Puisi biasa
Tidak ada yang istimewa dari puisi biasa
Kalimatnya sederhana
Tidak banyak gaya dalam menyusun retorika
Demikian adanya, karena
Aku membuatnyapun tanpa sengaja
Laki-laki itu
Di sebuah cafe
Di sudut meja kayu
Wajahnya sendu
Tertunduk sedang membaca buku
Secangkir kopi hitam menghampiri mejanya
Membuyarkan fokus atau lamun nya
Dengan senyum tipis dan kalimat terimakasih ia menyambutnya dengan sukacita
Malam yang panjang
Kulihat wajahnya kian pucat
Menahan gundah entah gelisah
Tapi yang jelas, ia sedang lelah
Menunggu waktu yang terasa begitu lama
Menunggu berakhirnya durasi kerja yang tak kunjung tiba
Diputarnya lagu lagu kesukaan agar tercipta rasa nyaman
Membaca artikel terbaru agar fikiran tak kosong melulu
Semoga bahagia menyertaimu
Yogyakarta, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H