Menurut Hempri, alasan mengapa minyak goreng langka dan mahal disebabkan oleh beberapa faktor. Hal kedua dilihat dari meningkatnya harga Crude Palm Oil (CPO) sehingga membuat pedagang lebih memilih menjual produknya ke luar negeri.
Menurut data dari Mendag, hingga Januari 2022 harga rata-rata CPO dunia mencapai Rp. 13.244 per kilogram. Harga tersebut naik sekitar 77 % dibandingkan dengan Januari 2021.Â
Menurut data dari investing.com, harga CPO telah berada dilevel US$ 2.010 per ton pada Rabu, 9 Maret 2022 di Bursa Komoditas Rotterdam.Â
Perang Rusia-Ukraina juga memunculkan kekhawatiran terjadinya kelangkaan minyak nabati di dunia. Hal ini disebabkan karena negara Ukraina merupakan salah satu negara penghasil minyak nabati dunia berbasis bunga matahari.Â
Perang antara kedua negara tersebut dapat mengganggu pasokan minyak bunga matahari di wilayah benua Eropa dan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan terganggunya permintaan CPO global dan harga minyak sawit melonjak.
3. Adanya Peningkatan CPO Untuk Program Biodiesel
Program Biodiesel adalah program pemerintah yang mewajibkan pencampuran CPO dalam bentuk FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dengan bahan bakar minyak jenis Solar. Penerapan Biodiesel diharapkan dapat mengurangi impor BBM dan dapat meningkatkan devisa negara.
Program Biodiesel ini turut membuat harga minyak goreng mahal, karena tahun ini konsumsi CPO untuk biodiesel akan ditingkatkan.
Rencananya, pemerintah akan meningkatkan angka kebutuhan biodiesel pada tahun 2022 sebanyak 7,84 % menjadi 10,15 juta kiloliter dari 9,41 juta kiloliter ditahun 2021. Pemenuhan kebutuhan biodiesel tahun 2022 akan diemban oleh 22 badan usaha dengan kapasitas terpasang 15,49 juta kiloliter.
Demikianlah tiga alasan mengapa minyak goreng untuk saat ini masih mahal dan langka. Kita doakan agar pemerintah segera menemukan solusi yang cepat untuk mengatasi masalah minyak goreng ini.
Semoga bermanfaat.