Kita bisa lihat dengan mata kepala sendiri, apartemen, gedung perkantoran, hingga mal-mal megah secara continue dibangun di Ibukota. Dengan kata lain ketiganya tersebut bersumbangsih terhadap semakin padatnya Jakarta dilandasi oleh semakin banyaknya jumlah penduduk yang lalu lalang di Ibukota.
Bak efek domino, penambahan akan jumlah penduduk di Jakarta ini pun menjadi masalah baru disaat ruas jalan tidak lagi mencukupi dengan banyaknya jumlah kendaraan, kemudian sistem transportasi yang buruk dan ketersediaan transportasi umum yang tidak memadai.
Lalu disaat kesemua masalah yang timbul itu belum serta merta diberesi, kini ERP dianggap sebagai sebuah solusi? Kamu sehat?
Pada hakikatnya apa yang bisa Penulis sadur dari wacana ERP ini? Jikalau ingin mengatasi masalah, mbok cari tahu permasalahan di awalnya. Jangan apa-apa sesumbar ini itu solusi akan tetapi fakta di lapangan berkata terbalik.
Penerapan ERP jelas tidak akan efektif di Jakarta yang sudah karut marut seperti sekarang. Akan tetapi mungkin akan berjalan baik jika saja diterapkan di IKN kelak.
Walaupun dengan penambahan masif moda transportasi sekalipun semisalkan dengan beropersionalnya LRT, permasalahan kemacetan di Jakarta tidak akan seratus persen selesai dikarenakan jumlah penduduk kian bertambah dan masih dimanjanya masyarakat untuk bisa memiliki kendaraan pribadi.
Sebagai penutup, Penulis sedikit memberi masukan kepada Pemda akan bagaimana mengurangi masalah kemacetan di Jakarta ialah mengurangi mobilitas warga dengan menerapkan Work From Home (WFH) sembari menemukan solusi masalah yang lain serta memperbaiki sarana prasarana agar masyarakat beralih ke angkutan umum.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan ialah milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H