Membahas tentang relasi memang menjadi topik yang susah-susah gampang, atau malah gampang-gampang susah. Mau tidak mau pasti melibatkan sedikitnya dua orang, dengan perbedaan sifat, karakter, keinginan, kemampuan untuk terbuka, dan kerelaan. Namun, tidak dimungkiri bahwa relasi harus terus dibina dan dijaga jika kita ingin menikmati relasi yang sehat. Hanya, dalam mewujudkannya, kita memerlukan hati yang terbuka ... bahkan terbuka untuk mau mengampuni (memaafkan) jika ada yang telah melakukan kesalahan. Bersediakah?
Teringat dengan sebuah cerita pendek bertema keluarga karya Ernest Hemingway yang merupakan bagian cuplikan dari The Capital of the World. Cerita ini tak pernah lekang maknanya, yang menceritakan tentang relasi antara ayah dengan anak.
Pada suatu hari, sang ayah memarahi anaknya yang masih remaja. Karena kata-katanya terlalu keras dan tegas, maka anak tersebut akhirnya malah pergi dari rumah dan meninggalkan ayahnya.
Setelah beberapa lama, ayahnya mengetahui bahwa anaknya tinggal di kota Madrid, sebuah kota yang riskan dengan pergaulan buruk. Sang ayah ingin sekali anaknya bisa kembali kepadanya.
Karena itu, ia berinisiatif dengan membuat pengumuman di surat kabar El Liberal dengan judul Paco, pulanglah! Temui papa di hotel Montana Selasa siang. Semua sudah dimaafkan. Pernah mendengar kata "Paco"? Dalam konteks ini, Paco adalah sebutan anak laki-laki di negara Spanyol.
Nah, apa yang terjadi setelah pengumuman itu beredar? Delapan ratus anak laki-laki datang menemui sang ayah di hotel tersebut. Wah, delapan ratus anak!! Sang ayah menjadi sangat kaget dengan kenyataan ini.
Meskipun pengumuman itu sebenarnya ditujukan untuk anaknya saja, tetapi ternyata dengan banyaknya anak yang datang berarti itu mencerminkan keadaan relasi para anak dengan orang tua, terutama ayah, yang sedang tidak sehat. Sebenarnya, setiap orang pasti pernah mengalami permasalahan dalam berelasi.
Namun, yang memprihatinkan adalah jika permasalahan itu tidak segera diatasi, atau dibiarkan saja dengan berharap akan selesai dengan sendirinya. Relasi itu penting. Bukan untuk kepentingan diri, melainkan kita memiliki tanggung jawab akan kehidupan orang lain juga.
Mau tidak mau, ketika relasi kita dengan seseorang mengalami masalah, pasti hati dan kehidupan kita juga tidak akan bisa enak untuk dijalani -- ada ganjalan dan ketidaktenangan.
Relasi dan pengampunan itu penting. Namun, apakah memang sudah menjadi suatu kelangkaan untuk bisa memiliki sikap saling mengampuni? Berharap tidak sih! Hanya, sikap untuk bisa dengan ikhlas mau mengampuni, tidak bisa datang dari hati kita sendiri. Perlu kemampuan untuk bisa melakukannya.
Kemampuan itu datangnya dari Atas. Tuhanlah yang memampukan kita untuk bisa memiliki rasa mengampuni dan mau mengampuni dengan tulus. Karena itu, jika kita pernah melakukan sesuatu yang membuat orang lain kecewa, atau justru kita yang dikecewakan oleh orang lain ... jangan tunda lagi, minta kemampuan supaya bisa mengampuni dan mengatakan bahwa kita mengasihi teman/saudara/rekan kita dengan tulus.
Tidak ada pilihan yang lebih baik, selain mengatakan, "Saya memaafkanmu dan mengasihimu." Tuhan pasti akan memberi hati dan kesegaran yang baru dalam hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H