Mohon tunggu...
Santhos Wachjoe Prijambodo
Santhos Wachjoe Prijambodo Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNS di Surakarta

Seseorang dengan hobi membaca dan menulis artikel, baik artikel ilmiah maupun artikel non ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahasa Banyumasan Dengan Berbagai Variasinya, Ora Ngapak Ora Kepenak

19 Desember 2023   13:08 Diperbarui: 19 Desember 2023   13:22 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bahasa Jawa Banyumasan Dengan Berbagai Variasinya, Ora Ngapak Ora Kepenak

 

 

            Sebagai salah satu sub suku Jawa yang ertempat tinggal di Provinsi Jawa Tengah bagian barat, orang Banyumas mempunyai kekhasan sendiri terutama dalam berbicara sebab bahasa yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya. Jika bahasa Jawa pada umumnya mengikuti bahasa percakapan yang menjadi bahasa percakapan di wilayah Yogyakarta maupun Surakarta dan biasa disebut dengan bahasa Jawa wetanan, maka bahasa Jawa Banyumasan memiliki ciri yang sangat kental yaitu dengan logat bicaranya yang biasa disebut dengan logat ngapak.

            Dengan jumlah warga Banyumas yang cukup besar karena sebagian besar warga Banyumas bertempat tinggal di wilayah Eks Karesidenan Banyumas (selanjutnya disebut dengan Banyumas saja) yang meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banjarnegara, bahasa Jawa Banyumas menjadi bahasa utama dalam percakapan sehari-hari antar penduduk. Sehingga terdapat istilah ora ngapak ora kepenak, sebuah istilah menggambarkan betapa cintanya warga Banyumas dengan bahasanya yang bisa mempersatukan warga dari keempat Kabupaten, bahkan wilayah Eks Karesidenan Banyumas disebut warganya sebagai wilayah Republik Ngapak, yang menggambarkan kecintaan warga Banyumas dengan bahasa ngapaknya.

            Satu kalimat ngapak terucap sudah membuat keakraban terjalin diantara orang-orang Banyumas, bahkan meskipun baru sekali bertemu. "Kepriben kabare rika?" (Gimana kabar kamu?) adalah salah satu contoh percakapan yang bisa mengakrabkan dari orang-orang Banyumas yang saling bertemu atau bahkan baru pernah bertemu. Sebuah kalimat yang menggaambarkan bagaimana keakraban diantara orang-orang Banyumas, terutama yang berada di perantauan, pasti kan kangen bisa ngobrol pake bahasa ngapak, tul gak?

            Sebuah bahasa pasti akan berkembang, demikian juga dengan bahasa Banyumasan, terbukti ada beberapa daerah yang menggunakan percakapan yang hampir mirip dengan bahasa Banyumasan, meskipun sama-sama ngapak namun memilki sebutan dan keunikan sendiri.

  • Bahasa Tegalan di Tegal, Brebes Dan Pemalang Bagian Barat

Apabila kita berkunjung ke wilayah Eks Karesidenan Pekalongan Bagian Barat yang meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten dan Kota Tegal serta Kabupaten Pemalang Bagian Barat atau di sekitaran wilayah Comal, kita akan menemui bahasa ngapak namun dengan aksen pengucapan maupun pengertian atau arti kata/kalimat yang agak berbeda. Meskipun sama-sama ngapak, tetapi bagi warga Banyumasan, bahasa Tegalan terasa lebih tegas dalam penekanan kosonan kata dan sedikit lebih kasar terdengar.

Contohnya adalah ketika kita menyebut kata telur dalam bahasa ngapak Banyumasan, maka akan terucap endog, namun dalam bahasa Tegalan akan terdengar ucapan endooggg. Serupa namun tak sama tetapi tidak mengurangi tingkat pemahaman diantara orang yang saling berbicara. Namun ada juga kata yang mempunyai arti yang berbeda, contohnya adalah kata mbecak, dalam bahasa ngapak Banyumasan diartikan kita atau orang yang berbicara pergi naik becak, tapi dalam bahasa Tegalan, artinya adalah kita atau orang yang berbicara pergi mengayuh becak atau menjadi tukang becak, mumet mbok...hehehe..tapi itulah kekayaan bahasa di Indonesia.

Ada juga kata yang memiliki penulisan berbeda namun memiliki arti kata yang sama, contohnya adalah kata mentok (binatang sejenis bebek), dalam bahasa Banyumasan ditulis mentog dan dalam bahasa Tegalan ditulis entog. Selain itu masih banyak lagi perbedaan lainnya.

  • Bahasa Cirebonan Di Wilayah Cirebon

Bergeser ke arah barat Kabupaten Brebes, di wilayah Kota dan Kabupaten Cirebon hingga perbatasan Kabupaten Kuningan di bagian selatan, kita akan menemui bahasa Cirebonan. Serupa dengan bahasa Banyumasan dan bahasa Tegalan, namun bahasa Cirbonan lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa Sunda. Apabila kita orang Banyumas ngmong ngapak di wilayah Cirebon, pasti masih paham namun akan menemui kalimat atau kosakata baru.

Dalam bahasa Banyumasan dan bahasa Tegalan, kalo kita meminta seseorang untuk masuk ke suatu ruangan atau tempat kita akan mengatakan mlebu, namun dalam bahasa Cirebonan akan disebut dengan kata manjing. Mungkin bagi orang Banyumas atau orang Tegal yang belum terbiasa akan bingung namun sebenarnya dalam bahasa Jawa halus, kata manjing juga digunakan meskipun lebih sering digunakan dalam seni pewayangan, untuk menggambarkan seroang raja yang masuk ke dalam istananya, dengan sebutan gusti prabu manjing kedaton. Tambah mumet mbok.....inyong be mumet...wkwkwk.... 

  • Bahasa Jaseng (Jawa Serang) Di Wilayah Banten Bagian Barat
  • Yang lebih tidak diduga lagi adalah ternyata di ujung barat Pulau Jawa bagian utara, ternyata masih banyak masyarakatnya yang berbicara dengan bahasa yang serupa dengan bahasa ngapak, namun mereka menyebutnya dengan bahasa Jawa Serang atau disingkat Jaseng yang meliputi wilayah Kabupaten dan Kota Serang, Kabupaten Pandeglang dan Cilegon. Kok bisa mereka menggunakan bahasa yang serupa dengan bahasa ngapak? Usut punya usut ternyata sejak jaman kerajaan dahulu, banyak nelayan dari wilayah Cirebon dan Tegal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan di wilayah Banten bagian barat tersebut, oleh sebab itu tidak mengherankan nelayan-nelayan tersebut juga menyebarluaskan bahasa ngapak ke wilayah tersebut yang kemudian berkembang dengan percampuran dengan bahasa Sunda yang sedikit berbeda dengan bahasa Sunda di wilayah Cirebonan.
  • Ada beberapa kata dalam bahasa Jaseng yang diambil dari bahasa ngapak, contohnya adalah kata sira atau kamu, yang diucapkan dalam bahasa Jaseng dengan kata sire. Jujur, bahasa Jaseng ini memang agak berbeda dengan bahasa ngapak yang ada di wilayah Banyumas, Tegal, maupun Cirebon, namun pada dasarnya ketika kita ngomong ngapak di sana masih dapat dipahami oleh masyarakat sana.

            Cukup disit ya, inyong wis mumet bin mriang kiye. Yang jelas perbedaan tersebut justru memperkaya bahasa daerah dan juga memperkaya bahasa Indonesia, mengingat banyak kata dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari bahasa daerah. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita semua.

             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun