul, mandiri, kreatif, dan inovatif. Yang ketiga adalah, IA dapat membangun tim kolaborasi dan ko kreasi.Â
Tumbuhnya semangat ko-kreasi yang berangkat dari kedalaman pemahaman akan makna kesuksesan adalah hasil upaya  mereka sendiri melalui perubahan cara berpikir defisit ke cara berpikir aset, menjadi tangguh-pantang menyerah, dan terus meningkatkan efikasi diri dalam memimpin dan mengelola perubahan. Yang ke-empat adalah, pendekatan IA menghargai pengalaman seseorang. Dari tahapan BAGJA, amati (discovery), kita akan menggali informasi dari pengalaman praktik baik yang telah berhasil dilaksanakan oleh seseorang.
Yang ke-lima adalah, pendekatan IA menumbuhkan paradigma berbasis aset (kekuatan) pada murid, sehingga murid tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Dan hal ini akan menjadi komponen penting dalam membangun budaya organisasi. Dan Yang ke-lima, adalah pendekatan IA dapat menjadi strategi perubahan organisasi (organizational tarnsformation).
Banyak pendekatan yang telah digunakan dalam banyak organisasi dalam mewujudkan tujuannya. Akan tetapi banyak pendekatan lain masih menggunakan kelemahan (berbasis masalah) sebagai modal penyelidikan awal. Tentu hal ini akan menjadikan situasi menjadi buruk dan bernilai negatif. Inilah yang membedakan pendekatan IA dengan pendekatan lainnya. Sehingga pendekatan IA, bisa digunakan dalam pencapaian visi pada level terendah (diri sendiri), organisasi, komunitas bahkan institusi sekalipun.
Dengan paradigma ini, cara pandang seseorang pasti berubah dari berbasis masalah menjadi berbasis aset (kekuatan). Sehingga paradigma ini mampu dimanifestasikan dalam visi seorang guru dalam menuntun murid-muridnya menuju keselamatan dan kebahagiaan. Artinya saya menjadi lebih peka dalam melihat kondisi yang ada dalam diri murid-murid, sehingga kekuatan yang dimiliki murid-murid akan diberdayakan secara optimal demi terwujudnya visi guru penggerak yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid.Â