Sebagai negara dengan mayoritas Muslim, kerap kali skenario yang dimainkan oleh teroris ialah negeri ini jauh dari syariat.Â
Skenario itu kemudian dimainkan dengan berpura-pura bahwa kaumnya didiskriminasi oleh pemerintahan yang korup, alhasil memunculkan simpati dan pergolakan pada diri untuk melakukan perlawanan dengan aksi teror.
Pada hakikatnya individu-individu yang melakukan aksi teror ialah mereka yang dimanipulasi nalarnya agar mau melakukan hal bodoh yang dapat merugikan pribadi maupun sekitarnya. Mereka adalah individu yang tidak berkeinginan berpikir panjang.Â
Ingatlah bahwasanya mati bukanlah perjalanan akhir manusia melainkan sebuah transisi dimana manusia akan dimintai pertanggungjawabannya sebelum ke kehidupan berikutnya. Apa dikira akhirat itu milik manusia dimana masuk dan keluar bisa seenaknya?
Cobalah berpikir, bagaimana mungkin sebuah aksi teror dikatakan benar jikalau tujuannya justru mencelakakan orang lain?Â
Bagaimana logikanya bunuh diri dikatakan sebagai tiket masuk surga? Apa tidak terpikiran keluarga maupun orang-orang dicintai harus menanggung malu dan dampak dari kebodohan pribadi lakukan?
Sebagai mahluk Allah kita perlu ingat bahwa Allah memberi akal kepada manusia agar manusia mau berpikir, mana yang baik dan mana yang buruk.Â
Akal yang dapat menuntun bagaimana menjadi manusia yang berakhlak baik dan bermanfaat. Akal yang menghantarkan manusia kepada ilmu agar menjadikan kehidupan di dunia ini lebih baik.
Semoga Allah ta'ala selalu memberikan perlindungan kepada kita semua serta memberikan kekuatan pada akal dan hati manusia agar menjadi mahluk yang taat.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H