Mohon tunggu...
Santi Mulawarman
Santi Mulawarman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang yang paling miskin bukanlah orang yang tak memiliki uang tapi orang yang tak memiliki visi (Africa's Proverb)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pornografi Menyakiti Wanita

8 Oktober 2012   08:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:05 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca Kompas Female tentang pentingnya masturbasi pada wanita, mengingatkan pada pentingnya kenikmatan dalam hubungan seksual pada wanita.

Para aktifis wanita menilai bahwa di sebagian besar tayangan pornografi kebanyakan melecehkan kaum pelacur/lonte atau ‘wanita’ yang berperan di film itu. Pornografi lebih diarahkan untuk ‘kepuasan’ kaum lelaki. Mengesampingkan bahwa kaum wanita juga berhak atas ‘kenikmatan’ yang di rasakan dengan kegiatan seksual tersebut.

Hampir semua adegan bertujuan untuk mencapai ‘orgasme’ kaum laki-laki. Setelah laki-laki mencapai kepuasan dengan orgasme maka film akan berakhir. Sangat sedikit film yang menyoroti ‘orgasme pada wanita’.Dengan ‘kesan’ yang di buat bahwa HARUS laki-laki yang merasakan kepuasan sementara pemain film porno wanita hanya sebagai ‘pelayan’ laki-laki itu untuk memberikan pelayanan dengan ‘segala teknik’ percintaan, berdiri, nungging terbalik, apapun itu SEMUA dilakukan HANYA untuk LAKI_LAKI bisa mencapai kepuasannya,

Dalam banyak adengan menyiksa kaum pelacur/wanita itu adalah suatu kenikmatan dan kepuasan bagi para laki-laki, dengan cara menjambak rambut pelacur itu, atau mencekik-nya atau di pukul bagian tubuhnya ketika melakukan adegan difilm. Yang paling TIDAK SETUJU adalah penayangan cara orgasme di wajah pelacur/wanita itu, yang semakin ‘dibesar-besar’kan dengan ‘iklan’ bahwa ‘sperma’ itu sehat, mengandung ini itu dan segala macam bahasa sains yang kelihatannya memang ‘sehat’. Lalu karena adanya iklan bahwa sperma itu sehat, maka kaum wanita harus mau dan harus gembira diperlakukan ‘apapun’ demi mendapatkan kesehatan itu?

Tindakan itu merupakan tindakan ‘merendahkan’ wanita karena seolah-olah pelacur itu meninginkannya dan menikmatinya. Implikasinya adalah laki-laki yang menonton film porno beranggapan bahwa wanita lain pun (istri dan pasangannya) AKAN MENYUKAI DAN MENIKMATI HAL ITU, padahal jika kita adakan quis bagi para wanita sebagianbesar dari mereka akan menjawab ‘TIDAK SUKA’, bahkan pelacur/pemain film porno wanita juga tidak suka dengan hal itu (ada tulisan kompasianer lain tentang pengakuan seorang pelacur), yang isinya memang mereka tidak suka melakukannya, ada yang sampai muntah. Nah…kalau mereka saja tidak suka, maka PERINGATAN UNTUK KAUM LAKI-LAKI, jangan sekali-kali menggeneralisasikan kesukaan kaum wanita terhadap perilaku seks adalah SAMA dengan adegan pornografi di film. Pembuatan film porno merusak sisi kemanusiaan kaum wanita secara luas.

Menurut penelitian A. Stulhofer menemukan bahwa berbagai ragam pengalaman seksual berkontribusi terhadap kepuasan seksual bagi pria. Tapi bagi pria dengan melihat film porno membuat mereka memiliki sudut pandang tentang bagimana porno yang hebat itu, apa yang membuat sex itu menjadi hebat. Dengan adanya anggapan itu maka pria berpikir bahwa ‘hubungan sex yang hebat’ itu adalah seperti yang ada di film porno sehingga semakin berkurang rasa untuk menikmati kedekatan emosional dengan pasangannya.

(Nah…lho…. Bapak-bapak mulai sekarang dikurangi ya nonton film pornonya atau tidak usah sama sekali).

Tidak ada tempat bagi pornografi dalam masyarakat kita tapi mungkin para dokter wanita, ahli psikologi wanita, jurnalis wanita, aktivis pembela wanita, pemuka agama wanita bisa mengedukasi para pembuat film dan para pelacur untuk melihat keadaan bahwa kaum wanita sudah menjadi objek sex, bukan lagi pelaku.

Menyadarkan kaum lelaki bahwa kaum wanita juga berhak atas perlakuan ‘manusiawi’ dan kaum wanita juga perlu dipuaskan dalam suatu hubungan yang sehat. Bahwa apa yang kaum lelaki lihat di film porno sama sekali bukan kesenangan dan ‘mewakili’ perasaan wanita secara umum terhadap perilaku seksual karena pelacur itu adalah wanita yang ‘Sakit Jiwa’.

(Baca juga tulisan saya di rubrik kejiwaan, “Kok…Bisa Ya Jadi Bintang Film Porno?)

Ada kutipan yang patut kita simak “ Setiap orang dewasa bebas mentukan pilihannya untuk masuk dalam dunia pornografi – itu adalah hak pribadi tetapi keadaan ini tidak di barengi dengan IZIN untuk membawanya ke ruangan publik” Sehingga anak-anak generasi penerus bangsa menjadi korban dari tindakan industri perfilman ini.

Mari kita ‘BANNED’ pornografi di gadget kita, terutama milik anak-anak kita.

Sumber:

www. THEMONTHLY.COM.AU, September 2011. Porn Wars by Cordelia Fine.

Salam Rindu Dari Semak Belukar Afrika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun