Mohon tunggu...
Santi Kholifah
Santi Kholifah Mohon Tunggu... Guru - Saya sendiri

Nama ku Santi Kholifah, aku lahir di Sumedang. Aku lulusan Universitas Islam 45 Bekasi alumni tahun 2021. Kini aku berdomisili di Cakung Jakarta Timur. Kegiatan ku sehari layaknya kegiatan anak seumuranku yang baru saja lulus kuliah dalam artian saya seorang jobseeker. Semoga saya dimudahkan dalam misi pencarian kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KKN Desa Perbatasan-1

8 Juli 2022   13:08 Diperbarui: 8 Juli 2022   13:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Didepan aula terpampang spanduk besar bertuliskan " POSKO KKN KE-52 TAHUN 2018". Semua mahasiswa peserta KKN berkumpul didepan aula utama kampus menghadiri acara pembekalan untuk persiapan KKN. Panitia sudah menempelkan nama kelompok beserta nama desa yang akan dijadikan objek KKN bagi para mahasiswa di mading depan aula. Para peserta terlihat sangat antusias menyambut kegiatan tersebut. Dijaman yang serba gadget banyak dari mereka yang memamerkan foto selfi untuk dirinya sendiri ataupun dengan teman-temannya, mengabadikan moment yang hanya sekali terjadi di detik terakhir kuliah memang pantas untuk dipamerkan.

" Semua peserta KKN dipersilahkan untuk memasuki ruang aula, sebentar lagi acara pembekalan akan dimulai". Terdengar suara mic bergema diseluruh ruangan.

Sania yang baru saja sampai di depan aula langsung menempati bangku yang sudah disiapkan, dengan menenteng snack yang diberikan oleh panitia saat tanda tangan absen. Sania berpapasan dengan Fai dan ia menyuruh Sania untuk duduk disampingnya yang kebetulan juga masih kosong. " San, kita satu kelompok lohh, bareng sama Soffa, Fia sama faraz juga" ucap Fai  "ohhiya?, aku baru aja datang jadi belum sempet liat pengumuman,emang kita kelompok berapa I?" tanyaku pada Fai penasaran. Fai menunjukan angka 11 dengan kedua jari tangannya. acarapun setesai dan semua mahasiswa berkumpul lagi didepan aula untuk bergabung dengan kelompok masing-masing.

Sania dan Fai mencari teman-teman yang lain, ada dari beberapa orang menandakan dengan mengacungkan kertas yang bertuliskan angka diatas kepalanya. Sania dan Fai mencari mahasiswa yang memegang kertas dengan angka 11. Kelompok 11 berjumlah 21 mahasiswa yang tergabung dari beberapa Fakultas, diantaranya 11 perempuan dan 10 laki-laki dan nama desa di kelompok 11 yaitu desa Sumber yang terletak di perbatasan Kabupaten Jawa Barat yang dialiri oleh sungai. Setelah itu kelompok 11 segera meluncur kedesa tersebut untuk sekedar observasi dan mencari tempat tinggal sementara atau basecamp  untuk menjalani aktifitas selama KKN berlangsung. Jarak dari kampus ke desa Sumber memakan waktu kira-kira 2 jam setengah dengan menaiki motor. 

"San sini, bareng sama saya" ajak Fai

"Iya I" jawab Sania mengiyakan ajakan Fai.

Sampailah mereka didesa Sumber, disana mereka bertemu dengan staff desa yang bernama pak Rudi, mereka berkenalan dan menyampaikan maksud atau hajat mereka untuk melaksanakan KKN di desa tersebut. Bersyukur setelah perbincangan itu mereka dapat  diterima dan diijinkan untuk melaksanakan KKN didesa itu. Perbincangan kami pun selesai dan dilanjutkan untuk mencari rumah yang cocok untuk jadi basecamp kelompok.

Pak Rudi membawa kami kesebuah rumah kosong yang mirip seperti rumah kontrakan dengan teras yang lumayan besar dan ada 2 saung yang bertengger didepan teras, berkeliaran anak-anak ayam disekitaran rumah itu ciri khas daerah pedesaan yang asri, ada dua pohon besar didepan gerbang rumah itu. Tak lama datang ibu Rahma pemilik rumah yang sebelumnya sudah dihubungi oleh pak Rudi. Setelah ibu Rahma datang, pak Rudi pamit untuk kembali lagi ke kantor desa. "Silahkan masuk ade-ade mahasiswa, maaf rumahnya masih kotor maklum sudah lama tidak dibersihkan" sapa ibu Rahma, mereka pun masuk ke dalam rumah itu.

