Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soal Vaksinasi Helena Lim, Apa Betul Sehat Hanya bagi Mereka yang Kaya?

10 Februari 2021   08:44 Diperbarui: 10 Februari 2021   08:56 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana diberitakan, Program Vaksinasi Nasional guna mengatasi pandemi Covid-19 di Indonesia menjadi sorotan. Sebuah video yang diunggah oleh selebgram Helena Lim menjadi perbincangan di media sosial.

Dalam unggahannya tersebut nampak Helena sedang mendapatkan vaksin Covid-19. Postingan itupun menjadi viral. Tak sedikit yang memandang bahwa yang bersangkutan dianggap tidak masuk kriteria kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19.

Salah satu tokoh yang ikut menyoroti mengapa Helena Lim sampai mendapatkan vaksinasi Covid-19 ialah Dokter Tirta. Menurutnya Helena Lim yang didaulat sebagai "Crazy Rich Pantai Indah Kapuk (PIK)" bahwa ia (Helena) selaku staf sebuah apotik merupakan hal yang tidak masuk akal.

Menurut informasi yang diberikan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Kristy Wathini menyatakan bahwa Helena menerima vaksin karena ia membawa keterangan bekerja di apotik sebagai penunjang.

Sementara itu, pemilik Apotik Bumi di Green Garden, Elly Tjondro, menyatakan bahwa Helena Lim merupakan partner usaha apotik miliknya. Hal tersebut yang menjadi alasan Helena mendapatkan vaksin Covid-19 pada Senin (8/2/2021). - Kompas.com

Menanggapi kejadian diatas memang timbul banyak pertanyaan dibenak Penulis menyangkut status Helena Lim, apa profesi sebenarnya?

Bagi Penulis jika ia memang terbukti benar dan berhak mendapatkan vaksinasi Covid-19 maka hal ini kiranya jangan dibiarkan menjadi perdebatan berlarut-larut. Akan tetapi jika pada kenyataannya tidak atau terbantahkan maka hal ini perlu segera di usut dan pihak berwenang yang lalai mengenai hal ini wajib dimintai pertanggungjawaban.

Bukan kenapa-kenapa, mungkin ada yang menganggap apa atau berapa sih arti satu suntikan vaksinasi? Anggaplah salah, toh hanya satu orang. Kenapa musti dipermasalahkan?

Penulis katakan, disaat situasi kondisi pandemi seperti sekarang, ya segala sesuatu sudah pasti jadi masalah. Permasalahan vaksinasi ini bukan mengenai satu atau dua dosis, siapa atau mengapa seseorang berhak mendapatkan, tetapi lebih kepada vaksinasi sebagai upaya umat manusia untuk bertahan hidup dari musibah pandemi. Dan jangan tanya akan seberapa berharganya vaksinasi saat ini, tak sedikit orang bersusah payah mendapatkannya.

Sebagai gambaran, Penulis pernah membaca artikel mengenai sebuah peristiwa yang mirip prihal vaksinasi ini pernah terjadi dimana seorang jutawan asal Kanada beserta istrinya terbang sejauh 1.127 mil guna menyamar sebagai pekerja motel demi menerima vaksin Covid-19 dari klinik keliling. Atas kecurangan yang mereka lakukan, keduanya terancam hukuman bui selama 6 bulan.

Sesuatu yang gila bukan? Akan tetapi seperti itulah gambaran kecil bahwa untuk sebagian orang vaksinasi merupakan sesuatu yang besar baginya dan ia akan berupaya mendapatkan dengan berbagai cara sekalipun itu salah atau melawan hukum.

Berkenaan dengan Helena Lim poinnya sederhana saja, apakah surat penunjang kerja di apotik sudah cukup menjadi bukti bahwa ia berhak mendapatkan vaksinasi Covid-19?

Dalam cakupannya begini, jika tahu bahwa dikatakan seorang apoteker dan ia melayani masyarakat berhak mendapatkan vaksinasi maka toh apa susahnya sih meminta kerabat yang memiliki apotik untuk membuatkan dokumen pendukungnya?

Eits, tapi jangan suudzon dahulu. Bukannya sebagai apoteker juga membutuhkan syarat keahlian? Nah sederhana kan, tinggal diklarifikasi apakah yang bersangkutan memiliki kriteria tersebut?

Seperti kita tahu bersama, ya Program Vaksinasi Nasional ini memang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi kita juga tahu bahwa ada skala prioritas siapa-siapa yang berhak dan didahulukan sebelum didistribusikan kepada masyarakat umum.

Sebagai masyarakat awam, Penulis boleh saja protes nih. Seandainya, nih seandainya ya, kenapa para influencer dan seleb yang didahulukan mendapatkan vaksinasi? Kenapa bukan masyarakat umum dahulu?

Tapi dalam benak Penulis berkata, toh berapa banyak sih jumlah seleb dan influencer yang mendapatkan vaksin Covid-19? Berapa jumlah vaksin yang ada, bukannya seluruh dunia memang sedang membutuhkannya? Lebih lanjut ada alasan dasar mengapa mereka didahulukan yaitu menjawab keraguan masyarakat umum prihal vaksin dan agar membuat masyarakat mau divaksinasi.

Kembali kepada Program Vaksinasi Nasional, Penulis harap program ini dapat berjalan sesuai rencana dan semoga pandemi Covid-19 dapat segera usai. Penulis sekadar bernasihat kepada pemerintah, tolong jangan sampai ada kisruh lagi soal vaksinasi. Jangan sampai masalah timbul seolah mengatakan sehat hanya bagi mereka yang kaya.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun