Belum lama ini, saya menghadiri undangan sebuah instansi untuk mengikuti seminar parenting. Tema bahasan dalam seminar ini adalah komunikasi dalam keluarga. Tentunya, ada banyak faktor yang memengaruhi komunikasi kita dengan keluarga. Namun, salah satu faktor yang menggelitik saya adalah tentang telepon pintar (smartphone/HP)Â dan anak.
Banyak orang tua resah karena anaknya sering menghabiskan waktunya dengan bermain HP, menjadi antisosial, malas belajar, dll.. Bahkan, salah satu orang tua yang duduk di sebelah saya berkata, "Wah, HP itu beneran jahat. Anakku jadi nggak bisa diatur. Susah sekali dinasihati. Mainan HP terus ...."
Mendengar pernyataan itu, saya menjadi gelisah ... "Jangan-jangan, semua orang tua dan guru yang hadir di sini punya pola pikir yang sama ... duh! Belum lagi ditambah dengan pernyataan pembicara bahwa kita jangan memberikan HP kepada anak-anak kita. HP membawa dampak buruk bagi anak-anak kita.
Saya menjadi sedih ....
Saya ingin menemui pembicara dan mencoba bertanya dengan lebih mendalam mengapa pernyataan-pernyataan seperti itu harus terlontar, tetapi kesempatan itu tidak ada. Keriuhan dan kesibukan di sana-sini tidak memberikan kesempatan untuk berdiskusi lebih lagi. Ada kegelisahan di hati ini.
Sebenarnya, saya tidak perlu memusingkan diri untuk memikirkan hal-hal semacam ini. Namun, hati ini tidak rela ... ibarat saya naik kereta api dengan banyak orang dan akan pergi ke tempat A, tetapi masinis mengarahkan kereta ke tempat B dan saya tahu itu, masa saya hanya diam saja. Toh, saya juga ada di dalamnya ... mana mungkin saya ingin diri saya sendiri dibawa ke tempat yang salah.
Akhirnya, saya menuliskan rentetan status di WA dan berharap semua guru anak saya membacanya, dan ternyata memang mereka membacanya ... setidaknya, masih ada harapan untuk meluruskan pola pikir yang sempat . Inilah pernyataan-pernyataan yang saya lontarkan, dan akhirnya dicomot sana-sini oleh beberapa pihak untuk keperluan yang baik.
 (#1) Jangan salahkan teknologi & jangan salahkan HP jika anak-anak menjadi kecanduan, susah belajar, dll.. Teknologi & HP hanyalah alat. Dampak buruk/baik yang dihasilkan tergantung bagaimana kita menggunakannya.
(#2) Sekarang, kita hidup dalam era digital. Supaya kita tidak kesasar, apalagi tersesat/terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik yang ada di internet, ya kita harus bisa hidup di dalamnya dengan cerdas. Mari menjadi warga negara digital yang cerdas.
(#3) Menjauhkan anak dari HP, melarang anak menggunakan HP, atau sekadar membatasi anak menggunakan HP, tidaklah menjamin anak kita kelak bisa hidup dalam dunia digital dengan baik/sehat/tidak terkena dampak buruk. Tanpa dibekali dengan pengarahan, kecerdasan digital, literasi digital yang baik mulai dari sekarang ... HP diberikan saat mereka SMP, SMU, atau kuliah pun akan percuma, mereka tetap akan mudah terseret arus yang tidak baik karena mereka tidak punya keterampilan & intelektual untuk hidup di dalamnya.
(#4) Tidak perlu melarang anak menggunakan HP. Itu sama artinya dengan mengasingkan anak ke hutan dan terasing dari banyak hal yang bisa menolong dirinya melihat perkembangan dunia saat ini. Yang diperlukan sekarang adalah mengarahkan, mendidik, dan membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan hidup di dunia digital. Supaya bisa membekali & mengarahkan, ya orang tua harus mau belajar dahulu.
(#5) Gadget, HP, dan internet sering dijadikan kambing hitam atas munculnya penyakit-penyakit kekinian yang diderita oleh masyarakat. Kasihan gadget & teman-temannya, sebagai alat saja disalah-salahin terus. Ayolah berhenti menyalahkan mereka! Kitanya yang harus mau belajar supaya bisa hidup dengan benar di dunia digital. Kalau tidak mau belajar, ya pindah ke planet lain.
Ada sedikit kelegaan ketika beberapa guru merespons dan mengakui esensi dari teknologi itu sendiri dan bagaimana kita harus menyikapinya. Semoga menginspirasi dan membuka nalar kita untuk tidak terus-menerus menghakimi teknologi dan HP, sebab kedua hal ini hanyalah alat. Kitalah yang harus mau berubah dan belajar supaya bisa menggunakannya dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H