Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Kita Dibentuk oleh Cara Kita Hidup

28 Desember 2022   11:32 Diperbarui: 28 Desember 2022   11:41 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanyakan orang memiliki cita-cita dalam hidupnya, termasuk saya. Bahkan, saking ingin mewujudkannya, sedari kecil sudah berjuang keras supaya kelak apa yang dicita-citakan menjadi kenyataan. Tidak sedikit yang akhirnya mampu meraihnya, tetapi tidak sedikit juga yang hingga masa tuanya cita-cita itu tak kunjung terwujud.

Kita membahasnya dalam konteks orang-orang yang tidak berhenti berusaha. Kalau dalam konteks orang-orang yang malas berusaha, ya tentulah kita tak akan banyak mendebatkannya. Ibarat orang tidak bekerja, ya dia tidak akan makan. Tidak ada usaha, tidak ada hasil. Itulah kira-kira ... Tidak dimungkiri bahwa orang-orang yang dalam hidupnya bekerja keras, selalu berusaha untuk bisa mewujudkan mimpinya, tidak semuanya berakhir seperti yang diharapkannya.

Sedikit menengok pada film klasik berjudul Mr. Holland's Opus, film yang menceritakan seorang guru musik sekolah menengah yang punya impian menjadi seorang komposer terkenal. Mr. Holland ingin sekali menjadi seorang komposer, tetapi kesempatan ini tak kunjung datang. Sembari menunggu lowongan, akhirnya Mr. Holland bekerja sebagai seorang guru musik. Ia mengajar musik di kelas tambahan, dan tidak terasa pekerjaan ini ditekuninya selama 30 tahun.

Dalam kurun waktu 30 tahun itu, tak ada kesempatan bagi Mr. Holland untuk bisa menjadi komposer. Hingga suatu ketika, sekolah tempat dia mengajar musik mengalami masalah keuangan. Kondisi ini membuat Mr. Holland dipaksa untuk berhenti mengajar musik. Dia harus segera pensiun. Sangat tidak menyenangkan kondisi semacam ini hingga membuat Mr. Holland merenungkan kehidupannya. Salah satu perenungannya tertuju pada, "Apakah hidupnya menjadi sia-sia?"    

Setelah Mr. Holland mengemasi barang-barangnya, istri dan anak-anaknya menemaninya masuk ke auditorium sekolah. Tak disangka, di sana, Mr. Holland disambut oleh 400-an mantan murid yang dulu pernah diajarnya bermusik. Mereka semua sudah beranjak dewasa, senyum mereka merekah, dan tepuk tangan penuh rasa bangga mewarnai tempat itu. Murid-murid itu memberi hormat kepada Mr. Holland, guru yang tidak hanya mengajar bermusik, tetapi yang telah mengubah hidup mereka.

Film itu diakhiri dengan sangat apik. Mr. Holland mampu melihat hidupnya dengan lebih luas. Dia mampu melihat gambaran besar tentang kehidupannya. Dia memang tidak dilihat sebagai komposer terkenal seperti yang dibayangkannya. Namun, Mr. Holland menyadari bahwa hidupnya menjadi bagian dari kisah yang jauh lebih besar yang melibatkan hidup ratusan murid yang pernah diajarnya. Hidupnya bukan untuk dirinya sendiri, tetapi bagi banyak orang.

Pencapaian hidupnya yang terakhir bukanlah hal yang luar biasa, sebab Mr. Holland akhirnya pensiun menjadi guru musik. Namun, bagaimana dia menjalani kehidupannya, itulah pencapaiannya. Kehebatannya tidak ditentukan dari seberapa kecil atau besar perannya, tetapi bagaimana dia menjalani peran tersebut dalam kehidupannya.

Saya pikir, banyak dari kita yang sangat menanti-nantikan pencapaian dalam hidup kita. Apakah kita akan sampai pada cita-cita kita atau kita baru berjalan setengahnya dan masih harus banyak berjuang agar cita-cita tersebut tercapai? Atau, karena saking lelahnya mengejar idealisme kita sendiri, kita malah menjadi frustrasi dan menurun. Tidak salah kita berusaha dan berjuang keras dalam menggapai apa yang kita inginkan. Namun, jangan sampai kita melupakan kualitas hidup kita ketika kita sedang mengusahakannya.

Tak bisa saya bayangkan jika Mr. Holland kecewa atau putus asa ketika menjadi guru musik di tengah-tengah usahanya untuk bisa menjadi seorang komposer. Mungkin dia tidak akan memiliki kesempatan untuk melihat ratusan muridnya menjadi orang berhasil. Semangat dan kesungguhan dalam menjalani hidup menjadi kunci kesuksesan dalam hidup seseorang.

Ketika membahas semangat dan kesungguhan dalam menjalani hidup, saya menganggap ini sebagai bagian dari karakter, cara berpikir, dan keyakinan.

1. Karakter.
Kita tidak akan bisa bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menjalani hari-hari dan usaha kita jika kita tidak memiliki karakter yang baik: untuk terus maju, melakukan yang terbaik, dan tidak kenal putus asa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun