Mohon tunggu...
Santhos Wachjoe Prijambodo
Santhos Wachjoe Prijambodo Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNS di Surakarta

Seseorang dengan hobi membaca dan menulis artikel, baik artikel ilmiah maupun artikel non ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Stasiun Palur yang Kurang Nyaman

4 Juli 2024   10:57 Diperbarui: 4 Juli 2024   13:22 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

Bagi yang tinggal di wilayah Solo Raya, khususnya di wilayah Kabupaten Karanganyar, tentu tidak asing dengan keberadaan stasiun Palur ini, yang saat ini cukup sibuk melayani perjalanan kereta api dan penumpangnya yang melintasi stasiun ini. 

Apalagi saat ini dengan dioperasikannya kereta Commuter Line relasi Stasiun Yogyakarta ke Stasiun Palur, membuta mobilitas warga Solo Raya maupun warga Yogyakarta semakin meningkat, baik untuk kunjungan wisata maupun mobilitas para pekerja di wilayah yang dilewati oleh kedua stasiun tersebut. 

Warga Solo Raya yang akan bekerja maupun sekolah atau kuliah di wilayah Yogyakarta bisa mengandalkan perjalannya dengan menggunakan Commuter Line, demikian juga sebaliknya. Bahkan di hari Sabtu dan Minggu, tingkat okupansi Commuter Line satu-satunya di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah ini sangat padat dari kedua arah.

Dengan menggunakan Commuter Line, masyarakat yang akan bepergian dari wilayah Solo Raya ke Yogyakarta maupun sebaliknya bisa menikmati perjalanan dengan nyaman dan cepat serta tepat waktu. 

Nyaman karena di dalam kereta Commuter Line sudah dilengkapi dengan pendingin udara yang maknyeess dinginnya, apalagi kalo kita berangkat pagi, semakin maknyeess, cepat serta tepat waktu karena jarak dari Stasiun Yogyakarta ke Stasiun Palur dan sebaliknya ditempuh hanya selama kurang lebih 45 (empat puluh lima) menit dan penulis yang termasuk pengguna yang sering menggunakannya harus mengapresiasi bahwa belum pernah terjadi keterlambatan perjalanan Commuter Line, sangat tepat waktu, sehingga kita bisa memperhitungkan perjalanan kita.

Di balik cerita kenyamanan kereta Commuter Line relasi Stasiun Yogyakarta ke Stasiun Palur, ada beberapa hal yang bener-bener bikin bete alias menyebalkan banget, khususnya apabila kita berangkat atau turun di Stasiun Palur. Tulisan ini hanya sekedar kritik bagi PT KAI untuk memperbaiki pelayanan bagi konsumennya dan sebagai tanda cinta kita sebagai ANKER atau Anak Kereta pengguna kereta Commuter Line.

  • Tidak ada jalur khusus untuk pejalan kaki;

Apabila kita sebagai pengguna Commuter Line akan naik atau turun di Stasiun Palur, akan terasa betapa tersiksanya kita ketika harus berjalan dari arah pintu gerbang stasiun. Ketiadaan jalur khusus pejalan kaki menyebabkan para penumpang yang harus berjalan kaki baik yang mau masuk atau keluar stasiun harus bersinggungungan dengan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Pasti dong akan sangat berbahaya karena sangat mungkin tertabrak oleh kendaraan tersebut.

Kejadian yang hampir saja menimpa penulis ketika baru turun di Stasiun Palur beberapa hari yang lalu, penulis hampir saja tertabrak mobil yang akan keluar dari tempat parkirnya dengan cara mundur dan ndilalah mobilnya mundur dengan kecepatan agak tinggi, hanya selangkah di depan penulis yang sedang berjalan keluar stasiun. 

Ada baiknya pihak PT KAI membuat jalur khusus untuk penumpang yang berjalan kaki, sebab meskipun kita membawa kendaraan bermotor, tempat parkirnya juga jauh dari pintu stasiun dan penumpang masih harus berjalan kaki.

  • Penumpang kepanasan dan kehujanan saat jalan masuk atau keluar stasiun

Yang lebih ngenes lagi adalah ketidakpedulian PT KAI khususnya pengeola Stasiun Palur yang membiarkan penumpangnya kepanasan atau kehujanan saat berjalan keluar atau masuk ke stasiun. Coba deh datang ke Stasiun Palur di atas jam 10.00 pagi, udah pasti akan keringetan dan ngos-ngosan akibat berjalan di bawah terik panas matahari, apalagi beberapa hari terakhir yang memang panasnya kayak intu neraka lagi dibuka, yang kata orang "the hot is not public" alias panase ora umum.