"Maaf juga kalau banyak dari lantainya yang rusak, karna sekarang lagi musim hujan jadi sering banjir disini, dibelakang ini ada sungai besar makannya kalau hujannya lumayan besar, sungainya menguap jadi banjir deh, oh iya disini kamarnya ada 3,  ada ruang tamu, kalau kamar mandi ada dibelakang gabung sama dapur" penjelasan ibu rahma kepada mereka. Beberapa ada yang mengikuti ibu Rahma berkeliling rumah termasuk Sania. Rumahnya lumayan besar  cocok untuk jadi basecamp, sayangnya walaupun ada 3 kamar tetapi semuanya dengan ukuran yang kecil hanya ruang tamu teras dan dapur yang ukurannya luas. Setelah berkeliling mereka bersantai sebentar didalam rumah, ada yang ngobrol dan saling kenalan ada juga yang hanya memainkan gadgetnya beberapa juga ada yang mengusulkan untuk membeli makan diluar, kebetulan tidak jauh dari rumah itu ada warteg. Sania mengiyakan untuk membeli makan selain udara yang dingin dan mendung perutku juga sudah keroncongan. Fandi mencatat siapa saja yang memesan nasi warteg dan dia ditemani oleh ferdi, tak butuh waktu lama makannpun sampai dan kami  langsung melahabnya.

 Tak lama turun hujan yang cukup lebat, mereka  tertahan disana, ibu Rahma yang kebetulan juga membawa rambutan dengan cepat rambutan itu habis diserbu, setelah memberikan rambutan itu bu Rahma langsung pulang. Pohon besar yang bertengger didepan gerbang rumah bergoyang sangat kencang diikuti angin yang  sama kencangnya. Perasaan Sania mulai tidak tenang karna tiba-tiba lampu rumah itu padam membuat kaget seluruh orang yang ada.  

"Anjiiir kaget gue ngapa siii  pake mati lampunya!" umpat lintang

"Husss gak boleh gitu ngomongnya kita ini lagi ditempat orang" ucap septian menggingatkan agar tidak berkata kasar.

Fia tiba-tiba menarik tangan Sania  "San temenin aku yukk ke kamar mandi gak tahan nii tapi aku  takut kalau sendiri,  temenin yaa pliiis" rengek Fia teman satu fakultas dengan Sania yang memintanya untuk mengantar ke kamar mandi, yang sejujurnya Sania juga takut, tapi karna Sania merasa tidak enak kalau mau menolak terpaksa Sania menemani Fia, mereka  menyalakan flash Handphonenya masing-masing  kekamar mandi yang lokasinya dibelakang rumah. Sania menunggua Fia didepan pintu kamar mandi, selang bberapa menit Fia keluar dengan wajah tegang, ia  memegang tangan Sania dan meremasnya dengan kencang seperti orang yang ketakutan. Sania merasa ada gelagat yang tidak baik buru-buru mereka keruang tengah. Disana  Fia tidak banyak bicara. "Gak beres ini" ucap Sania dalam hati.

Jam sudah menunjukan pukul 4 sore dan hujan pun sudah mulai reda, septian juga sudah mengajak mereka untuk pulang takut kemalaman juga nanti dijalannya. Walaupun masih jam 4 sore langit sudah terasa seperti mau maghrib karna awan juga masih mendung.  Ada dibeberapa titik jalan mengalami kebanjiran dan banyak orang yang pulang kerja  membuat kami sampai dikampus lebih dari jam 6.

"Fi kamu baik-baik aja kan?" Sania menghampiri Fia yang hanya membalasnya dengan senyum dan menggelengkan kepalanya. Rasanya aneh jika Fia seperti itu, Fia itu  aktif sekali banyak ngomong tapi sekarang berubah setelah kejadian di kamar mandi yang tidak Sania ketahui. Fia langsung pamit keparkiran, sedangkan Sania menunggu dijemput oleh orang suruhan kakaknya.

Sesampaikan di rumah Sania langsung bebersih. Selesai itu waktunya bersantai dikamar dan Sania lihat isi  hp nya yang  berdering notif chat  grup WA KKN KELOMPOK 10. Syukur ada  grup Whatsapp agar mudah juga berkomunikasi. Didalam chat grup mereka  membahas siapa yang akan dijadikan sebagai ketua, wakil dan sekertaris kelompok. Hasil votingnya, Septian dari Fakultas keguruan sebagai ketua, Dani dari Fakultas Teknik sebagai wakil dan Serra dari Fakultas Ekonomi sebagai sekertaris, dichat itu juga membahas tentang rumah yang baru saja mereka kunjungi yang tentunya ada pro dan kontra. Jadi Septian dan Dani memutuskan untuk besok kembali lagi kedesa, mereka pun menyetujuinya.

Sehari menunggu kepastian akhirnya pak ketua memberi kabar kalau kita tidak jadi menempati rumah yang kemarin di kunjungi karna harga sewanya terlalu mahal dan kamarnya juga tidak cukup untuk ukuran kami, sontak hatiku juga meras lega. Septian juga memberi informasi kalau dia sudah menemukan rumah yang cocok, selain harga nya yang pas dikantong mahasiswa kamarnya pun memadai, akses jalannya dekat dengan rumah-rumah warga dan kantor desa menjadi nilai tambah. Snia snediri setuju dengan informasi tersebut walaupun ia belum liat langsung rumah pilihan yang ke 2. Karna waktunya tinggal besok yasudah langsung diputuskan kalau rumah kedua yang dipilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun