Mohon tunggu...
Santhos Wachjoe Prijambodo
Santhos Wachjoe Prijambodo Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNS di Surakarta

Seseorang dengan hobi membaca dan menulis artikel, baik artikel ilmiah maupun artikel non ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mangan, Turu, Ngising

21 Agustus 2024   09:57 Diperbarui: 21 Agustus 2024   10:04 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelumnya mohon maaf, apabila judul yang penulis buat agak kasar didengar, akan tetapi sebagai orang Jawa, khususnya sebagai orang Banyumas, yang terbiasa berbicara BLAKASUTA (berbicara apa adanya), kiranya bisa dimaklumi kalo bahasa yang penulis gunakan cukup kasar atau bahkan sarkas bagi sebagian orang. 

Dalam tulisan ini, penulis akan sedikit membahas dalam segi pandangan filosofis, sehingga mungkin tulisan ini akan sedikit melebar dari penulisan hukum yang biasa penulis lakukan.

            Pada dasarnya, sebagai orang Jawa, ketiga kata tersebut sebenarnya merupakan filsafat hidup yang selalu dijalani dan dipahami sebagai salah satu pegangan hidup untuk bisa bertahan, khususnya saat berada di perantauan. 

Sudah menjadi rahasia umum bagi orang Indonesia, orang Jawa menjadi salah satu suku yang banyak tersebar, bukan hanya di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di seluruh dunia.

 Kemampuan beradaptasi menjadi kunci kesuksesan orang Jawa dan tentunya orang Indonesia lainnya saat berada di perantauan, sebab siapapun tahu bahwa hidup di rantau orang adalah hal yang sangat berat, banyak tantangan yang harus dihadapi saat jauh dari orang-orang yang disayangi atau orang-orang yang dikenal.

            Lalu, apa hubungannya ketiga kata tersebut dengan filsafat hidup penulis yang tetap penulis terapkan sampai saat ini. Penulis akan mencoba membedahnya dengan pembahasan seringkas mungkin dengan bahasa yang dapat dimengerti.

Secara harfiah, kata mangan dapat diartikan dengan kata makan dalam bahasa Indonesia. Benar bahwa setiap manusia membutuhkan makan demi bisa mempertahankan kehidupannya, akan tetapi tentu saja bukan saja makan secara fisik namun dapat diartikan makan secara non fisik. Apa maksudnya?

Kebutuhan makan bagi setiap orang, bukan hanya memakan makanan yang sifatnya fisik, seperti makan roti, makan nasi dan lain sebaginya, namun secara filosofis dapat diartikan setiap manusia butuh makan atau mengkonsumsi berbagai macam ilmu pengetahuan dalam berbagai aspeknya.

Manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk bertahan hidup, sebab tanpa adanya ilmu pengetahuan, tentu manusia tidak bisa menciptakan tekhnologi sebagai sarana untuk memajukan peradaban manusia dan tanpa adanya peradaban, maka manusia akan punah kehidupannya.

Selain itu, kata mangan harus pula diartikan sebagai sarana berinteraksi secara sosial, sebab setiap orang membutuhkan orang lain untuk bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan. 

Dan selain sebagai makhluk individu, manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang lain untuk bergaul, bekerja, tolong menolong, kerja bakti, keamanan, dan lain-lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun