Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Worklife

"Hustle Culture" dan Dampaknya bagi Kesehatan

23 Maret 2024   23:41 Diperbarui: 23 Maret 2024   23:55 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan teknologi, kebutuhan hidup, dan segala tuntutan yang mengikutinya membuat banyak orang terdorong untuk bekerja lebih keras lagi. Salahkah? Relatif mungkin ya, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

Ngomongin tentang kerja keras, ada satu istilah yang menarik untuk kita bahas, yaitu Hustle culture. Pernah dengar? Hustle culture bisa diartikan sebagai budaya kerja yang sangat mementingkan kerja keras dan jam kerja yang panjang, tentunya dengan anggapan bahwa itu akan menjadi kunci menuju kesuksesan. Wow, masa sih? Ups, kita sudah terjebak dalam Hustle Culture ini belum sih?

Kalau kita bekerja terus-menerus, seolah tidak ada batasan waktu, selalu merasa harus bekerja meski di luar jam kantor, dan bahkan saat liburan, wah ini sudah jadi pertanda lho! Bahkan, produktivitas dianggap sebagai prioritas utama. 

Segala sesuatu diukur berdasarkan produktivitas, termasuk nilai diri seseorang. Kalaupun kita istirahat, bersosialisasi, dan menjaga kesehatan, itu malah dianggap sebagai pemborosan waktu. Wah .. wah .. gimana nih?

Belum lagi ada mindset glorifikasi kesibukan, maksudnya orang yang sibuk dan terlihat selalu bekerja keras dianggap sebagai sesuatu yang patut ditiru. Work-life balance dianggap tidak penting. 

Jadi, batasan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur. Ending-nya apa coba? Burnout akan dianggap sebagai risiko yang wajar. Kelelahan mental dan emosional akibat tekanan kerja yang berlebihan dianggap sebagai konsekuensi yang tidak bisa dihindari.

Sebenarnya, kalau sudah berurusan dengan kesehatan, agak merinding juga sih. Mau gimana lagi, Hustle Culture pasti berdampak bagi kesehatan. Contohnya terkait kesehatan mental, seperti: meningkatnya stres, kecemasan, dan depresi; membuat burnout; kualitas tidur dan konsentrasi jadi terganggu; dan merusak hubungan sosial dan personal. Tak hanya itu, Hustle Culture juga berdampak pada kesehatan fisik kita, seperti meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas; melemahkan sistem kekebalan tubuh; dan menyebabkan kelelahan fisik, sakit kepala.

Ngeri juga 'kan? Memang dampak negatifnya cukup banyak, tapi bukan berarti Hustle Culture tidak ada sisi positifnya lho. Hustle Culture dapat memberikan dampak positif dalam mencapai tujuan jika diimbangi dengan gaya hidup yang sehat dan seimbang. Kita harus ingat: Prioritaskan kesehatan mental dan fisik di atas pencapaian dan kesuksesan! Ada banyak cara untuk mencapai tujuan tanpa harus mengorbankan kesehatan bukan?

Beberapa tip ini mungkin bisa menolong kita (yang mungkin) hidup dalam konteks Hustle Culture agar tetap bisa sehat.
1. Menetapkan batas waktu kerja yang jelas.
   Jangan bekerja sepanjang hari bekerja tanpa istirahat. Jangan sampai hari ini bekerja sangat keras, besoknya sakit.

2. Melakukan istirahat dan relaksasi secara berkala.
   Pastikan kita mengenali diri sendiri kapan harus berhenti, istirahat, atau perlu memulihkan tenaga.

3. Menjaga pola makan dan tidur yang sehat.
   Makanlah makanan yang bergizi, jangan hanya junk food. Cintai tubuh kita dengan memberinya asupan yang baik, bernutrisi, dan sehat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun