Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya "Literasi Hidup"!

23 Oktober 2019   23:54 Diperbarui: 24 Oktober 2019   00:16 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak asing lagi ketika kita mendengar tentang "literasi". Baik pemerintah maupun masyarakat, kita semua sedang dalam proses untuk terus menggencarkan/menggiatkan aneka kegiatan dan usaha untuk mendongkrak literasi bangsa Indonesia.

Memang, ketika literasi ini didengungkan, kebanyakan orang akan menangkap bahwa literasi lebih condong pada kemampuan untuk membaca dan menulis. Namun, jika merunut pada definisi yang disajikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, kata "literasi" bisa memiliki tiga arti: kemampuan membaca dan menulis; pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu; kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Dalam hal ini, ternyata cakupan literasi lebih luas lagi, bisa mencakup literasi budaya, literasi sains, literasi media, literasi ekonomi, sampai literasi bahasa/sastra.Selain jenis-jenis literasi tersebut, kita perlu mempertimbangkan satu literasi lagi, yang mungkin jarang disebutkan atau kurang disadari, yaitu literasi hidup.

Dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari, kita memerlukan kemampuan/keterampilan untuk hidup. Tidak sekadar baik menurut kepentingan diri, tetapi baik dalam standar yang seharusnya, yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini.

Literasi hidup bisa terkait dengan kemampuan dalam mengatur waktu, relasi, kegiatan, kerohanian, pekerjaan, keuangan, pikiran, percakapan, masalah, dan lain-lain. Setiap orang seharusnya berurusan dengan hal-hal ini.

Mau tidak mau, sebenarnya kita memang butuh keterampilan untuk bisa hidup dengan baik. Hanya seringnya, kita kurang menyadari bahwa dalam setiap aspek hidup kita membutuhkan keterampilan yang baik dalam pengelolaannya.

1. Waktu
Apakah kita sudah memanfaatkan waktu-waktu kita dengan benar? Saat bekerja, kemungkinan besar memang kita akan menggunakan waktu untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu. Namun, bagaimana dengan waktu-waktu "kesendirian" kita? Sebagai contoh: ketika kita bersantai atau beristirahat, sudahkah kita memanfaatkannya secara berkualitas?

Menikmati istirahat dengan bersyukur, atau sedikit merefleksikan perjalanan hidup dalam sehari yang sudah dilalui, atau bisa juga menemukan pelajaran penting/berharga apa yang hari ini kita temukan dan patut untuk kita aplikasikan. Sudahkah? Jika belum, cobalah!

2. Relasi
Apakah kita sudah memiliki banyak relasi? Apakah semua/sebagian besar dari relasi itu berkualitas? Atau, malah relasi yang kurang baik yang kita tabur/tuai? Kita perlu kecakapan dalam berelasi. Selain memiliki simpati, empati, dan motivasi, kita memerlukan keterampilan-keterampilan pendukung lainnya supaya bisa berelasi dengan baik.

Kita perlu memiliki keterampilan membuka diri, mau mendengarkan, memahami, menerima perbedaan, mengutarakan maksud/minat/teguran/nasihat, dan lain-lain. Oh ya, apakah kita selalu memiliki teman baru dalam kurun waktu yang dekat atau yang sudah kita targetkan sebelumnya? Jika sudah lama kita tidak memiliki teman baru, kita harus lebih perhatian lagi dengan literasi hidup kita bagian relasi ini.

3. Kerohanian
Apakah hal ini menjadi prioritas kita setiap hari? Menurut saya, seharusnya iya. Tidak dimungkiri bahwa kekuatan dan kegembiraan kita dalam menjalani hari-hari datang dari kehidupan rohani yang sehat.

Ketika relasi kita dengan Tuhan semakin dekat, hikmat dan ketenangan akan memimpin langkah-langkah hidup kita, tidak peduli dalam situasi mudah atau susah. Faktor eksternal tidak bisa memberikan kekuatan dan kegembiraan yang sejati dalam hidup kita. Semuanya itu datangnya dari kehidupan rohani yang melekat kepada Tuhan.

