Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menolak E-Sports Masuk Kurikulum di Sekolah

2 Desember 2021   08:41 Diperbarui: 2 Desember 2021   08:49 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari Kompas.com. Cabang olahraga e-sports bakal masuk ke kurikulum sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

"E-sports juga masuk di kurikulum sekolah kejuruan (Sekolah Menengah Kejuruan)," kata Ketua Bidang Humas dan Komunikasi Pengurus Besar E-sports Indonesia (PBEsI) Ashadi Ang pada sebuah diskusi virtual bertajuk "Membangun Jenjang Karier Atlet E-sports & Prestasi Bangsa" pada Rabu (24/11/2021).

Ashadi menyebut, PBEsI punya rancangan besar pembinaan atlet.

"Untuk masuk ke kurikulum, kami bekerja sama dengan Kemendikbud dan Kemenpora," ujar Ashadi Ang.

Edukasi mengenai e-sports bertujuan memperkenalkan besarnya ekosistem, peluang, dan pondasi e-sports.

"Ini dilakukan agar mindset semua orang benar tentang e-sports," ucap Ashadi Ang.

Dengan pemahaman yang benar tentang e-sports, PBEsI bisa menyusul program kerja dengan baik dan benar ketika para siswa selesai menamatkan jenjang pendidikan SMA atau SMK.

Informasi ini sebetulnya telah Penulis baca dan ingin bahas pada minggu sebelumnya. Hanya saja karena mood menulis belum ketemu maka otomatis materi ini Penulis tunda hingga awal bulan Desember.

Berbicara mengenai eSports (penulisan yang benar) Penulis cukup sering bahas di Kompasiana bahwasanya bidang ini memiliki potensi sangat besar jika berkaca akan bagaimana keberhasilan eSports di luar Indonesia.

Sebagai gambaran kita contoh saja turnamen eSports Dota The International (TI), turnamen ini sangat digandrungi oleh para penggemar gim Dota di seluruh dunia. Dalam kompetisi ini kita bisa melihat para atlit eSports profesional dari berbagai negara bertanding secara berkelompok guna memperebutkan gelar serta hadiah dengan nominal sangat fantastis yaitu total hadiah kurang lebih 40 juta US Dollar atau setara 560 miliar Rupiah (kurs 14 ribu).

Contoh diatas setidaknya gambaran kecil akan bagaimana peluang kompetisi eSports bukan saja menjadi bidang baru bagi Indonesia untuk melahirkan atlit-atlit eSports profesional dan peluang (bisnis) sportainment di tanah air, melainkan pula kesempatan emas hadirnya potensi yang lain.

Dalam kaitannya perkembangan eSports di tanah air memang tumbuh berkembang dengan sering diadakannya gelaran kompetisi eSports dan semakin besarnya animo pecinta eSports dimana mayoritas para generasi milenial baik pelajar hingga mahasiswa. Hal ini tentu menjadi kabar baik bahwasanya eSports makin kemari dapat diterima oleh masyarakat luas di negeri ini, namun bukan berarti tantangan membumikan eSports di Indonesia dengan serta merta sirna.

Apa tantangan yang Penulis maksudkan salah satu diantaranya ialah tantangan akan pandangan bahwa gim hanyalah sebagai sarana hiburan (entertain).

Jika kita berbicara gim maka sejatinya mayoritas orang akan memandang hal itu sebagai kegiatan untuk mengobati rasa suntuk maupun membuang waktu. Sadar tidak disadari idiom tersebut telah lama hidup dan bercokol dalam benak pribadi terkhusus para orang tua. Dan tentu saja mengubah idiom negatif gim ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

Namun bukan berarti cara pandang individu tidak bisa diubah. Dari kebanyakan kasus dimana para orang tua dapat menerima anak mereka terjun ke ranah eSports lebih dilandasi oleh bakat dan keterampilan si anak serta bukti raihan prestasi dari bidang eSports yang anak ditekuni.

Lantas apakah dengan memasukkan eSports ke dalam kurikulum dikira mampu untuk meyakinkan anak-anaknya menekuni bidang ini?

Ini yang menjadi tantangan kedua bilamana rencana diatas benar-benar terealiasasi bahwasanya pendidikan di Indonesia ialah pendidikan yang teramat kaku.

Alasan Penulis katakan pendidikan di Indonesia teramat kaku ialah karena pendidikan di negeri ini cenderung lebih sebagai atau naungan ketika seseorang masuk ke dunia kerja.

Contoh saja, jumlah gaji yang diterima mereka yang hanya lulus SMA lebih kecil ketimbang mereka yang sarjana atau jenjang pendidikan sebagai syarat suatu profesi. Oleh karenanya mengapa orang tua berusaha menyekolahkan anak-anaknya di sekolah terbaik dan setinggi-tingginya bukan saja sebagai upaya memberikan pendidikan kepada anak melainkan pula memperbesar peluang anak agar sukses.

Sekarang kita bicara fakta di lapangan akan berapa banyak sarjana pengangguran di Indonesia, maka bisa dikatakan banyak sekali jumlahnya.

Lalu pertanyaannya adalah dalam cakupan lulusan sarjana masih memungkinkan menganggur, lantas bagaimana cara meyakinkan bahwa dengan anak-anaknya menjadi atlit eSports punya peluang masa depan yang lebih cerah?

Menanggapi hal diatas menurut Penulis memasukkan eSports dalam kurikulum di sekolah sama halnya dengan mencari masalah dengan para orang tua murid. Tentu logika orang tua tidak dengan mudah menerima rencana tersebut disaat anak-anaknya berjibaku dengan model pendidikan yang ada kemudian lantas dijejali oleh materi gim yang memiliki predikat buruk sebagai dalang menurunnya prestasi siswa.

Oleh karenanya untuk semakin menyebarluaskan eSports perlu langkah strategi yang tepat, jangan sampai persepsi yang dituangkan justru tidak menghasilkan apa-apa atau justru malah semakin memperburuk jumlah pengangguran di Indonesia.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun