Sebelum memulai tulisan ini, perlu diketahui bahwa tulisan ini bukan tulisan terakhir atau surat pamit undur diri Penulis dari Kompasiana. Tulisan ini lebih kepada rasa kepedulian Penulis terhadap teman-teman Kers lain di Kompasiana.
Penulis mendaftarkan diri di akun Kompasiana sejak tahun 2013 lalu, namun baru aktif menulis di Kompasiana pada awal tahun 2015 hingga sekarang. Singkatnya, silahkan lihat saja di profile.
Anda boleh berkata bahwa saya besar di Kompasiana, tetapi Anda musti sadar betul bahwa Kompasiana jauh lebih besar dari Anda.
Tak terasa waktu bergulir cepat dan tak terasa pula usia Kompasiana kini sudah beranjak 15 tahun. Sebuah achievement yang patut dibanggakan dan disyukuri mengingat langkanya platform blogger yang dapat bertahan melihat bagaimana besarnya tantangan masa kini dimana literasi orang-orang untuk gemar membaca sangat rendah.
Pencapaian 15 tahun ini tentu serta merta bukan sebuah achievement pribadi, perorangan, atau sekelompok orang-orang tertentu saja. Pencapaian 15 tahun Kompasiana ini ialah merupakan bentuk nyata dari andil siapa-siapa yang terlibat di dalam keberlangsungan maupun eksistensi Kompasiana, apakah Kompas.com sebagai induk dari Kompasiana bernaung, pengelola Kompasiana, dan para Kompasianer baik yang lama maupun baru.
Dalam periode Penulis menulis di Kompasiana banyak betul pengalaman, ilmu, dan turut serta teman yang Penulis dapatkan. Sesuatu hal yang Penulis teramat syukuri karena dengan begitu Penulis tidak hanya menambah scope pertemanan, melainkan pula menambah wawasan dari teman-teman Kers dengan berbagai background maupun keilmuan.
Kompasiana selayaknya bagi Penulis sudah layaknya sebuah rumah dimana nyaman dan penuh rasa akan kekeluargaan. Akan tetapi itu dulu, lain dengan yang berkembang sekarang.
Jika sebelumnya Penulis menganggap Kompasiana sebagai sebuah rumah dimana Penulis sebagai penghuni bertanggungjawab untuk menjaga dan merawatnya dibarengi keinginan melihatnya semakin maju. Maka bagi Penulis pribadi menilai Kompasiana saat ini lebih kepada sebuah mall dimana sebagai sebuah tempat yang kiranya Penulis akan kunjungi di waktu-waktu tertentu saja.
Perubahan cara pandang Penulis terhadap Kompasiana tentu bukan suatu perubahan yang instant. Perubahan cara pandang Penulis terhadap Kompasiana melalui sebuah proses yang panjang bahwasanya Kompasiana ia adalah sebuah produk, ia adalah sebuah platform, ia cerminan dari sebuah corporate besar dan bukan (maaf, kasar katanya) perusahaan nenek moyang elo!
Fakta itu yang sebelumnya Penulis berusaha sanggah dan berupaya bantah dalam benak Penulis. Hal itu mungkin dilatarbelakangi oleh pengalaman Penulis terhadap Consumer Goods dimana menilai sesuatu dari sudut pandang konsumen, seperti pembeli adalah Raja, loyalitas konsumen merupakan harga mati, konsep simbiosis mutualisme antara produsen dan konsumen, dan lain-lain sebagainya layaknya perusahaan Apple yang menghargai setinggi-tingginya para konsumennya.
Sedangkan pada realitanya Kompasiana bukanlah gambaran yang Penulis imajinasikan. Kompasiana bukanlah layaknya Seller di toko online yang berupaya menjaga performanya agar produk yang laku terjual. Justru Kompasiana-lah yang menjadi platform toko online-nya dan Kompasianer adalah para Seller tersebut.
Jadi janganlah heran dan kecewa bilamana Kompasiana tidak peduli apakah barang atau produk (artikel) yang Seller jual laku atau tidak, karena toh masih banyak Seller (pengguna baru) yang lain dengan beragam produk yang ingin dijual. Jadi janganlah heran dan kecewa bilamana Kompasiana lebih mempriotaskan para Buyer (pembeli) karena poin ini lebih berpengaruh kepada eksistensinya, ekosistem bisnisnya, dan lain sebagainya. Sudah sewajarnya bilamana Kompasiana lebih memikirkan bagaimana agar ia sering dikunjungi dan memutuskan mana yang benar-benar menguntungkan baginya.
Ya suka tidak suka Anda sebagai Kompasiner harus dengan lapang dada menerimanya. Anda boleh berkata bahwa saya besar di Kompasiana, tetapi Anda musti sadar betul bahwa Kompasiana jauh lebih besar dari Anda.
Sudah saatnya Anda sadar dan move on bahwasanya segala inisiatif dan gagasan yang Anda serukan hanya akan jadi angin lalu bagi Kompasiana, dikarenakan bukan bagian tugas sebagai Kompasianers untuk menentukan seperti apa dan bagaimana Kompasiana kelak kedepan melainkan pula sudah ada pihak yang ditugaskan dan diberikan tanggungjawab untuk hal itu semua. Yang Kompasianer perlu lakukan ialah cukup dengan menulis, nikmati saja fitur yang disediakan oleh Kompasiana, dan komplain jika sistem Kompasiana bermasalah serta membuat laporan jika ditemukan adanya pelanggaran.
Sudah saatnya Anda untuk move on dari Kompasiana dan memikirkan akan bagaimana nasib Anda kedepan. Manfaatkan bakat dan passion Anda dalam menulis serta konektivitas yang Anda bangun untuk hal lain (mencari peluang) yang lebih bermanfaat dan lebih menghasilkan. Jatuh atau bangun Anda, Kompasiana tidak akan peduli dan mungkin akan terus eksis sekalipun Anda tidak ada. Dan yang tersisa dari Anda hanya memori (database) dari tulisan.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H