Kabar mengejutkan datang dari ranah sepakbola Premier League dimana juru taktik Chelsea, Frank Lampard dipecat secara tiba-tiba. Hasil buruk Chelsea belakangan ini serta tak mampunya klub bersaing di papan atas klasemen Liga Inggris disinyalir menjadi penyebabnya.
Langkah pemecatan Chelsea terhadap Frank Lampard ini pun menimbulkan reaksi mantan manajernya dahulu yakni Jose Mourinho yang sempat mengarsiteki Chelsea pada periode musim 2004--2007 dan 2013-2015.
Mou mengatakan, "Ini adalah sisi brutal dari sepak bola, terutama sepak bola modern". - BolaSport.com
Apa yang dikatakan Mou bisa jadi benar. Sebagai pelatih kelas dunia, menghasilkan beragam gelar bagi klub, dan melanglang buana dari satu kompetisi ke kompetisi yang lain, Mou yang memang sudah asam garam menjadi manajer tahu persis bagaimana tekanan yang diberikan kepada profesinya tersebut.
Bisa dikatakan semakin elite sebuah klub, semakin kaya finansial klub, serta semakin bertabur bintangnya pemain dalam suatu klub, maka semakin besar tuntutan dan semakin besar pula resiko atau konsekuensi pemecatan yang dihadapi manajer jika tidak menemui target  maupun tidak sesuai harapan.
Sebagai gambaran, bisa kita amati bersama bagaimana nasib mantan manager Paris Saint Germain (PSG), Thomas Thuchel. Banyak yang terheran-heran mengapa sampai dirinya dipecat oleh manajemen PSG, sedangkan secara prestasi masih terbilang oke baik kompetisi lokal maupun Liga Champion.
Alasan paling masuk akal mengapa ia sampai dipecat ialah dikarenakan kapabilitasnya menangani PSG di kompetisi bergengsi Liga Champion dipertanyakan. Bukan apa-apa, berkaca pada pengalaman pahit musim sebelumnya PSG harus tertunduk lesu sebagai runner-up setelah kalah dengan skor 1-0 dari Bayern Munich.
Tuchel memang mampu menghantarkan PSG ke babak 16 besar di musim ini, tetapi nampaknya keraguan tertuju kepadanya apakah Tuchel mampu membawa kembali PSG ke final dan menjadi juara.
Langkah pemecatan Frank Lampard ini pun mungkin bisa dikatakan seperti menekan tombol emergency oleh manajemen klub bukan hanya karena faktor prestasi kurang kompetitifnya Chelsea di Liga, melainkan dibarengi juga faktor situasi kondisi pandemi Covid-19 yang semakin dapat membebani klub jika Chelsea gagal total meraih prestasi di musim ini. Anda bisa bayangkan berapa beban biaya yang kelak klub akan tanggung jika disebabkan minimnya pemasukan akibat pandemi serta minimnya raihan prestasi.
Diantara faktor teknis dan internal biang pemecatan Frank Lampard, bilamana diamati secara seksama bahwa klub milik Roman Abramovich ini merupakan klub angker bagi siapa pun manager yang menanganinya.
Total 11 manager yang telah dipecat di era kepemilikan klub oleh Roman Abramovich, dari Claudio Ranieri, Jose Mourinho, Avram Grant, Luiz Felipe Scolari, Carlo Ancelotti, Andre Villas-Boas, Roberto di Matteo, Rafael Benitez, Antonio Conte, Maurizio Sarri, hingga terakhir Frank Lampard.
Diantara kesemua mantan manajer Chelsea diatas pernah mempersembahkan gelar bagi klub, tetapi kembali nampaknya semua tidak mampu memenuhi ekspektasi sang pemilik.
Orang mungkin akan mengatakan di era sepakbola modern seperti sekarang, silih berganti kepelatihan mungkin sesuatu yang biasa. Tentu hal tersebut menjadi sebuah pertanyaan jika berkaca kepada dua legenda manajer baik Sir Alex Ferguson maupun Arsene Wenger mengapa mereka berdua sampai bisa mendapatkan kepercayaan klub sebegitu lamanya dibandingkan era manager sekarang yang relatif singkat.
Langkah pemecatan Chelsea terhadap Frank Lampard ini menimbulkan pertanyaan bukan hanya siapa kelak yang menggantikannya, Â melainkan pula sampai berapa lama penggantinya mampu bertahan jika didasari bahwa prestasi bukanlah faktor utama bagi pelatih tetapi lebih kepada kalkulasi bisnis dari manajemen klub.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H