  • Sungguh tega banget pengelola Stasiun Palur membiarkan konsumennya menderita kepanasan. Kalo lagi hujan? Penulis pernah beberapa kali mengalami saat turun di Stasiun Palur, harus ujan-ujanan berjalan sampai di pinggir jalan raya buat naik ojol. Kalo ujannya cuma gerimis, masih lumayan bisa ditahan pake topi atau payung, lha kalo ujan deres?

Mohon kiranya pihak pengelola bisa lebih bijak membantu para penumpangnya karena penumpang adalah aset utama dari keberadaan PT KAI. Bayangkan apa jadinya sebuah rangkaian kereta tapi gak ada penumpangnya?? Hhhiii.....jadi kereta hantu dong...sereeemmm.

  • Tarif parkir yang gak masuk nurul mahalnya

Pernah parkir di Staisun Palur? Meskipun Cuma ngedrop penumpang, kendaraan roda empat maupun roda dua tetap dikenakan tarif parkir. Roda dua dikenakan biaya parkir dua rebu perak sedangkan roda empat dikenakan biaya parkir empat rebu perak, sungguh mahal sekali. 

Dulu, penulis adalah anak kereta yang selalu naik turun di Staisun Rawabuntu Serpong, Tangerang, ketika kendaraan kita hanya melakukan drop off penumpang atau drop on penumpang yang kata orang Malaysia hanya sekejap je tanpa parkir, maka kendaraan kita tidak terkena biaya parkir alias gratis.

Pengelola Stasiun Palur sebaiknya tidak hanya memikirkan maslaah cuan yang bisa didapat dari pengelolaan parkir tapi juga kenyamanan. Setidaknya bisa dipikirkan, saat kendaraan yang masuk tidak lewat dari 5 (lima) menit tidak harus membayar biaya parkir dan bisa dipikirkan biaya parkir seharian yang cukup terjangkau. 

Sebab sangat mungkin banyak pengguna Commuter Line yang malas membawa kendaraan untuk bekerja atau kuliah sehingga cukup memarkirkannya di halaman stasiun dari pagi sampai sore saat pulang kerja atau pulang kuliah.

Dengan pengelolaan parkir yang lebih profesional tentunya akan lebih mendatangkan cuan bagi pengelola Staisun Palur karena pengguna Commuter Line dari Stasiun Palur semakin hari semakin bertambah. 

  • Tidak ada minimarket atau mesin ATM

Coba deh naik Commuter Line dari Stasiun Palur dan datang sebelum keretanya datang dan lupa beli minum atau sekedar cemilan buat nunggu kereta datang, dipastikan akan kerepotan. Hal ini dikarenakan tidak adanya sekedar minimarket yang berada di lingkungan stasiun. 

Dengan adanya minimarket setidaknya bisa membantu penumpang ketika haus atau lapar. Kalopun mo beli minum atau cemilan, kita harus keluar stasiun dulu dengan berpanas ria, karena ada warung yang letaknya cukup jauh dari stasiun dan itu satu-satunya warung yang ada.

Belum lagi ketika kita lupa bawa uang untuk melakukan top up saldo kartu kereta atau kita lupa bawa uang tunai. Lho kok bisa?  Sebab di Stasiun Palur untuk top up saldo kartu kereta harus menggunakan uang tunai dan kalo kita lupa bawa uang tunai gak bisa kita top up saldo kartu dengan kartu ATM, meskipun Commuter Line relasi Stasiun Yogyakarta ke Stasiun Palur masih bisa menggunakan aplikasi pembayaran non tunai Gopay. Namun setidaknya dengan adanya mesin ATM bisa membantu para penumpang ketika ehabisan uang tunai bahkan bisa membantu masyarakat sekitar stasiun yang membutuhkan uang tunai.

Semoga uneg-uneg ANKER (Anak Kereta) ini bisa jadi masukan bagi pihak PT KAI khususnya pengelola Stasiun Palur yang sedang berbenah untuk menjadi stasiun transit bagi kereta jarak jauh. Semua adalah demi kebaikan dan kemajuan PT KAI yang semakin menunjukan peningkatan kinerja yang luar biasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun