Mohon tunggu...
Santhos Wachjoe Prijambodo
Santhos Wachjoe Prijambodo Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNS di Surakarta

Seseorang dengan hobi membaca dan menulis artikel, baik artikel ilmiah maupun artikel non ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Mana Tanah Dipijak, di Sana Nasi Dimakan

1 November 2024   14:35 Diperbarui: 1 November 2024   15:03 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DIMANA TANAH DIPIJAK, DISANA NASI DIMAKAN

 

Sebuah prinsip yang selalu saya pegang saat saya masih sering merantau dan sebagai informasi saja, saya sudah berantau dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2023 dikarenakan tugas saya sebagai abdi negara dan sebelumya dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1998 hidup jauh dari orangtua karena kuliah. 

Bagi yang pernah merantau, tentau pernah merasakan bagaimana sulitnya kita beradaptasi dengan masyarakat setempat, termasuk juga segala sesuatu yang berkaitan dengan makanan. Apalagi saat kita dibatasi tidak boleh mengkonsumsi berbagai macam makanan dikarenakan beberapa sebab, antara lain karena faktor kesehatan, atau sebab yang lainnya. Akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi kita untuk beradaptasi dengan daerah tempat tinggal kita.

Setiap orang pasti setuju jika dikatakan anak rantau adalah pejuang sejati, sebab bagi orang yang merantau, pasti akan menemukan hal-hal yang baru yang tidak ditemukan di tempat asalnya. Hal-hal baru bisa berupa budaya dari masyarakat di tempat kita tinggal atau keadaan geografis tempat baru kita atau yang paling gampang ditemui yaitu perbedaan makanan dan selera makan dari tempat baru. 

Banyak perantau yang sering kesuitan beradaptasi perihal makanan, dikarenakan beberapa hal, seperti makanan di tempat baru rasanya lebih manis dibandingkan makanan di tempat asalnya atau makanan di tempat baru berasa lebih pedas dan lain sebagainya.

Tetapi itulah hebatnya anak rantau, selalu bisa menemukan beradaptasi dengan daerah barunya. Keterbatasan yang dialaminya tidak membuatnya menyerah tetapi justru menjadi tantangan bagi anak rantau, apalagi ketika merantau harus membawa keluarga yaitu istri/suami dan anak-anaknya. 

Anak rantau selalu mempunyai car beradaptasi dengan daerah barunya dan hal ini menyebabkan anak rantau adalah seorang merupakan pejuang sejati, dimanapun mereka merantau, bukan menjadi masalah besar, karena mereka pasti bisa menemukan cara beradaptasi dengan hal-hal baru di tempatnya merantau.

  • Kemampuan Bertahan Bagi Anak Rantau

Jangan tanyakan kemampuan bertahan hidup bagi anak rantau. Bagi yang pernah merantau dari saat sekolah/kuliah, tentu banyak hal yang bisa dilakukan sebagai cara bertahan hidup, ditengah kiriman uang dari orangtuanya yang pas-pasan, yang hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari tanpa pernah diperhitungkan kebutuhan untuk sekolah atau kuliahnya.

Secara pribadi, saat saya kuliah saya sering memulung koran atau karton bekas untuk dijual kiloan atau sesekali saya ikut acara doa di tempat perabuan orang China, kok bisa? Gak lain gak bukan karena bila ikut acara doa disana, apalagi ditambah dengan kita ikut nangis, tidak jarang kita dapat amplopan, yang isinya lumayan untuk ukuran anak kuliah. Belum lagi, saya sering ikut membantu kawan-kawan yang akan menerjemahkan buku kuliahnya yang berbahasa Inggris, lumayan honornya, bisa buat nutup kebutuhan kuliah. 

Dan yang paling ektrem, saya mengantarkan permohonan lelang proyek pembangunan di salah satu kota di selatan Pulau Jawa yang jaraknya sekitar 60 km dari kota tempat saya tinggal. Lumayan, selain dapat uang transport dari pemohon lelang, juga sering dapat tambahan uang transport dari perusahaan yang melakukan lelang proyek, untuk informasi, di tahun 1990an, lelang masih dilakukan secara manual, alias, permohonan lelang masih berbentuk kertas dan harus diantar ke penerima lelang proyek dan belum berdasarkan lelang digital seperti sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun