Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apa Urgensi dari Rencana Mengganti Nama Kota Tua?

29 April 2021   14:42 Diperbarui: 29 April 2021   14:51 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Googling Kota Tua (Screenshot Google, dokpri)

Dikutip dari laman Kompas.com. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana mengubah nama kawasan Kota Tua menjadi Batavia.

Dia mengatakan, Batavia merupakan nama yang digunakan pemerintah Hindia Belanda saat kali pertama menamai kawasan Kota Tua.

"Mungkin kita perlu mempertimbangkan untuk menamai kawasan ini seperti dulu dinamai. Seperti yang tertulis di belakang ini, Batavia," kata Anies dalam acara penandatanganan HOA pembentuk JV Kota Tua-Sunda Kelapa, Rabu (28/4/2021).

Sehingga, ketika orang-orang mencari nama kawasan Kota Tua, akan banyak hasil yang berbeda di internet.

"Kalau googling nulis Kota Tua itu keluarnya banyak sekali. Karena kota tua banyak betul," ucap dia. -

Anies kemudian berencana mengundang ahli-ahli sejarah dan ahli lainnya terkait rencana perubahan nama itu. Ia menginginkan kelak ketika orang hendak berkunjung ke kawasan tersebut cukup menuliskan kata Batavia saja.

Sebelum membahas lebih lanjut, sedikit informasi mengenai Kota Tua. Kota Tua ialah kepingan warisan pemerintahan Hindia Belanda dari abad ke-16 dimana terdapat sebuah area seluas 1,3 km persegi yang melintasi wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Di lokasi tersebut terdapat beragam situs dan bangunan bersejarah, seperti Gedung Arsip Nasional, Stasiun Jakarta Kota, Musium Bank Mandiri, Musium Bank Indonesia, Musium Wayang, Musium Bahari, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan lain-lain.

Selain sebagai lokasi bersejarah, Kota Tua juga sebagai lokasi destinasi favorit wisata baik lokal maupun mancanegara yang ingin berkunjung kesana. Area tersebut juga menjadi spot bagi penggemar fotografi karena begitu banyak bangunan-bangunan bergaya arsitektur kuno.

Menanggapi prihal rencana Gubernur DKI Anies Baswedan untuk mengganti nama Kota Tua, Penulis hanya bisa geleng-geleng kepala dan bertanya-tanya apa lagi kini maksudnya. Anies seolah tak ada habisnya membuat kehebohan dimana sebelumnya menyeruak polemik prihal Tugu Sepeda dengan anggaran 800 juta Rupiah.

Mengacu pada rencana Anies mengembalikan nama Kota Tua seperti semula ini patut dipertanyakan, sebegitu pentingnya kah?

Sebagai orang awam, Penulis berpandangan andaikan saja jadi diganti maka pertanyaannya ialah apa dampak positif bagi kawasan tersebut?

Jika mengacu pada catatan sejarah, bukankah nama Kota Tua sudah mendeskripsikan bahwa lokasi tersebut merupakan bagian dari sejarah lahirnya Ibukota Jakarta?

Penulis coba menghimpun informasi mengenai Kota Tua, bahwasanya dahulu VOC membangun sebuah kota baru yang diberi nama Batavia ialah wujud penghormatan terhadap leluhur bangsa Belanda yaitu Batavieren. Dikarenakan wabah tropis dan epidemi di area ini pada akhir abad 17 hingga akhir abad 18, penduduk kemudian berpindah ke bagian selatan (kawasan Jalan Merdeka) karena dianggap lebih sehat. Kemudian pada tahun 1972, Gubernur DKI kala itu Ali Sadikin mengeluarkan dektret untuk menjadikan Kota Tua sebagai situs sejarah.

Dalam kaitannya penyebutan apakah itu Kota Tua ataupun Batavia Lama menurut Penulis tidak akan mengubah apa-apa. Kata "Kota Tua" sudah menjadi sesuatu yang ikonik bagi warga Jakarta. Hal berbeda jika pergantian nama diterapkan pada sebuah nama jalan yang mungkin akan membuat orang butuh waktu untuk beradaptasi.

Alasan agar memudahkan orang ketika mencari nama lokasi tersebut pun menurut Penulis ibarat sebuah guyonan. Apakah sebelumnya Pak Anies sudah terlebih dahulu mencoba googling menggunakan kata "Kota Tua"?

Penulis menilai rencana pergantian nama ini kiranya tidak perlu dilanjutkan, toh tidak ada urgensinya sama sekali dan sejarah mengenai Ibukota Jakarta sampai saat ini tercatat rapih. Anies sebaiknya lebih memfokuskan diri di masa-masa akhir jabatannya sebagai Gubernur untuk sekiranya mengejar apa yang belum ia realisasikan bagi Jakarta dan warganya ketimbang memikirkan sesuatu yang minim manfaatnya.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun