Jurnalisme Keberagaman memiliki peran yang sangat penting bagi kaum minoritas dalam menyampaikan aspirasinya. Namun, banyak media masih sebelah mata dalam menyebarkan suatu berita.
Jumat 24 Maret, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Atma Jaya Yogyakarta  mengadakan Bedah Buku Jurnalisme Keberagaman oleh Usman Kansong (Direktur Pemberitaan Media Indonesia).Acara ini dihadiri oleh jurnalis-jurnalis dari koran Tempo dan Media Indonesia serta dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diskusi pembedahan buku Jurnalisme Keberagaman ini juga dihadiri oleh Agnes Dwi Rusjiyati (Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika), Widiarsi Agustina (KA Biro Tempo DIY & Jawa Tengah), dan Lukas Ispandriarno (Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta).
Tidak hanya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Atma Jaya Yogyakarta saja, tetapi mahasiswa dari kampus UIN dan kampus lainnya juga hadir sebagai peserta seminar, sebagai perwakilan dari sekian keberagaman yang ada di Yogyakarta.
Isu keberagaman memang hal yang cukup sensitif dalam ranah media massa. Namun Jurnalisme Keberagaman yang dibahas dibatasi dalam konteks agama, etnik, dan gender. Jurnalisme Keberagaman adalah jurnalisme yg berfokus pada:
1. Mengedepankan keberagaman.
2. Mengedepankan Hak Asasi Manusia.Â
3. Berpihak pada korban yang pada umumnya adalah minoritas.
4. Mengedepankan jurnalisme damai
5. Berperspektif gender.
Problem keberagaman yang ada di Indonesia saat ini adalah dalam hal problem struktural  misalnya Undang-Undang. Peraturan Pemerintah & kultural atau budaya-budaya lokal yang memiliki nilai-nilai toleran tetapi media kadang membungkusnya menjadi intoleran. Media harus membuka ruang dan kesempatan bagi kaum minoritas untuk bersuara dan menyampaikan suaranya agar pemberitaan dari media jadi berimbang.Â
Jurnalis harus berani memberitakan soal keberagaman berdasarkan fakta yang diverifikasi sehingga tidak ada stigma negatif bagi kaum minoritas. Jurnalis harus memiliki statement yang bebas, atau memiliki pola pikir yang terbuka. Hal tersebut sangat penting agar tidak mudah mengeluarkan berita yang memihak pihak tertentu.Â
Jurnalisme keberagaman adalah induk dari jurnalisme damai, yaitu bagaimana suatu media menyebarkan nilai-nilai yang positif dalam berbagai perbedaan yang ada, tidak menjadikan keberagaman itu sebagai masalah tetapi sebagai pembawa kedamaian dan merubah pola pikir masyarakat Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H