4. Pekerjaan
Pernahkah kita merenungkan apakah selama kita bekerja, kita sering kewalahan dalam mengatur pekerjaan-pekerjaan kita? Keterampilan dalam bekerja sangat diperlukan. Tidak melulu keterampilan dalam mengerjakan pekerjaan, tetapi keterampilan dalam mengatur pekerjaan -- mana yang terpenting, penting, kurang penting, bisa ditunda, bisa didelegasikan, dan lain-lain.

Keterampilan untuk melihat pekerjaan dari sisi pengerja, pengguna, produk, dan keberlangsungannya juga baik jika kita pelajari. Menurut saya, bekerja itu memerlukan kreativitas. Bukan hanya untuk memajukan perusahaan tempat kita bekerja, melainkan untuk mengembangkan talenta kita supaya hidup kita bisa makin berguna.

5. Keuangan
Seringkah kita mengalami minus dalam keuangan padahal masih pertengahan bulan? Kalau sering, kita perlu belajar mengatur keuangan. Bukan hanya mengatur dalam artian pengiritan saja, melainkan kita belajar melihat kebutuhan-kebutuhan kita dengan kacamata yang baru. Mengapa kacamata yang baru? Menurut saya, sering kali kita mudah berkompromi dengan diri sendiri.

Sebenarnya, ada barang yang tidak terlalu penting untuk dimiliki, dan kita sadar betul hal itu. Namun, karena kita "merasa" kok bagus ya barangnya, kok unik ya, kok jarang ada yang punya ya, dan alasan-alasan lainnya ... akhirnya terjadilah kompromi, dan dibelilah barang itu. Kacamata yang baru perlu dipakai hanya untuk melihat kebutuhan primer saja dan harus menabung. Memang terdengar "ketat", tetapi lebih baik!

6. Pikiran
Membahas tentang "pikiran", sulit sih. Siapa yang tahu pikiran orang lain? Hehe ... tidak ada. Namun, kita memang harus punya keterampilan mengatur pikiran kita. Pikiran kita yang mudah "ke mana-mana", tidak fokus, sering berpikir negatif, bahkan pikiran yang "tiba-tiba diam/berhenti" pun harus kita sadari.

Jika kita mengalami pikiran yang "tiba-tiba diam/berhenti" atau mudah lupa, kita harus mengatasinya; dengan banyak membaca, banyak berdiskusi, bertukar ide, dan bahkan berdebat (yang baik lho ya).

Melatih pikiran untuk bisa fokus dan tidak "lari ke mana-mana" juga harus dilatih dengan membuat blocktime, baik dalam bekerja atau melakukan kegiatan tertentu. Jika sering berpikir negatif, harus segera bertindak ... stop dan cari aktivitas/kegiatan lain yang membutuhkan banyak gerakan atau berpikir supaya pikiran negatif itu tidak terus-menerus menyebar ke mana-mana.

Tidak mudah memang mengatasi pikiran-pikiran semacam ini, semua membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar. Namun, kita jangan menyerah, harus mau belajar dan belajar mengatasinya.

7. Percakapan
Bagaimana dengan kualitas percakapan kita? Apakah selalu membuat orang lain menemukan kesegaran, ide-ide, semangat, bahkan wawasan yang baru? Atau, setidaknya apakah percakapan kita menjadi berkat bagi orang lain? Kita memerlukan keterampilan dalam bercakap, baik secara lisan, tulisan, bahkan ketika tertuang dalam media sosial atau jalur-jalur lain.

Kualitas percakapan kita tidak hanya ditentukan dari cara penyampaiannya, tetapi dari isi atau pesan yang kita sampaikan. Perkataan kita bisa membawa pengaruh bagi orang lain. Karena itu, mari kita terus meningkatkan keterampilan ini supaya kita bisa menolong orang lain dan memberi pengaruh yang baik.

Tentunya, masih banyak aspek lain dalam hidup kita yang harus terus kita latih. Setiap kita bisa membagikan literasi hidup dalam aspek-aspek yang lain ini sehingga kita bisa saling melengkapi.

Intinya, kita jangan lelah untuk belajar, melatih diri, dan meningkatkan keterampilan. Bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan supaya hidup kita bisa berguna dan menolong orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun