Kabar duka mengawali tahun 2021 akan berita jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 yang berangkat dari Jakarta menuju Pontianak. Pesawat hilang kontak usai lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada hari Sabtu (9/1/2021) sekitar pukul 14.36 WIB.
Diketahui pesawat jatuh di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang kepulauan Seribu dengan kedalaman perairan 20-23 meter. Hingga saat ini Tim SAR yakni Basarnas, TNI, dan KNKT berusaha melakukan evakuasi pesawat Sriwijaya Air.
Sebelumnya Penulis mengucapkan rasa simpati sedalam-dalamnya kepada keluarga korban atas kecelakaan udara yang terjadi, semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan menghadapinya.Â
Poin artikel ini sebenarnya tertuju kepada artikel Kompasianer Tuhombowo Wau dengan judul Menanti Hadirnya Parasut Pesawat untuk Mencegah Jatuhnya Korban Jiwa dalam Kecelakaan Penerbangan.
Singkat kata Penulis katakan angan-angan teknologi tersebut mustahil diterapkan, sekiranya tidak pada segmen pesawat komersil berskala besar.
Ada banyak alasan mengapa teknologi parasut pesawat tidak memungkinkan karena perhitungannya mencakup design pesawat, ukuran pesawat, bahan baku pesawat, jumlah penumpang, faktor angin dan cuaca, serta lainnya.
Jika Anda memikirkan kompartemen, kapsul, atau satu wadah kontainer besar pada pesawat penumpang yang memungkinkan memuat banyak orang didalamnya lalu terjun dari ketinggian puluhan ribu kaki maka Penulis katakan Anda gila.
Sulit kiranya membayangkan betapa bukan main seramnya andai pesawat Anda tumpangi mengalami masalah dan Pilot memutuskan evakuasi bersama penumpang menggunakan kapsul, kemudian terombang ambing di langit tanpa kontrol dan jatuh di lokasi antah berantah.
Kenapa mustahil? Hal yang utama perlu dipikirkan ialah sisi kompartemen yang notabene harus terbuat dari bahan kuat tahan benturan namun ringan. Jangan hanya Anda pikirkan bagaimana saat diatasnya saja, tetapi pikirkan bagaimana saat menuju ke bawah.
Untuk pesawat komersil maka dimensi kompartemen tentu sangat besar dikarenakan dimensinya harus mampu menampung seluruh penumpang berikut perangkat guna menyelamatkan diri. Kemudian Anda hitung berapa ton kira-kira beratnya dan sebesar maupun sebanyak apa parasut yang dibutuhkan.
Terkait di atas maka dengan kata lain para pakar aviasi harus memikirkan teknis atau design dari wujud si pesawat. Mereka bukan hanya harus memikirkan sisi keselamatan dari penumpang, tetapi mereka juga harus memastikan durability pesawat saat mengudara.