Mohon tunggu...
Santi Kholifah
Santi Kholifah Mohon Tunggu... Guru - Saya sendiri

Nama ku Santi Kholifah, aku lahir di Sumedang. Aku lulusan Universitas Islam 45 Bekasi alumni tahun 2021. Kini aku berdomisili di Cakung Jakarta Timur. Kegiatan ku sehari layaknya kegiatan anak seumuranku yang baru saja lulus kuliah dalam artian saya seorang jobseeker. Semoga saya dimudahkan dalam misi pencarian kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siswa Baru

9 Agustus 2022   09:17 Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:21 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Santai aja Put, dia emng orangnya kaya gitu, kita semua diperlakukan sama ko emang dia gak punya teman dan dia juga gak berusaha agar punya teman juga sii wajar aja dia selalu sendiri, kita tuu panggil dia dengan sebutan Miss Cool". Saat ku tanya perihal Susan pada Hani, sesuai dengan pernyatan Hani Susan  memang seperti itu, kurang bergaul dengan yang lain. Sikapnya kurang ramah mukanya jutek, bagaimana ku bisa belajar dengan tenang jika orang yang berada disampingku bersikap acuh dan cuek padaku, ia saja tidak enak untuk diajak ngobrol. Jangankan ngobrol saat pertama aku berkata "Hai" padanya ekspresi wajhanya datar. Bagiku dia seperti memiliki gairah hidup.

Hampir setahun aku berada disekolah itu, kini aku sudah naik kekelas 11 berarti aku sudah tidak lagi anak baru yang sering ditatap aneh oleh orang-orang sekitar. Kini aku sudah banyak mengeal teman satu angkatanku, beberapa adik kelas dan kakak kelas, itu sudah cukup baik bagiku daripad Susan.

Susan mengenal semua siswa tapi tidak pernah mengajak berkomunikasi yang lain, ia hanya berbicara seperlunya saja. Tidak seperti kebanyakan perempuan yang suka bergosip atau hobby membicarakan fasion terupdate bulan ini. Dia lebih memilih diam. Hubunganku dengan Hany semakin baik kami layaknya saudara kembar, aku dan Hany sering bertukar cerita apa saj, sampai rahasia terbesarku pun dia tahu, aku senang menjadikannya sabahat.  

Hingga suatu kekita aku tidak lagi percaya dengan yang namanya sahabat. Sahabat macam apa Hani? Hanya karna aku diutus oleh kepala sekolah untuk mewakili perlombaan cerdas cermat se Internasional, dia tega menjelekkan namaku didepan semua guru yang ada di kantor. Hani tega menfitnah ku, ia mengaku  bahwa aku selalu membullynya. Ia bilang aku iri padanya karna tadinya Hani lah yang diutus untuk mengikuti lomba cerdas cermat, namun kepala sekolah menggantikkannya denganku. Terlebih ia menangis didepan semua guru  agar mendapatkan bersimpati mereka. Saaat gosip itu menyebar dikalangan siswa semua oarang yang awalnya dekat denganku mulai menjauh. Aku sangat sedih, aku sangat meras terkucilkan. Saat itu aku mulai down hampir saja aku menyerah dan mengundurkan diri.

"iiiishh gak nyangka yaa dia orangnya kaya gitu!!". Umpat  seseorang padaku saat akau sedang berjalan dikantin. Hatiku rasanya hancur sekali mendapatkan perlakuan seperti ini, apalagi ni jatuhnya sudah fitnah. Aku tidak pernah berfikiran sejauh itu apalagi aku sudah menganggap Hani sebagai sahabatku. Namun Susan tiba-tiba datang disaat aku sedang duduk sendiri di kantin. Dia memasukkan earphonenya ketelingaku. Aku tersentak kaget, earphone yang ia pasang ditelingaku tidak mengeluarkan suara apapun. Dia  tersenyum, sepertinya dia bisa membaca mimik jawahku yang sedang sedih dan kesepian.

"Udah biarin aja, orang kalau merasa tersaingi suka begitu keluar deh sifat aslinya". Ucapnya  padaku, ini kali pertamaku mendengar dia mau berbicar ramah padaku. Dia bilang maksudnya ia melakukan itu hanya untuk memotifasiku agar akut idak pernah mendengarkan apa yang mereka katakan tentangku yang tidak benar. Yaa dia benar, dengan memakainya, membuatku bisa berpura-pura tidak mendengar apa kata orang, seolah-oleh telingaku disumpal dengan benda itu. Aku tersemyum padanya. Ternyata dia tidak seburuk yang aku fikirkan sebelumnya, ternyata dia lebih baik dari yang aku kira.

"Aku minta maaf yaa kalau selama ini aku gak pernah ngajak kamu ngobrol, harusnya aku kenal kamu dulu dari kamu sendiri bukan dari orang lain, sekali lagi aku  minta maaf ya San".  Aku pun meminta maaf padanya.

"Santai aja, udah biasa ko, sekarang lebih baik kamu bersihin nama kamu dan tetep semangat untuk lombanya" tak kusangka Susan memaafkanku. Ternyata dia sering sekali menjadi pelarian teman-teman yang lain saat mereka dijauhkan dari teman-teman dekatnya.

"Kamu sabar banget yaa, tapi apa kamu nyaman dengan suasana seperti itu yang terjadi berulang-ulang?." Tanya ku pada Susan, saaat kutanya apakah nyaman dengan keadaannya yang selalu menjadi pelarian, itu lebih berharga baginya karena dengan itu dia bisa menunjukan bahwa ia tidak seburuk yang mereka fikir.

Jangan pernah menilai seseorang hanya dengan sebelah mata, jangan menilai orang secepat dugaanmu. Nilailah seseorang itu dengan hatinya karna disitulah nilai plus sesorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun