Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang sholeh" (HR. Muslim)
Sejatinya Allah Swt tidak membedakan antara satu manusia dengan manusia lain terkecuali amal baik dan buruknya. Jika diibaratkan tabungan, amalan baik merupakan simpanan yang kelak manusia suguhkan ke hadapan Allah sebagai bentuk pembuktian bahwa ia manusia bertaqwa dan layak tempatkan di surga atas kehendak Allah Swt. Oleh karenanya wajar bilamana manusia di dunia ini saling berlomba-lomba dalam kebaikan.
Berbicara amalan, kiranya siapa manusia yang tidak ingin amalannya tidak pernah terputus sekalipun dirinya telah meninggal. Dalam hadist HR. Muslim dijelaskan tiga perkara yang membuat amalan manusia terus mengalir, diantaranya sedekah jariyah seperti menyantuni anak yatim piatu, bersedekah, mewakafkan tanah untuk hal manfaat, dan sebagainya.Â
Kemudian ilmu bermanfaat yang pada hakikatnya berupa pengetahuan yang ketika disebarkan menjadikan baik pribadi maupun manusia yang memanfaatkannya dapat berkembang, mempunyai ahlak baik, dan semakin berupaya menjadikan diri dekat dengan Allah serta mengetahui ragam macam kebesaranNya.
Lalu ada "doa dari anak yang sholeh". Hal ini pernah Penulis bahas pula di Kompasiana, tepatnya pada artikel tanggal 6 Juni 2018 dengan judul "Membentuk Pribadi Anak yang Saleh".
Sebagaimana Penulis utarakan dalam konteks membentuk pribadi anak yang sholeh ada beberapa faktor yang perlu ditekankan, yaitu anak perlu dibina baik ilmu pengetahuan maupun agama, anak perlu dibimbing pula oleh orang tua yang sholeh, serta anak perlu diawasi pergaulannya.Â
Dalam kaitannya ketika orang tua menginginkan anak yang sholeh maka hal tersebut tidak dapat terwujud secara otomatis.Â
Bentuk perhatian orang tua dalam wujud kasih sayang baik itu membesarkan, mendidik, memenuhi segala kebutuhan anak, dan sebagainya punya andil besar menjadikan anak agar berbakti kepada orang tuanya, memiliki ahlak baik, dan menjadi pribadi yang manfaat bagi sekitarnya.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana jika anak tersebut tidak memiliki orang tua atau yatim piatu? Apakah dengan kondisi tersebut maka amalan baik si anak akan terus mengalir kepada orang tuanya?
"Orang tua pernah menjadi anak, tetapi anak belum tentu menjadi orang tua".