Saling serang antar pendukung kedua paslon begitu intens bahkan sudah offside karena tak lagi mengenal istilah norma maupun etika. Indonesia seolah terpecah belah, kedua kubu saling hujat dan mengelompokkan lawannya sebagai "cebong" dan "kampret".
Sungguh sebuah ironi, usai Pilpres 2019 disaat dualisme di masyarakat Indonesia belum reda secara tiba-tiba pandemi Covid-19 menerjang dan dirasakan luas oleh seluruh umat manusia.
Akan tetapi nampaknya situasi sulit yang kita sedang rasakan bersama ini tidak menjadi pembelajaran berharga bagi kebanyakan orang yang masih terbawa suasana Pilpres.
Tak sedikit mereka yang saat ini sehat dirudung oleh rasa kebencian, sedangkan mereka yang terinfeksi Covid-19 hanya dapat terbaring lemas seorang diri menghadapi kepastian apakah lanjut hidup ataukah menghadap Ilahi.
Ya sejatinya Covid-19 entah darimana asalnya ia tidak mengenal istilah cebong maupun kampret. Covid-19 tidak mengenal siapakah Anda, apakah jabatan Anda, apakah keyakinan Anda, maupun siapa pilihan Anda saat Pilpres lalu.
Secara real pemerintah pun tidak pernah memandang apakah pilihan Anda kemarin. Bagi rakyatnya yang menderita Covid-19 toh ditanggung oleh negara. Begitupun kepada mereka yang anti kepada pemerintah, ketika mereka jatuh sakit karena Covid-19 maka mereka pun tak menolak dibiayai oleh negara.
Berkaca dengan apa yang terjadi, lantas apakah bangsa Indonesia kelak akan kembali berseteru pada sesama saat Pilpres 2024 mendatang?
Apakah Pilpres 2024 selayaknya sedang memilih Tuhan? Apakah Pilpres 2024 harus dilalui oleh perang mulut dan adu jotos? Apakah Pilpres 2024 akan kembali menghantarkan negeri ini kepada perpecahan demi kepentingan politik golongan? Anda-andalah masyarakat Indonesia yang kelak akan menjawabnya.
Dari artikel yang Penulis bawakan antara lain maksudnya ialah agar kita semua merenung bahwasanya fanatisme buta hanya menghantarkan ke jurang kehancuran, kebencian terhadap sesama hanya membuat kita lupa bahwasanya hidup ini singkat.
Apakah negeri ini akan terus menerus bertikai hanya dikarenakan sebuah pilihan? Apakah itu (Pilpres) wujud demokrasi yang negeri ini tunjukkan?
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.