Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soal Menikah, Suka Duka Ya Elo Telan!

6 Februari 2021   12:09 Diperbarui: 6 Februari 2021   13:14 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Makan bersama (TreeHugger)

Penulis selalu katakan, siapa sih manusia di muka bumi ini yang tidak mau menikah. Bertemu jodoh sehidup semati sambil membangun bahtera rumah tangga kiranya menjadi impian setiap orang. Alangkah bodoh bilamana ada orang yang sampai tidak berkeinginan menikah.

Pada hakikatnya begitu banyak kebahagiaan yang didapatkan setelah menikah. Tetapi bukan berarti tidak ada tantangan maupun duka yang akan menghampiri.

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya topik pilihan ini disadur dari pengalaman hidup seorang influencer Rachel Vennya. Kala itu Rachel dan (suami yang kini ia gugat cerai) Nico menikah pada tahun 2017 dan mereka dikaruniai dua orang anak. Sebelum menikah mereka sempat berpacaran dan sering membuat konten di media sosial bersama.

Pernikahan keduanya pun menjadikan mereka family goals bagi muda-mudi dan rumah tangga mereka selalu terlihat harmonis tak pernah diterpa isu miring. Namun setelah 4 tahun mengarungi bahtera rumah tangga, diketahui bahwa Rachel Vennya melayangkan gugatan cerai kepada suami melalui Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Perceraian yang dialami Rachel Vennya ini pun menarik perhatian para netizen dan tak sedikit yang menjadikannya bahan renungan prihal arti makna dan tujuan menikah.

Membahas soal pernikahan Penulis coba mengutip kalimat Komedian Kevin Hart dalam stand-up komedinya. Kevin Hart pernah berkata demikian, "Kamu tidak ingin menikah ketiga, keempat, atau kelima kalinya. Apabila kamu sampai di titik itu maka kamu tidak mencari cinta melainkan sosok mayat hidup hanya untuk mati bersama".

Ya kiranya sebagaimana keinginan untuk menikah, tentu tidak seorang pun mengharapkan dirinya mengalami kegagalan dalam berumah tangga, tetapi namanya hidup terkadang suatu yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Dalam titik itu Anda hanya punya dua pilihan, yaitu bertahan atau menyerah. 

Berbicara soal perceraian maka sebenarnya sama dengan Anda membahas "future tense" atau sesuatu yang belum terjadi. Lalu pertanyaannya, ketika Anda menikah dan berumah tangga apakah hal itu yang dibenak Anda pikirkan?

Penulis katakan, bilamana ada hal tersebut ada dipikiran Anda maka niscaya rumah tangga Anda akan gagal dan tercerai berai.

Pada inti poinnya, ketika Anda menikah apa yang Anda harus pikirkan ialah bagaimana agar rumah tangga yang Anda jalani tersebut wajib berhasil, bukan malah memikirkan sesuatu kejadian nahas yang belum terjadi.

Kalau Anda hanya berpikiran bahwa menikah hanya mengenai bahagia hidup bersama, maka Penulis katakan Anda belumlah dewasa. 

Hidup membina rumah tangga itu tidak lepas dari cobaan dan tantangan, kedua hal itu Anda dan pasangan akan selalu hadapi sehari-harinya. Ketika Anda berdua mampu menghadapinya barulah disitu kebahagiaan lahir.

Jangan Anda kira bahwa dengan bersatunya dua insan yang saling mencintai maka konflik tidak akan terjadi. Konflik dalam rumah tangga sesuatu yang pasti terjadi dan Anda makan setiap hari, ibarat orang tua dahulu katakan bumbu-bumbu dalam rumah tangga. 

Pertanyaannya, bumbu-bumbu itu bagaimana cara Anda meramunya. Apakah racikan bumbu-bumbu itu akan membuat rumah tangga Anda jalani kian harmonis atau justru malah ke jurang perceraian?

Ketika Anda menikah, jangan hanya mau enaknya saja. Senang Anda nikmati dan Anda umbar sana sini. Tetapi dikala duka terjadi, Anda ibarat Petinju yang kalah sebelum bertanding. Kalau Anda bermental seperti itu niscaya kelak untuk kesekian kalinya yang Anda temui hanyalah kegagalan.

Penulis selalu mengingatkan, perceraian itu bukan akhir dari segalanya. Cerai itu bukan berarti kiamat! Jangan pikirkan bahwa dengan Anda dan pasangan bercerai maka rumah tangga Anda selesai.

Perceraian itu adalah momentum untuk Anda dan pasangan merenung interopeksi diri masing-masing apa yang salah dan perlu diperbaiki dari jalinan rumah tangga Anda yang retak. 

Jangan malah jadikan momen perceraian sebagai momentum untuk mencari pasangan baru. Tetapi jadikan momen perceraian itu sebagai momentun untuk saling memperbaiki diri serta keinginan untuk dapat hidup bersama kembali, toh tidak ada larangan orang yang bercerai dapat menikah kembali, toh tidak ada kewajiban kalau Anda bercerai maka Anda harus menikah dengan yang lain.

Ketahuilah tidak ada persiapan menikah kecuali niat untuk ibadah. Ketika Anda menikah sadari betul bahwa Anda hidup bersama pasangan Anda dan untuk dapat segala sesuatunya berhasil butuh komitmen dari keduanya. Anda berdualah yang menentukan nasib masa depan bersama. Bermodalkan kata cinta dalam berumah tangga tidaklah cukup, tetapi dengan cinta yang tulus mampu membuat rumah tangga bertahan. Dan ingatlah selalu, suka duka itu datangnya dari Allah ta'ala dan hanya dengan berada pada jalan-Nya lah manusia dapat menempuh kebahagiaan.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun