Dikutip dari laman Kompas.com. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk merevitalisasi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Karet-Sudirman.
Rencananya, JPO ini akan direvitalisasi dengan konsep Kapal Pinisi dan dilengkapi dengan Anjungan Pandang Jakarta yang menunjukkan perkembangan Ibu Kota.
Menurut informasi revitalisasi JPOi ini dilakukan selain dikarenakan kondisi JPO yang rusak dan banyak digunakan oleh masyarakat, melainkan juga untuk mengenang perjuangan tenaga kesehatan selama pandemi Covid-19. Nantinya JPO tersebut dilengkapi dengan galeri apresiasi bagi para tenaga kesehatan serta track penyeberangan bagi sepeda.
Membaca berita ini, Penulis sebagai warga Jakarta hanya dapat menghela nafas dalam-dalam. Dalam benak Penulis bertanya-tanya, mengapa JPO dan kawasan Sudirman lagi?
Dalam konteks tujuan, Penulis menyetujui bilamana JPO Karet-Sudirman tersebut seandainya diperbaiki guna mengakomodir keselamatan masyarakat yang menggunakannya.Â
Namun yang menjadikan persoalan ialah revitalisasi dengan konsep Kapal Pinisi ini kiranya akan memakan anggaran besar. Tentu ini akan menjadi pertanyaan apakah revitalisasi JPO Karet-Sudirman sesuatu yang urgent mengingat situasi kondisi pandemi sekarang? Mengapa tidak menggunakan anggaran tersebut guna manfaat lain yang lebih prioritas?
Kemudian jika revitalisasi JPO jadi dilaksanakan dan selesai, maka JPO ini pun bisa dikatakan hanya memiliki nilai tambah secara estetika, tetapi secara fungsi sama saja. Apakah kelak dengan masyarakat berselfie ria di JPO menjadi kepuasan tersendiri bagi Pemprov dan menganggap seluruh masyarakat Jakarta senang?
Entah mengapa Pemprov DKI seolah tidak mau belajar dari pengalaman konsep JPO tanpa atap. Mengapa mereka seolah gemar bongkar dan pasang tanpa berpikir panjang. Apa karena anggaran DKI Jakarta terlampau besar?
Lalu menyangkut revitalisasi JPO, mengapa seolah-olah kawasan Sudirman begitu dianakemaskan ketimbang kawasan yang lain? Apakah dengan mempercantik kawasan Sudirman mampu menutup amburadulnya wilayah Jakarta yang tidak terurus dan tidak mendapatkan perhatian?
Lantas mengapa JPO lagi dan lagi? Apakah tidak ada perbaikan maupun peningkatan bagi prasarana dan sarana yang lain? Apakah sekiranya Pemprov DKI membuat inovasi dalam upaya mengakomodir apa yang diinginkan dan diperlukan oleh masyarakat Jakarta?
Lebih lanjut mengenai revitalisasi JPO Karet-Sudirman untuk mengapresiasi jasa dari para tenaga kesehatan saat pandemi, apakah bentuk apresiasi itu yang mereka butuhkan?Â