Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beruntung Bagi Mereka yang Memelihara Anak Yatim

8 November 2021   11:30 Diperbarui: 8 November 2021   11:37 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Anak Yatim (RRI)

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang sholeh" (HR. Muslim)

Sejatinya Allah Swt tidak membedakan antara satu manusia dengan manusia lain terkecuali amal baik dan buruknya. Jika diibaratkan tabungan, amalan baik merupakan simpanan yang kelak manusia suguhkan ke hadapan Allah sebagai bentuk pembuktian bahwa ia manusia bertaqwa dan layak tempatkan di surga atas kehendak Allah Swt. Oleh karenanya wajar bilamana manusia di dunia ini saling berlomba-lomba dalam kebaikan.

Berbicara amalan, kiranya siapa manusia yang tidak ingin amalannya tidak pernah terputus sekalipun dirinya telah meninggal. Dalam hadist HR. Muslim dijelaskan tiga perkara yang membuat amalan manusia terus mengalir, diantaranya sedekah jariyah seperti menyantuni anak yatim piatu, bersedekah, mewakafkan tanah untuk hal manfaat, dan sebagainya. 

Kemudian ilmu bermanfaat yang pada hakikatnya berupa pengetahuan yang ketika disebarkan menjadikan baik pribadi maupun manusia yang memanfaatkannya dapat berkembang, mempunyai ahlak baik, dan semakin berupaya menjadikan diri dekat dengan Allah serta mengetahui ragam macam kebesaranNya.

Lalu ada "doa dari anak yang sholeh". Hal ini pernah Penulis bahas pula di Kompasiana, tepatnya pada artikel tanggal 6 Juni 2018 dengan judul "Membentuk Pribadi Anak yang Saleh".

Sebagaimana Penulis utarakan dalam konteks membentuk pribadi anak yang sholeh ada beberapa faktor yang perlu ditekankan, yaitu anak perlu dibina baik ilmu pengetahuan maupun agama, anak perlu dibimbing pula oleh orang tua yang sholeh, serta anak perlu diawasi pergaulannya. 

Dalam kaitannya ketika orang tua menginginkan anak yang sholeh maka hal tersebut tidak dapat terwujud secara otomatis. 

Bentuk perhatian orang tua dalam wujud kasih sayang baik itu membesarkan, mendidik, memenuhi segala kebutuhan anak, dan sebagainya punya andil besar menjadikan anak agar berbakti kepada orang tuanya, memiliki ahlak baik, dan menjadi pribadi yang manfaat bagi sekitarnya.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana jika anak tersebut tidak memiliki orang tua atau yatim piatu? Apakah dengan kondisi tersebut maka amalan baik si anak akan terus mengalir kepada orang tuanya?

"Orang tua pernah menjadi anak, tetapi anak belum tentu menjadi orang tua".

Sebagaimana kita ketahui bersama, umur, jodoh, dan rezeki merupakan misteri Allah Swt. Dalam kaitan umur maka manusia tidak akan pernah tahu kapan, dimana, dan bagaimana kematian menghampirinya.

Sebagai gambaran seperti yang terjadi saat berlangsungnya pandemi Covid-19, tak jarang kita menemukan berita mengenai anak-anak yang harus menerima kondisi dimana kedua orang tuanya wafat karena suatu musibah dan mereka hidup sebatang kara.

Dari musibah itu selain hikmah yang manusia dapati tetapi terdapat mukjizat Allah yang secara diam-diam bekerja melalui manusia lainnya. Disitu Allah tidak hanya memberikan kesempatan bagi sanak saudara untuk mengasuh tetapi pula memberikan kesempatan bagi manusia lain yang ingin menjadi orang tua angkat maupun memelihara mereka.

Dan beruntunglah bagi mereka yang menyayangi maupun menyantuni para anak yatim piatu karena mereka kelak mendapatkan keistimewaan dari Allah, diantaranya mendapatkan perlindungan di hari kiamat, Allah menjamin surga serta memenuhi segala kebutuhannya, dan dekat dengan Rasulullah saat di surga.

Oleh karenanya rasa syukur berkesempatan untuk dapat memelihara anak yatim piatu perlu disertai bentuk dan rasa tanggunjawab, bukan hanya dilandasi rasa kasihan atau ingin menolong saja, melainkan perlu dibarengi keinginan dan usaha menjadikan anak yatim piatu itu anak sholeh.

Penting dan perlu disadari bahwa "masa depan orang tua adalah anak dan anak-lah yang akan menentukan takdirnya sendiri".

Membahagiakan orang tua sejatinya adalah cita-cita seorang anak. Selalu ingatlah sekalipun orang tua telah tiada maupun dibesarkan oleh orang tua angkat maka yakin dan percayalah bahwa amalan baik itu akan terus mengalir. 

Dan tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi orang tua, selain dapat menyaksikan anaknya menjadi anak sholeh dan mereka kelak akan dipertemukan di surga-nya Allah Swt.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun