Daycare bukan sekadar instansi, yayasan, sekolah, atau tempat penitipan, tetapi sebuah keluarga. Orang tua menitipkan anak setiap hari dan anak berelasi dengan teman-teman dan bunda-bundanya.Â
Bukankah ini seperti sebuah keluarga? Anak belajar berteman, memahami, belajar percaya, mengungkapkan perasaan, belajar mandiri, mengatasi kesulitan tanpa orang tua, dan lain-lain.Â
Anak membutuhkan perjuangan dan adaptasi yang luar biasa untuk bisa hidup di tengah-tengah sesamanya, selain orang tua, kakung, eyang uti. Anak belajar menghadapi kesulitan dengan orang lain. Orang tua perlu melihat Daycare sebagai keluarga kedua bagi anaknya.
Sedikit banyak, orang tua akan melihat bahwa Daycare akan menjadi bagian berharga bagi pertumbuhan kehidupan anak. Banyak juga anak yang betah di Daycare, bahkan ketika dijemput belum mau pulang.Â
Atau, sering kali masih asyik bercerita dengan temannya dan bundanya, ini perlu kita syukuri karena anak bisa mengekspresikan sesuatu kepada orang lain.Â
Kelak dewasa, anak akan lebih mudah menyelesaikan masalahnya karena dia bisa terbuka dengan orang lain. Tidak menyimpan masalah sendiri, tidak memikirkannya sendiri.
Saya sekadar berbagi karena bagi saya, ternyata Daycare memberi dan menolong pertumbuhan anak saya dengan baik. Tak hanya itu, saya memiliki keluarga baru yang dengan tangan terbuka memeluk, dengan senyum tulus menyapa, dan dengan telinga lebar mendengarkan.Â
Secara biologis bukanlah satu garis keturunan, tetapi secara moral satu garis pengharapan. Ada pengharapan baik, luhur, dan jelas untuk setiap anak dapat menjalani dunia dan kehidupannya sebaik mungkin dan menjadi pribadi yang berguna bagi banyak orang dan bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H