Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kita Perlu Uang, tetapi Jangan Cinta Uang

17 Oktober 2019   22:59 Diperbarui: 18 Oktober 2019   17:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekerja menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bekerja, maka seseorang bisa mengalami kesulitan, terutama dalam perekonomian untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Ketika seseorang bekerja, misalnya di sebuah perusahaan, seharusnya ia akan mengalami satu fase di mana tenaga, pikiran, dan hatinya akan tercurah bukan untuk kelangsungan hidupnya saja, melainkan untuk kemajuan perusahaan itu sendiri. 

Kebanyakan orang kemungkinan lebih sering melihatnya dalam dua sudut pandang: bekerja untuk kepentingan diri sendiri dan perusahaan. 

Namun, menurut saya, ada tiga sudut pandang: bekerja untuk kepentingan diri sendiri, perusahaan, dan Tuhan (untuk memuji-Nya -- sebagai ungkapan rasa syukur kita atas kesempatan bisa bekerja).

Motivasi dalam Bekerja

Jika seseorang memiliki motivasi yang salah dalam bekerja, hasil kerja pun pasti akan kurang maksimal, kurang memenuhi standar yang sudah ditetapkan perusahaan. Biasanya, standarnya akan menyimpang, lebih condong kepada standar yang ditetapkan oleh diri sendiri. 

Kan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, pastilah standarnya pun disesuaikan dengan kebutuhan diri. Misal, jika bekerja 8 jam saja sudah mendapatkan gaji sekian banyak, ngapain juga harus bekerja 8 jam penuh toh gajinya sama. 

Memang sih secara fisik berada di kantor selama 8 jam, tetapi bekerjanya 4 jam saja, selebihnya untuk santai-santai. Toh sama 'kan gajinya?

Ini cara berpikir yang salah, yang sangat merugikan diri sendiri. Tidak hanya rugi terkait hilangnya rasa kepercayaan pemimpin terhadapnya, tetapi rugi dalam hal moral, integritas, dan akuntabilitas. 

Pekerja dengan tipe ini, menurut saya, adalah pekerja yang perusak -- perusak diri sendiri, perusak perusahaan, dan perusak lingkungan. Lama-kelamaan, pola-pola kerja yang kurang beres ini pasti akan diketahui juga. 

Karena itu, betapa pentingnya memiliki cara pandang dan motivasi yang benar dalam bekerja supaya apa yang diyakini dan dikerjakan bisa membawa hasil yang baik.

Tujuan Bekerja

Pernahkah kita merenungkan untuk apa kita bekerja? Apakah hanya sekadar tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup? Untuk menyenangkan keluarga saja? Untuk memuaskan keinginan diri? Untuk bisa beli ini-itu? Atau, apakah hanya sekadar mengisi waktu luang? Eh, ada lho yang bekerja karena untuk mengisi waktu luang .. hehe. 

Atau, justru kita memang sudah menyadari bahwa bekerja adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita supaya bisa mengembangkan talenta, keterampilan, dan mengembangkan aspek-aspek hidup yang lain? 

Jika kita mau merespons pemberian Tuhan ini dengan bertanggung jawab dalam pekerjaan, kita pasti bisa menjadi orang yang berguna di tempat kita bekerja. Pasti ada maksud baik dari Tuhan yang ingin disampaikan kepada kita melalui pekerjaan-pekerjaan ini.

Jika motivasi kita dalam bekerja hanya sekadar untuk mendapatkan uang, marilah kita sekarang membuka hati dan pikiran kita untuk melihat lebih luas lagi apakah memang ada aspek-aspek hidup kita yang menjadi berkembang baik dengan motivasi kerja semacam ini? 

Uang memang penting, tetapi bukan yang terpenting. Kita memang memerlukan uang, tetapi jangan sampai kita cinta uang. Ketika kita cinta uang, hati kita akan jauh dari keluarga, sesama, bahkan Tuhan. 

Jika hati kita hanya terpikat dan terfokus pada uang, kebahagiaan kita pun pasti akan dikendalikan oleh uang. Hal ini sangat berbahaya! Mengapa? Bukankah seharusnya kita yang mengendalikan/menguasai uang? 

Bukankah kita diberi akal budi untuk bisa berpikir bijaksana ketika berhadapan dengan urusan uang? Banyak orang mudah "terjatuh" dalam hal ini.

Tidak ada salahnya ambil waktu sejenak untuk merenungkan bagaimana selama ini respons kita terhadap uang. Jika memang hati kita sudah terpikat olehnya, segera berpisah saja ... hehe. Tidak apa-apa menderita dalam kurun waktu tertentu, asalkan esensi (arti penting) dari kita hidup dan bekerja bisa dibenahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun