Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Duet Anies - AHY, Gengsi Dong!

12 Oktober 2022   07:35 Diperbarui: 12 Oktober 2022   07:51 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dan AHY (Kompas)

Seperti kita ketahui bersama pasca Partai Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Calon Presiden untuk Pilpres 2024, Gubernur DKI yang tinggal beberapa hari habis masa baktinya ini melanjutkan safari politiknya dengan berkunjung menemui Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Kantor DPP Demokrat pada Jum'at siang (8/10/2022) lalu.

Dalam pertemuan yang digadang-gadang sebagai "silaturahmi politik" itu dikemukakan bahwa Anies dan AHY melakukan pembicaraan empat mata untuk membahas sejumlah hal dimana salah satunya mengenai Pilpres 2024. 

Menurut informasi beredar setelah kunjungannya ke Partai Demokrat, Anies berencana melakukan kunjungan ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS) guna menjalin komunikasi lebih lanjut.

Pertemuan Anies dan AHY sontak membuat kalangan baik media maupun pengamat politik menyimpulkan bahwa ada sinyalemen kuat antara Anies dan AHY akan berduet bersama sebagai Capres dan Cawapres di Pilpres 2024 mendatang. 

Elektabilitas yang tinggi yang dimiliki Anies serta basis massa yang kuat dari masing-masing tokoh dinilai jika keduanya jadi dipasangkan memiliki potensi yang besar.

Akan tetapi apakah penilaian tersebut benar demikian adanya, ataukah hanya spekulasi masih di awang-awang agar publik percaya?

Kenapa Penulis katakan demikian? Ada beragam faktor yang menurut pandangan Penulis melihat bahwa duet Anies - AHY masih sangat prematur dan terlalu digembar-gemborkan.

Hal yang pertama ialah komunikasi yang terjalin antara Anies dan AHY tidak menandakan mewakili pertemuan antara Partai Nasdem dan Partai Demokrat. Toh jelas sekali Anies Baswedan pribadi bukan orang partai atau Kader, maka pertemuan antara Anies dan AHY lebih kepada pertemuan formal antara dua tokoh. Lantas Penulis bertanya, apanya yang istimewa?

Hal yang kedua yaitu mengenai sinyalemen duet Anies - AHY. Penulis bertanya kepada pembaca, logis tidak dikala satu pertemuan langsung diartikan Anies akan berduet dengan AHY?

Mohon maaf sebelumnya, bagi Penulis pribadi menilai bahwa mengenai duet Anies - AHY ini lebih kepada "test on water" saja untuk mengetahui bagaimana reaksi publik. 

Dalam artian jika respon publik baik maka persentase kemungkinan keduanya dipasangkan akan langgeng dan disepakati oleh partai-partai pendukung yang lain. 

Namun kembali, Penulis yakini bahwa partai pendukung tentu juga ingin bersumbangsih dimana mereka memiliki kandidat yang siap dan bersedia disandingkan dengan Anies Baswedan. Dan ingat bahwa politik itu cair, segala sesuatu bisa terjadi sampai pada batas akhir pencalonan.

Hal yang ketiga mengenai duet Anies - AHY ini ialah fakta bahwa Anies adalah dari kalangan akademisi dan bukan seorang Kader. Boleh jadi bahwa Anies Baswedan yang bukan seorang Kader punya posisi kuat karena memiliki elektabilitas yang tinggi dan telah mendapatkan dukungan dari Partai Nasdem. 

Tetapi pertanyaannya tertuju kepada Partai Demokrat, disaat seorang Ketua Umum Partai mau bersanding dengan Anies Baswedan hanya sebagai Cawapres maka Penulis ragu apa tidak gengsi?

Bagi Penulis sangat lucu jika skenario Anies dengan elektabilitas tinggi jadi patokan siapa yang pegang kendali dan alangkah kasihan partai-partai pendukung dibelakangnya karena mereka kalah start menggandeng Anies Baswedan.

Hal yang keempat dan yang terakhir Penulis utarakan mengapa duet Anies - AHY ini prematur ialah dikarenakan angan-angan duet Anies - AHY belum berpapasan dengan kandidat kuat Capres dan Cawapres lain yang muncul.

Penulis yakin bahwa angan-angan duet Anies - AHY ini bukan final. Kelak bakal akan ada nama-nama lain yang muncul sebagaimana harapan dan keinginan publik bahwa calon pemimpinnya tidak hanya berlandaskan elektabilitas melainkan juga kapabilitas, karena memimpin negara dengan jumlah penduduk kurang lebih 270 juta ini bukan ibarat lulus kuliah cari pengalaman kerja.

Merujuk dengan peristiwa yang terjadi tentu akan menambah menarik bagaimana dinamika perpolitikan di tanah air jelang Pilpres 2024 mendatang. Penulis berharap bahwa dinamika tersebut berjalan berbarengan dengan upaya untuk mencerdaskan publik dan bukan mengedepankan kepentingan kelompok semata.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun